#3 : Kerja Kelompok

609 29 3
                                    

Hari ini kerja kelompok dilaksanakan. Seperti rencana sebelumnya, kerja kelompok dilaksanakan di rumah Adrian. Kali ini, aku sedang bingung. Untuk menuju ke rumah Adrian, membutuhkan transportasi. Sementara di sana tak ada kendaraan umum. Aku juga tak mengendarai sepeda motor.

"Ran, kenapa?" tanya Arfan.

"Aku lagi bingung. Aku nggak tau ke rumah Adrian mau naik apa."

"Bareng aku?"

Aduh, aku mau jawab apa? Kok rasanya deg-degan gini sih? Jangan-jangan...

"Mmm... Iya deh," jawabku. Pake grogi juga lagi. Duh, jangan-jangan pipiku kayak tomat!

Alhasil, aku naik motor Ninja-nya Arfan. Kukira Arfan bakal ngebut, ternyata enggak. Baru kali ini aku dibonceng pake motor Ninja.

"Ran, nyampek nih. Gak turun?"

Duh, malunya aku! Kayaknya aku beneran suka sama Arfan. Aku ngelamun terus pas di jalan. Sampai-sampai aku nggak sadar kalo udah nyampek di rumah Adrian. Mau nggak mau, aku harus buat alesan ke Arfan.

"Eh, Iya Fan. Bentar, susah nih turunnya.  Motornya tinggi sih."

"Ada-ada aja, Ran."

Aku tersipu malu. Aku merasa diriku aneh. Emang gini ya yang namanya baper? Aku belum pernah merasakan perasaan sebaper ini.

Setelah aku turun dari motor Ninja-nya Arfan, aku langsung masuk ke rumah Adrian yang ternyata telah dipenuhi oleh teman sekelompokku. Rumah Adrian sangat asri dan minimalis namun cantik. Aku jadi betah. Di sini juga banyak kucing. Aku cinta kucing! Aku jadi tambah menyukai suasana rumah Adrian.

"Puuuss, sini lho sama om!" Hei, Arfan juga suka kucing! Dia bahkan merekam dan memotret kucing Adrian. Kita sama ternyata 😅

Aku pun menuju ke kucing lain. Siapa tau dia ngomong sesuatu ke aku gitu. Ngarep banget sih Ran! Hehe.

"Puuss, lucu banget sih!" Aku segera memangku dan mengusap kepala kucing itu. Bener dugaanku. Arfan menoleh ke arahku. Tapi...

"Ran! Kamu ngapain pegang-pegang kucing kampung kotor gitu! Ihh jorok deh." Tiba-tiba Dira menegurku. Ngegas banget sih! Nih anak kalo negur biasa aja lagi! 😤

"Dir, ini bukan kucing kampung. Ini kucing ras. Bersih kok. Kalo ngomong jangan sembarangan, ya!" ujar Arfan.

"Ngegas banget dah!"

"Kayak kamu gak ngegas aja. Aku kan nggak negur kamu. Aku negur si Rania tuh. Jangan ge-er deh makanya," kata Arfan. "Kita kan pecinta kucing, ya gak Ran?"

"Serah!"

Arfan belain aku? Gak salah? Apa aku aja yang baper? Uhhh, dasar aku ini baperan!

Beberapa menit kemudian, kerja kelompok dimulai. Kami kerja kelompok dengan serius, agar cepat selesai. Dan hanya tiga jam, kerja kelompok kami usai.

"Fan, aku pulang duluan ya! Udah sore nih," kata Sahila. Ia pulang bersama Dira.

Duh, ibu ini dihubungi susah banget sih! Gak aktif paling ya HP-nya.

"Ran, nggak pulang? Dijemput mamamu? Kok dari tadi kayak cemas gitu?"

"Emm... Ibu aku dihubungi susah."

"Pulsamu habis? Pake HP-ku aja."

"Pulsaku masih banyak kok. Kayaknya HP-nya ibuku aja yang gak aktif."

"Pulang bareng aku aja. Rumahmu dimana, sih?"

"Di Jalan Semangka."

"Rumah kita searah kok. Ayo bareng aku aja."

"Nggak papa nih?"

"Iyaa."

"Ya udah."

"Yan, aku sama Rania pulang dulu! Makasih yaa."

"Wih, udah punya gebetan aja, Fan. Cepet banget! Baru aja sekelas sebulan."

"Nggaklah. Cuma pulang bareng aja gak boleh?"

Pipiku rasanya udah merah. Duhh, jangan-jangan beneran keliatan merah?

"Yuk, Ran."

Aku segera menaiki motor Ninja-nya Arfan. Seperti saat berangkat ke rumah Adrian, kecepatan motor Arfan tak bertambah. Nggak ngebut.

Sesampainya di rumah, aku disambut oleh ibu. Beliau sempat terkejut karena aku pulang bersama cowok untuk pertama kalinya.

"Ran, itu siapa? Kok nggak telpon ibu aja biar ibu yang jemput kamu?"

"Bu, aku tadi udah telpon ibu, tapi nggak aktif."

"Masa?"

"Iya!"

"Ya udah, besok lagi jangan pulang bareng cowok ya. Iya kalo dia baik. Kalo niatnya jahat?"

"Nggak gitu juga kali Bu. Aku tau caranya milih temen. Aku tau mana yang niatnya baik, mana yang enggak."

"Pokoknya jangan pulang bareng cowok. Kalo sampai pulang sama cowok, ibu bakal bilang ke bapak!"

"Duh, iya iya! Udah ah, Rania capek. Mau mandi dulu!"

Aku langsung masuk ke kamar dan duduk di kasur. Aku merenungi kejadian tadi. Kok bisa sih aku dibarengin sama cowok? Apalagi cowok itu adalah cowok yang aku sukai. Pokoknya semua berkat kerja kelompok tadi!

Hello Readers!
Gimana cerita Rania? Baper?
Kalo baper, please vote dan comment ya!
Spread love! 💞

Cinta Sendiri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang