#14 : Modus PR

288 22 6
                                    

Siang hari. Saat yang tepat untuk tidur siang dan bersantai. Tapi, bagi seorang murid SMA sepertiku, pasti merasakan hal yang sama denganku. Mengantuk saat pelajaran di sekolah.

"Hoaamm..." aku berkali-kali menutup mulutku karena menguap. Berkali-kali pula aku mendengar suara menguap teman-temanku.

"Aku paling gak seneng pelajaran sejarah. Ngantuk!" keluh Raisa.

"Sama. Hoaaaahh..."

"Kalian yang mengantuk, silakan mencuci muka. Saya nggak mau liat muka bantal kalian!" kata Bu Berli.

"Iya Bu..." Beberapa anak mendengarkan apa kata Bu Berli. Namun, aku dan Raisa mager untuk ke kamar mandi dan mencuci muka.

Pelajaran berlanjut. Akhirnya, untuk menghilangkan kesuntukan ini, aku memutuskan untuk mencoret-coret buku catatanku. Aku mencoba merangkai kata dengan teknik handlettering. Aku menulis inisial namaku dan cowok yang kusukai. Tentu saja kalian tau siapa dia. Arfan.

Saking sibuknya aku menulis dan mencoret-coret, tanpa kusadari, Bu Berli mengumumkan sesuatu yang penting. Tugas. Tapi aku tak mendengarnya. Kupikir, nanti aja aku tanya ke Raisa.

Pelajaran hari ini berakhir. Siapa yang tak girang kalau waktu pulang sekolah tiba? Pasti nggak ada kan?

Aku seneng banget hari itu. Karena hari itu adalah hari Sabtu. Besoknya Minggu. Aku bisa santai nanti malem. Ya sambil ngerjain PR dong pastinya.

Aku berbincang-bincang santai dengan Raisa di angkot.

"Sa, kamu tau film baru nggak? Aku pengen nonton. Tapi aku gak tau juga sih mau nonton sama siapa. Hehe..."

"Ada kok. Dilan 1991. Masa kamu gak tau sih. Itu baru dua minggu yang lalu kalo gak salah rilisnya. Aku juga pengen nonton!"

"Ayo! Tapi kapan? Besok?"

"Iya deh. Aku izin ke ibuku dulu ya tapi."

"Iya. Nanti aku juga bakal searching harga tiket bioskop di internet. Maklumlah, aku kan gak pernah ke bioskop. Hehe..."

"Sama dong. Kita kan anak rumahan, ya gak?"

"Iya dong." Saat itu yang bersamaan, aku melihat Arfan bersama Nina berboncengan. Mesra sekali. Aku hanya bisa berdecak jengkel. Raisa yang melihatku seperti itu, langsung ikut melihat ke arah jendela angkot. Dia langsung tahu.

"Biarin aja sih. Namanya juga bucin. Kamu tau? Kita itu ibarat bunga karang di laut, cuma bisa liatin ikan hiu dan remoranya lewat di atas kita tanpa bisa ikut berenang. Cuma bisa diam dan menancap di batu karang. Gak bisa ngapa-ngapain. Kayak kamu gini," kata Raisa. "Bedanya, kalo bunga karang nancep di batu karang, kalo kamu, nancepnya di angkot! Hahaha..."

Aku hanya mendelik sebal karena semua yang dibilang Raisa itu bener.

***

Malam Minggu. Mungkin bagi kalian yang punya pacar alias bucin, bakalan pergi ke spot-spot pacaran. Di bioskop, mall, taman kota, kafe, dan lainnya. Tapi, bagi para jomblo, khususnya aku, bakalan diam di kamar, baca novel, dengerin radio, dengerin lagu galau... Tapi aku nggak lah. Aku ya ngerjain PR dong. Tapi malam itu, aku kebingungan. Karena tugas sejarah. Aku nggak dengerin omongan Bu Berli. Aku memutuskan untuk chat Raisa.

[6.30 p.m.]~Rania : Sa, tau pr yg tadi Bu Berli umumin g?
[6.35 p.m.]~Raisa : Nggak.

[6.35 p.m.]~Raisa : Aku tadi gk nyatet dan gk dengerin.

[6.35 p.m.]~Raisa : Ngantuk sih.
[6.36 p.m.]~Rania : Gimana dong?
[6.37 p.m.]~Raisa : Tanya ke Arfan aja sana.

[6.37 p.m.]~Raisa : Sekalian modus 😂
[6.39 p.m.]~Rania : Iya juga ya 😙

[6.39 p.m.]~Rania : Tapi aku malu 😚
[6.40 p.m.]~Raisa : Terserah sana 😒

Akhirnya kuputuskan untuk mengawali chat dengan Arfan. Aku ragu. Mengetik... Menghapus. Mengetik... Menghapus. Terus seperti itu. Padahal aku kan cuma mau tanya PR. Mungkin karena ada tujuan lain. Modus.

Akhirnya aku mulai.

[7.06 p.m.]~Rania : Arfan

Lama aku nungguin balasan Arfan. Padahal, whatsappnya aktif. Centang dua, abu-abu. Satu jam kemudian, dia baru membalas. Langsung kubuka chatnya.

[8.10 p.m.]~Arfan : Maaf, ini siapa ya?

Ingin kuhapus saja rasanya nomor telepon Arfan dari memori ponselku. Kenapa dia gak menyimpan nomorku sih?

[8.12 p.m.]~Rania : Ini Rania.
[8.12 p.m.]~Arfan : Ohh Rania...
[8.12 p.m.]~Arfan : Ada apa Ran?
[8.13 p.m.]~Rania : Aku mau tanya soal tugas yang dikasih Bu Berli tadi.
[8.14 p.m.]~Rania : Aku kurang paham sama tugasnya.
[8.15 p.m.]~Arfan : Oh itu
[8.15 p.m.]~Arfan : Itu suruh cari biografi tokoh pahlawan reformasi terus ditulis di kertas folio. Gitu aja.
[8.16 p.m.]~Rania : Gitu ya
[8.16 p.m.]~Rania : Makasih ya
[8.17 p.m.]~Arfan : Iya sama2.

Hatiku berdebar saat berdialog dengan Arfan tadi di whatsapp. Padahal, aku cuma tanya tugas. Dan apa aku yang baper ya barusan? Rasanya seneng banget kalo dia jawab kata makasih ku dengan kata "sama2". Padahal, memang udah seharusnya gitu, kan?

Dasar Rania. Modus mulu. Hehe, batinku dengan wajah senyum-senyum dan malu-malu. Bukannya melanjutkan mengerjakan tugas yang sudah kutanyakan tadi ke Arfan, tapi aku malah baca novel baruku yang kubeli di bazar kemarin. Aku keasyikan membaca novel sampai jam 10 malam. Untung itu malam Minggu.

Aku baru tersadar akan tugasku jam 10. Aku segera membuka laptopku untuk mengerjakan tugas.

"Rania! Kamu gak tidur? Ini udah jam berapa? Gak sehat begadang itu," kata ibuku.

"Iya Bu. Ini aku baru aja ngerjakan tugas. Sepuluh menit lagi deh, Bu."

"Beneran ya. Kalo nggak, besok gak diajak jalan-jalan lho sama Kak Keano. Katanya besok dia mau ajak kamu ke toko buku."

"Tumben tuh anak. Iya deh Bu."

Malam itu, aku tidur dengan mimpi yang sangat indah. Karena di mimpiku ada Arfan.

Hello Readers! 💞

Author balik lagi nih! Hehe...
Semangat ya buat yang lagi USBN! 🙌 *termasuk aku sih*
Semoga kita semua sukses ya...
Aamiin...

Jangan lupa share cerita ini ke sosmed kalian ya! *Siapa tau ada temen kalian yang suka ceritaku kan hehe*😊
Jangan lupa vote jugaa!✨

Spread love 💞✨

Cinta Sendiri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang