43. Baikan

1.8K 148 10
                                    

Deg!

Saat Faiza telah berhasil keluar dari pintu itu, yang pertama dilihat adalah wajah Arkan yang tengah menatapnya. Beberapa menit mereka larut dalam tatapan masing-masing.

Saling menatap, mencurahkan rasa rindu yang saling menggebu di antara keduanya.

Sampai Faiza sadar, lalu melengos. Mengalihkan pandangan terlebih dahulu.

"Ehem, udah 'kan tatap-tatapannya? Gua duduk ah, pegel." ucap Ardila akhirnya, seraya menghampiri meja mereka di sana dan duduk di samping Arkan.

Faiza menatap tajam pada Ardila, lalu ikut menghampiri Ardila dan duduk di samping Ardi, tepat di hadapan Arkan.

"Hai, Za." sapa Ardi dengan cengiran khasnya.

"Eh, cengar-cengir segala lu. Jelek!" jawab Faiza, dan dihadiahi tawa dari Firman juga Ardila.

Arkan masih menunduk di hadapan Faiza dan Faiza juga sesekali menatapnya.

"Nggak usah nunduk juga kali, tadi aja semangat bener," ucap Ardi tiba-tiba.

Arkan mendongak, menatap Ardi dengan tatapan tajam. Ardi beringsut, lalu menunjukan dua jarinya sebagai tanda damai.

"Za ..." panggil Firman hati-hati.

Faiza menatap Firman, lalu menaikan sebelah alisnya sebagai tanda bertanya 'ada apa?'

"Ada yang mau kita omongin," ucap Firman lagi.

Faiza menghela nafasnya berat, cepat atau lambat ini pasti terjadi, jika Arkan memang sayang pada Faiza. Dia pasti datang untuk menjelaskan. Iya, seperti saat ini.

Faiza mendongak lalu membuang nafasnya, lagi.


"Silakan," ucap Faiza seraya menatap Firman yang sedari tadi tengah menatapya juga.

Arkan tetap menunduk, dia merasa sangat bersalah.

"Kan, jelasin!" ucap Firman pada Arkan, yang dipanggil pun refleks mendongak.

Arkan gelagapan. "Emmm ..." Ia merasa gugup seketika.

Faiza terus menatapnya, membuat Arkan semakin salah tingkah.


Sampai 15 menit berlalu, tiga makhluk di sana sudah geram. Tak ada yang Arkan jelaskan sama sekali.

Ardila menepuk bahu Arkan, dan Arkan pun terlonjak.

"Gua kata apa, mati kutu dia udah ada orangnya mah." ujar Ardi meledek.

Terlihat Ardi menahan tawanya, juga Firman.

Faiza berdeham. "Ehem," dan Arkan langsung menatapnya, tepat di manik mata Faiza. Beberapa detik mereka terpaku pada tatapan masing-masing.

"Ngomong kali," ucap Firman akhirnya.


Lagi-lagi Arkan terlonjak, kehadiran Faiza benar-benar membuatnya salah tingkah.

Arkan berdeham lagi sebelum memulai. "Ehem," lalu Faiza juga tiga makhluk di sana menatapnya penuh arti. "Gua mau ngomong, Za."

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang