23. Akhir Kisah Sekolah

2.7K 160 18
                                    

Setelah Ujian Nasional, anak kelas 9 pergi tour  selama tiga hari. Mereka sangat bergembira, karena setelah berpusing ria, mereka lanjut refreshing. Cocok sekali bukan? Padahal niatnya mereka akan coret-coret ala anak milenial setelah kelulusan. Tapi, dilarang oleh para guru. Katanya, lebih baik seragamnya disedekahkan daripada dicoret-coret.

Selama tiga hari itu mereka benar-benar membuat memori kenangan yang amat sangat berharga. Momen kebersamaan yang akan mereka sampai akhir masa.

Setelah tour selesai, lima hari kemudian mereka persiapan untuk wisuda. Hari wisuda adalah hari yang sangat dinantikan selama 3 tahun bersekolah.

Pagi hari dengan suasana cerah, matahari seolah mendukung acara hari ini.

Faiza yang mengenakan kebaya biru dan sedikit warna pink di sisinya, dengan riasan wajah yang sangat cantik. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpana.
Faiza termasuk gadis yang malas make up, untuk sekedar memoles lipbalm saja dia tak pernah mau. Entah dorongan dari mana, hari ini Faiza sangat percaya diri.

Saat Faiza memasuki lapangan yang sudah dihias seperti gedung, semua mata menatapnya, tatapan kagum terpancar untuk Faiza.

Di sekolah Daarul Ihsan ini sistemnya wisuda di sekolah, dengan mendekor lingkungannya seperti gedung. Dan wisuda pun biasanya berbarengan dengan sekolah TK, MI, MTs dan SMA sekaligus.

Saat Faiza duduk di tempat yang sudah disediakan, banyak yang menghampirinya untuk berfoto. Tak jarang anak SMA yang kebetulan jadi panitia di sana juga meminta foto bersamanya.

Arkan sudah pasti ada di sana, ia termasuk salah satu panitia di acara tersebut.
Sedari tadi Arkan tak fokus pada tugasnya, sejak kedatangan Faiza, ia hanya fokus pada satu titik itu.

Kenapa dia cantik sekali?

Kenapa gua malah pergi ninggalin dia?

Kenapa gua harus ngikutin apa kata hati gua?

Arkan menggelengkan kepalanya. Mencoba menghilangkan pikiran yang mengganggunya.

Selama ini ia masih setia pada gadisnya. Masih sering mengantar gadisnya berobat, bahkan sering menghampiri gadisnya setiap di sekolah. Tak jarang pula Arkan rela memilih gadisnya daripada rapat OSIS bersama temannya.
Tapi hari ini Arkan memilih tugasnya, dan dia melarang gadisnya itu untuk datang.

Dari kejauhan, Arkan tak henti-hentinya menatap Faiza. Ingin rasanya kaki itu melangkah menghampiri gadis cantik di sana untuk sekedar meminta foto.

Ah, Arkan menggelengkan kepala untuk kesekian kalinya.

Fokus! batin Arkan seolah berteriak.

Masalah Arkan dan Ardila sudah berlalu, mereka sudah kembali dekat. Hanya saja Ardila masih sering mendiamkan Arkan dan tak menganggap Arkan, entah disengaja atau hanya sekedar lupa.

Arkan, Firman maupun Ardi belum ada yang membahas masalah tersebut pada Ardila maupun Faiza.

Mereka memilih diam, bungkam. Karena setiap ingin membahas, Ardila selalu mencari topik lain.
Sedangkan Faiza, mereka sudah sangat jarang bertemu. Baru hari ini mereka melihat Faiza lagi. Gadis itu sukses menghilang dari mereka.

Tak terasa hari semakin panas, dan pagi pun sudah berganti siang. Acara sudah berjalan setengahnya, dari pembacaan ayat suci Al-Qur'an, sambutan, penampilan dari anak TK, MI, MTs maupun SMA yang ikut serta meramaikan acara ini. Penampilan beberapa ekstrakulikuler, sampai paduan suara yang dibawakan oleh beberapa wisudawati.

Dan tiba saatnya MC di sana sedang menyebutkan beberapa lulusan terbaik, seketika suasana menjadi tegang.

Faiza sudah pasrah jika namanya tidak terpanggil.

"Ada 10 lulusan terbaik yang akan saya bacakan di sini. Tadi dari tingkat TK sudah, dari tingkat MI sudah. Sekarang tingkat MTs," suara MC di microphone pun menggema di lapangan bernuansa gedung ini.

MC mulai menyebutkan, dari urutan paling akhir. Dan mereka yang terpanggil namanya sudah ada di atas panggung sana.

Saat urutan ketiga disebutkan Faiza sangat gemetar, karena namanya tak kunjung terpanggil.

"Faiza Aisyah Syabila!"

Tepat diurutan pertama nama Faiza terpanggil, itu artinya peringkat 1 telah ia raih.
Seketika tubuh Faiza lemas, Faiza yang langsung dipeluk oleh kakak dan Umminya.

Faiza naik ke atas panggung bergabung bersama wisudawan-wisudawati terbaik di atas sana. Suasana tegang pun berganti haru, alunan musik sendu mulai terdengar.

Saat medali, piala dan piagam penghargaan sedang dibagikan, terdengar murid-murid di bawah sana menyanyikan lagu yang cocok dengan acara perpisahan ini.

Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah

Awal kan berakhir
Terbit kan tenggelam
Pasang akan surut
Bertemu akan berpisah

Hei Sampai jumpa di lain hari
Untuk kita Bertemu lagi
Ku relakan dirimu pergi

Meskipun Ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap Tanpa dirimu
Ku harap terbaik untukmu.

Nyanyian itu membuat suasana semakin sendu, tak jarang mereka yang di sana mengeluarkan air matanya. Terlihat beberapa guru pun ikut menangis, dan yang di atas panggung juga sudah terisak.

“Perpisahan memang menyakitkan. Namun, suka atau tidak, perpisahan pasti akan datang setelah adanya pertemuan.” -@nailaandini30

Semoga kalian sukses!!! batin Faiza di tengah isakannya.
Lalu ia ikut hanyut dalam lagu tersebut, lagu yang benar-benar bermakna untuk sebuah perpisahan.

-------------------
Hai? 😌

Berjuang Tanpa Pengungkapan (COMPLETE) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang