45. Kesempatan dalam Kesempitan

2K 135 13
                                    

Waktu terasa begitu cepat, beberapa minggu pun berlalu dan musim ujian telah tiba.

Siswa-siswi kelas 12 tentu semakin disibukkan dengan berbagai ujian. Mulai dari ujian praktek, ujian sekolah, ujian PTN dari sana-sini, dan yang paling menegangkan adalah UNBK.


Termasuk Arkan pastinya.

Arkan dan teman-temannya pasti sedang sibuk menjalani rangkaian ujian tersebut.
Tapi, tak membuat Faiza keberatan. Karena hampir setiap malam Arkan menghampiri rumahnya, walaupun ia hanya bisa memandanginya lewat jendela.

Kali ini Arkan harus lebih serius dalam belajarnya, yang biasanya dia ke rumah Faiza hanya belajar beberapa menit lalu dilanjutkan dengan acara ngobrol santai bersama Faiza.

Sekarang tidak, karena Ardila sudah bertindak.
Ardila tidak mengizinkan Faiza keluar rumah selama belajar berlanjut, minimal satu sampai dua jam.

"Apa aja sih tugas buat bahasa Indonesia?" tanya Ardi dengan pandangan masih pada kertas yang sedang ia catat.

Mereka sedang mengerjakan tugas Bahasa Indonesia, di mana lagi jika bukan di rumah Ardila.

"Bikin lamaran pekerjaan, bikin pidato, bikin sinopsis novel, puisi, sama pantun," jawab Ardila dengan tangan yang masih sibuk mencatat. Dan refleks ketiga lelaki itu mendongak menatapnya.

"Hah?"

Ketiga lelaki itu melongo, pasalnya saat di kelas mereka tak mendengar jelas apa saja tugasnya. Dan saat mendengar dari ucapan Ardila, mereka seakan dihantam oleh ribuan tugas.

"Kenapa?" tanya Ardila dengan kening berkerut.

"Itu tugas apa cobaan?" tanya Ardi masih dengan mulut terbuka.

Ardila tertawa. "Lebay lu!" ucapnya kemudian. "Nanti pidatonya kita bacain di depan kelas, sama guru Bahasa Indonesia juga sama beberapa guru lain, puisinya juga, sinopsis novel harus ada novelnya. Lamaran kerja harus benar sesuai syarat."

Lagi lagi penjelasan Ardila membuat tiga lelaki itu melongo.

"Biasa aja, mending sekarang cepet nulis, biar besok tinggal enaknya. Lusa 'kan dikumpulin, minggu depan kita prakteknya,"  jelas Ardila.

Ketiga lelaki itu mendesah, banyak sekali tugas mereka akhir-akhir ini.
Dan selanjutnya mereka fokus pada catatan masing-masing.

  •••••


Faiza gelisah, karena beberapa hari ini dia tak bertemu dengan Arkan.

Memang awalnya tak merasa keberatan. Tapi, siapa yang tahu rindu semakin membelenggu?

Rindu semakin bertambah tanpa tahu caranya berkurang, rindu juga selalu datang di saat yang tidak tepat 'kan?


Tapi, rindu yang Faiza rasakan hanya bisa dirasakan. Walaupun sudah terbilang sangat dekat, tapi untuk sekedar berucap apa yang Faiza inginkan, dia tak memiliki keberanian yang cukup.


Jadi, ia hanya bisa memendamnya.
Mungkin nanti Faiza akan nekat keluar rumah, untuk menemui Arkan.


Grup Kesayangan Cekgu Besaw 🙆

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang