50. Wisuda

2K 120 23
                                    

Hari-hari pun berlalu, dan hari ini adalah hari Sabtu, di mana tour sudah selesai.
Sekarang mereka sudah ada dalam perjalanan pulang, tiga bus telah melaju membelah kota Bandung menuju Jakarta.

Banyak wisata yang mereka kunjungi di sana, berbagai permainan mereka lakukan di sana. Sungguh, sangat mengesankan!

Kini tinggal lelahnya, mobil bus yang biasanya ramai hanya ada suara bisik membisik atau malah suara dengkuran halus dari beberapa murid yang tertidur.

Karena memang di luar sedang hujan, sedangkan jam masih menunjukan pukul 17:35, masih sangat sore.

Tepat saat azan magrib berkumandang, tiga bus tersebut berhenti di Rest Area, untuk menunaikan salat dan makan malam, lalu dilanjutkan salat isya nanti.

Setelahnya baru akan melanjutkan perjalanan. Lampu kerlap-kerlip menghiasi isi bus yang Arkan tumpangi, suara anak-anak yang saling beradu nyanyian pun riuh dan bahkan ada yang sambil bergoyang.

Lagu demi lagu mereka nyanyikan, dari musik DJ, dangdut, sampai musik mellow tentang perpisahan pun mereka menghayati. Suasana seperti ini akan masuk daftar list yang akan dirindukan suatu saat nanti.

Jam menunjukan 22:48, dan bus sudah berada di kawasan sekolah. Dengan wajah lelah semua murid menuruni bus, dan saling salam perpisahan.

•••••

Satu minggu kemudian adalah hari wisuda. Jelas, hari wisuda adalah hari yang paling dinantikan.
Upacara perpisahan adalah hari yang sangat mengesankan sepanjang masa.

Hari yang paling ditunggu, juga hari yang paling menyakitkan. Saat di mana kita berlagak sok kuat, tapi saat sampai diujung acara kita menangis meraung-raung karena salam hormat atau nyanyian yang membuat hati berat untuk berpisah.

Iya, itu tradisi.

Pasti hal seperti itu sering kita temui di acara wisuda.

Dan sekarang Arkan, sedang berhias diri untuk mengikuti acara tersebut.
Dengan berbalut kemeja putih, dan luarnya diberi jas hitam lalu ditambah dasi hitam bercorak putih sebagai pelengkap. Tak lupa peci hitam yang bertengger gagah di kepalanya sebagai ciri khas seorang santri.

Yeah, santri di mana pun begitu pasti begitu. Peci dan juga sarung adalah ciri khasnya. Tapi, untuk saat ini hanya peci yang dapat Arkan gunakan. Nggak mungkin dong kemeja berbalut jas tapi bawahnya sarung? 

Bisa saja Arkan memakainya, tapi tak mungkin. Ini jelas acara formal.

Seperti tahun lalu dan tahun-tahun ke belakang. Acara wisuda di sekolah Daarul Ihsan selalu dilaksanakan di gedung sekolah, lebih tepatnya di lapangan yang sengaja didekorasi seperti gedung sungguhan.

Hari ini Arkan merasa senang sekaligus sedih, ada yang mengganggu pikirannya sedari tadi.

Arkan turun dari kamar pondoknya, lalu lekas memakai kaos kaki dan pantofel yang sudah sangat kinclong.

Duduk di sofa di depan Majlis, menunggu teman-temannya, sambil sesekali berkaca pada cermin di depannya.

15 menit kemudian mereka sudah berkumpul di gerbang pondokan, yang langsung masuk ke kawasan sekolah.

Jam sudah menunjukan pukul 07:27.
Waktu sudah hampir siang, dan tamu sudah banyak yang datang, terlihat dari kursi yang sudah dipenuhi oleh berbagai kalangan. Ada bapak ibu guru, ada orang tua murid, ada juha undangan dari sekolah lain. Serta para wisudawan dan wisudawati pun sudah banyak yang mengisi tempatnya.

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang