22. Ujian Nasional

2.6K 173 3
                                    

Detik, menit bahkan jam semakin terlewati, hari pun semakin berlalu. Minggu berganti menjadi bulan.
Tak terasa esok adalah hari di mana semua murid kelas 9 menjalankan ujian akhirnya.

Ujian Nasional.

Diawali dengan do'a, belajar dan meminta ridho dari semua orang, terutama dari orang tua. Tepat di hari ini, hari pertama memasuki ruangan dan berperang dengan soal-soal yang ada.

Begitupun Faiza, Azizah dan Saputri.

Walaupun Saputri beda sekolah, Ujian Nasional itu serempak se-Indonesia.

Dengan percaya diri Faiza masuk ke ruangan, duduk di kursi dengan komputer yang sudah disediakan. Faiza adalah siswi yang ikut ujian di sesi pertama, sedangkan Azizah sesi kedua.

Pengawas sudah masuk, itu artinya perang akan dimulai.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," semua murid menjawab kompak. "Bapak hanya sedikit mengingatkan, kalian harus fokus, konsentrasi, isi biodata kalian sesuai kartu ujian kalian. Jangan teledor, jangan gegabah, jangan rusuh! Komputer sangat sensitif, ke senggol bisa mati, makanya kalian perlu berhati-hati. Awali dengan doa, kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu. Jika ada keluhan harap ditanyakan! Sekian dari bapak, Wassalamualaikum," lanjut bapak pengawas di sana.

Setelah sedikit arahan, ujian pun dimulai.
Arahan pengawas tadi tak mengurangi rasa gugup Faiza, justru ia malah tambah gemetar.
Berkali-kali Faiza menghembuskan napas, lalu menghirupnya kembali.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Karena pelajaran pertama termasuk mudah, hanya tinggal membaca, mencari jawaban pada teks, memahami isi bacaan. Tau pelajaran ini 'kan?

30 menit pun berlalu, sebagian soal telah Faiza kerjakan. Banyak anak lelaki yang bersiul, memanggil, dan melempari dirinya dengan kertas demi mendapatkan jawaban.

Bodoh sekali, Ujian Nasional itu jelas soalnya saja berbeda. Bagaimana mereka bisa bertanya pada sesama?
Faiza hanya diam tak menyahuti teman-temannya tersebut.

1 jam berlalu.

Setengah dari 50 soal Faiza telah selesai. Ujian Bahasa Indonesia ini diberi waktu selama dua jam, selesai atau tidaknya soal tetap harus di log out dari komputernya.

Teman-teman Faiza tak menyerah, dengan beraninya mereka menghampiri Faiza satu persatu. Memang soal berbeda, tapi mereka sangat jeli. Karena ada saja anak yang menemukan soal sama, hanya letaknya saja yang berbeda. Dan dua temannya Faiza berhasil menemukan soal yang sama dengan Faiza.

Kelakuan dua orang itu mengundang kerusuhan, terdengar oleh pengawas yang sedari tadi diam di meja depan sambil memainkan ponselnya.

"Diam! Kalian berdua duduk! Ujian kok jalan-jalan," omel pengawas di depan sana.

Dua orang tadi kembali ke tempatnya dengan perasaan kesal.

"Daritadi gitu pak," gumam Faiza.

Dua jam itu tinggal sebentar lagi. Bel tanda Ujian telah selesai akan berbunyi sekitar 15 menit lagi.
Dengan perasaan lega Faiza meng-log out komputernya dan berdiri lalu menghampiri pengawasnya.

Faiza pamit, dengan bangganya ia melewati teman-temannya yang masih berkutat dengan soal, sedikit meledek pada mereka.

"Liat soal gue dulu kek, Za."

"Faiza sini bantuin gue dulu,"

"Za, sini kek bantuin,"

"Faiza baik, ntar gue traktir dah,"

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang