36. Dipaksa Menjauh

2K 146 14
                                    

Kita sama-sama terluka,
Kita juga sama tersiksa.
Tapi, jika ini memang jalannya,
Semoga kamu bisa melewatinya.

- Fauzan Arkan Habibi

-------------------

Hari pun terus berganti, hari ini adalah hari Jumat, hari di mana semua kaum adam melaksanakan kewajibannya.

Sepulang sekolah Faiza, Azizah dan Siti tidak langsung pulang ke rumah.
Mereka kini sedang duduk di warung yang berada tepat di seberang Pesantren, dengan tujuan menanti para santri lelaki lewat untuk ke Masjid.

Biasanya akan terlihat walau hanya sekilas, tapi lumayan buat cuci mata. Melihat penampilan santri lelaki di hari Jum'at siang adalah suatu kenikmatan bagi mereka. Memakai koko yang sangat bersih, dengan peci hitam atau putih yang bertengger gagah di kepalanya. Tak lupa dengan sarung yang melilit sempurna di pinggangnya.

Menurut mereka, penampilan seperti itu membuat kadar ketampanan seorang lelaki naik berkali-kali lipat.

Dan mereka juga yakin, lelaki dengan penampilan seperti itu jauh lebih tampan dari pada cogan, badboy atau mostwanted di novel-novel yang sering sering tenar.

Tanpa sadar bibir Faiza yang sedang memakan satu buah gorengan pun melengkung keatas dengan sempurna, senyuman terukir dengan manis.

Satu persatu para santri itu lewat dengan sopan, sampai pada satu titik yang membuat senyum manis Faiza berubah jadi air muka yang tidak bisa diartikan.

Dia yang Faiza khawatirkan.

Dia yang Faiza cari.

Dia yang Faiza tunggu.

Dia yang sedang berjalan di seberang sana.

Dan dia yang kini sedang tertawa bahagia di sana.

Sebut saja Faiza egois. Karena kini Faiza memikirkan biar saja Arkan kenapa-napa agar rasa khawatirnya terbukti.

Tapi kenyataannya tidak bukan? Arkan sehat, Arkan juga tak terlihat seperti bermasalah. Arkan pun terlihat sangat bahagia.

Lalu Faiza harus bahagia?

Setiap hari ia selalu menunggu kabarnya. Setiap hari ia mengkhawatirkan keadaannya. Setiap hari ia takut Arkan sedang dalam masalah besar.

Tapi kini sosok yang Faiza nantikan justru sedang tertawa bahagia tanpa menoleh sedikit pun seperti biasanya.

Melihatnya lewat ingin sekali Faiza berlari memeluk tubuhnya, karena yang dikhawatirkan tak terjadi.

Tapi, jangankan bangkit untuk sekedar mengalihkan pandangannya pun Faiza tak sanggup.

Dan sukses sudah air mata Faiza mengalir bersamaan dengan hilangnya Arkan di ujung jalan sana.

Mengapa secepat ini Faiza percaya?

Mengapa setega ini Arkan padanya?

Mengapa sebesar ini pengaruh Arkan dalam diri dan hati Faiza?

Tangis Faiza pun mulai menjadi, bahunya bergetar dan tangannya membekap mulut agar isak itu tertahan.

Faiza pun memutuskan bangkit dari tempatnya, berlari untuk pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, ia langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Dan tumpah sudah semua tangisnya, di dalam sana Faiza menangis sejadi-jadinya.

Rasanya, sesakit ini.

▪▪▪▪▪

Dan ...
Bukan maksudku,
Bukan inginku,
Melukaimu,
Sadarkah kau di sini ku pun terluka ...
Melupakanmu ...
Menepikanmu ...
Maafkan aku ...

"Pas tuh lagu buat lu." canda Ardi seraya memakai sarungnya. Santri lain yang kebetulan sedang di kamarnya ikut tertawa.

Arkan hanya diam, ia sedang termenung di depan kaca sedari tadi.
Jangan pikir Arkan baik-baik saja. Tidak, ia sedang tidak baik-baik saja.

Arkan sangat kacau, amat sangat kacau.

Ia menatap dirinya di kaca, memakai peci, lalu mengusap wajahnya. Sehabis itu, ia juga menyemprotkan minyak wangi khasnya.

Dengan menghembuskan nafas berat berkali-kali, Arkan keluar dari kamar pondoknya.


Selama hampir satu minggu, Arkan harus memutuskan satu hal yang sangat berpengaruh dalam dirinya.

Dan selama satu minggu itu Arkan memikirkan untuk keputusan ke depannya.

Keputusan akhirnya yaitu ... Arkan harus meninggalkan Faiza.


Iya, harus!

Ini pasti yang terbaik, entah baiknya di mana. Karena Arkan yakin mereka pasti sama-sama terluka nantinya.


"Ayo oyy! Ngelamun aja," ucap teman Arkan seraya menepuk bahunya, ia mengangguk mengiyakan.

Saat sampai di gerbang perbatasan pondok, Arkan melihat ke warung di seberang sana. Terlihat ada beberapa orang gadis yang memang sudah biasa berkumpul di warung itu. Dan matanya jatuh pada satu titik, Faiza. Gadis itu terlihat lebih mencolok daripada gadis yang lain, entah dirinya yang memang sudah sangat mengenal Faiza, atau memang aura dari Faiza yang berbeda dari yang lain.

Ah, Arkan merindukannya.


Dan sampai gadis itu terlihat jelas, Arkan justru mengalihkan pandangannya, lalu ikut tertawa bersama temannya yang sedang bergurau. Padahal dia tak tahu apa lelucon yang membuat mereka tertawa.

Arkan hanya pura-pura terlihat bahagia.

Mungkin dengan hal ini sedikit demi sedikit Faiza akan membenci dan menjauhinya, karena ia tak akan bisa menjauhi Faiza untuk kedua kalinya.

Entah ikatan batin dari mana, Arkan merasa dia sedang ditatap sendu oleh seseorang di seberang sana. Terbukti jelas, hati Arkan berdesir.

Saat sampai akan berbelok ke Masjid, ia berhenti lalu berjalan mundur sedikit. Lalu mengintip dari balik gerbang Masjid, ia melihat Faiza yang sedang menunduk. Dan dapat Arkan rasakan bahunya bergetar, ia yakin Faiza sedang menangis.

Ingin sekali Arkan datangi, memeluknya, merengkuh dan mengusapnya.
Memberi ketenangan, kenyamanan dan kedamaian dalam dirinya sekarang.

Tak kuasa Arkan melihatnya. Sungguh, ini sangat menyiksa.

"Udah ayo!" ucap seseorang tiba-tiba, Arkan mengangguk.

Sekali lagi Arkan menatapnya, dapat Arkan pastikan setelah ini gadis itu akan menjauhinya, dan sekarang ia justru tak rela.

Sampai akhirnya Arkan berbalik dan berjalan masuk ke Masjid.

Bodoh, Arkan memang bodoh.
Dia tak bisa menjaga apa yang harus dia jaga.
Dia tak bisa berjuang apa yang harus dia perjuangkan.
Dia tak bisa menggenggam apa yang harus dia genggam.

Kini Arkan harus meninggalkan Faiza, untuk kedua kalinya ia harus merelakan Faiza menjauhi dirinya.

Rasanya tak pernah rela, tak akan pernah. Meninggalkan kasihnya demi permintaan gurunya.
Tapi, ini memang harus. Harus ia lakukan, demi masa depannya juga.

"Maafin gue yang pengecut ini." gumam Arkan.

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang