#10 : Masa Putih Abu Ibu #part3

342 20 0
                                    

Rani segera menghubungi Desi untuk menemui Rangga dan lelaki yang mengaku sebagai kakak kelasnya. Beruntung, Desi mudah dihubungi. Sehingga, Rani dan Desi bisa langsung ke tempat janjian.

Sesampainya di tempat janjian, Rani terkejut bukan main. Ternyata dunia memang ini sempit. Lelaki yang mengaku sebagai kakak kelas Rani ternyata merupakan tentara yang sering Rani lihat saat di Akmil dan lelaki yang bertatap mata dengan Rani di terminal.

Sejenak, mata mereka berdua bertemu. Mereka saling menatap.

"Hai, Rani. Kenalin, ini temenku dulu waktu SMA sekaligus kakak kelasmu. Namanya Gino. Dia tentara. Sekarang lagi tugas di Akmil. Tapi berhubung dia lagi cuti, ya dia main-main ke sini," kata Rangga. Kemudian Gino dan Rani bersalaman.

"Hai, Rani. Kamu pasti bingung kenapa aku nyuruh kamu ketemuan?" kata Gino. "Aku cuma mau kenal lebih deket sama kamu. Aku juga mau jujur. Sebenernya, aku udah suka sama kamu sejak SMA. Maaf kalo aku langsung ngomong ke intinya. Mungkin ini bikin kamu syok. Aku pengagum rahasiamu."

Rani dan Desi sama-sama bungkam. Kaget mendengar pernyataan dari Gino. Secepat ini Gino menyatakan perasaan yang telah dipendamnya selama tujuh tahun.

Sejak saat itu, hubungan Rani dan Gino semakin erat. Mereka sering surat-suratan dan Gino juga sering main-main ke rumah Rani. Sehingga, keluarga Rani mengenal Gino lebih dekat.

Mereka menjalani hubungan pacaran selama tiga tahun dan memutuskan untuk menikah. Mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu Keano Andrean dan Rania Andriana.

***

Aku hanya bisa diam setelah mendengar cerita cinta ibu waktu masih muda. Kisah cinta yang ending-nya tak terduga. Bagaimana bisa ayahnya dan ibunya disatukan padahal mereka sendiri awalnya tak saling mengenal? Mungkin itulah yang dinamakan 'jodoh tak kemana'. Hanya sebuah takdir dan waktu yang menyatukan mereka berdua.

"Udah selesai makannya, sayang? Gimana, udah puas kan dengerin cerita cinta ibu? Hehe..." Tiba-tiba ibu mengusap rambutku.

"Iya, bu. Aku udah puas dengernya. Kalo udah denger ceritanya ibu tadi, aku jadi nggak khawatir," kataku. Ups! Aku kelepasan ngomong!

"Khawatir kenapa, Ran? Jangan-jangan, kamu udah punya gebetan, ya?" Gimana, nih? Kalo udah gini, ibu pasti nanya terus. Aku harus kabur ke kamar!

"Emm, Bu. Aku besok banyak tugas nih. Fisika, matematika sama seni besok harus dikumpulin. Aku ke kamar dulu ya Bu, mau ngerjain tugas. Aku nggak mau tidur kemaleman. Daah!" kataku pamit sambil melambaikan tangan pada ibu. Kulihat, ibu hanya bisa menggelengkan kepala.

Kalo udah masuk kamar gini, rasanya aman. Aku segera membuka Instagram. Padahal, niat awalku mau belajar. Jangan ditiru, ya!

Kulihat feed instagramku yang pertama adalah akun Arfan. Aku tak melihat fotonya dan langsung memberikan like. Setelah kuberi like, aku baru sadar. Arfan ternyata sedang berfoto dengan cewek yang waktu itu kulihat naik motor dengan Arfan. Ughhh! Rasanya ingin kubatalkan like yang telah kuberikan padanya. Tapi, rasanya nggak enak.

Sepertinya, aku memang disuruh belajar. Ini azab buatku karena telah berbohong pada ibuku. Akhirnya, kubuka buku paket fisika. Namun rasanya aku sudah sangat mengantuk. Aku memutuskan untuk membaca novelku dulu. Namun sepertinya, mataku tak bisa diajak kompromi. Aku tertidur saat membaca novel.

***

Kulihat jam di dinding. Jam 8 malam. Ternyata aku tadi tertidur 5 jam. Kemudian, kudengar televisi menyala. Sepertinya, kakakku udah pulang. Segera aku keluar kamar. Benar dugaanku. Kak Keano duduk di sofa sambil makan coklat batangan.

Kak Keano adalah kakakku satu-satunya. Ia putih, tinggi, dan lumayan ganteng, sih. Tapi jangan sampai dipuji. Bisa-bisa dia besar kepala dan penyakit kepedeannya kumat. Dia udah kuliah di sebuah universitas. Jurusan teknik informatika.

"Kak! Minta coklatnya dong..." kataku memohon.

"Jangan! Nanti kamu jerawatan lho. Terus gak ada yang suka lagi. Gimana..." kata kak Keano menggodaku. Seperti biasa. Dia selalu menjengkelkan.

"Ih, kak Keano nih kumat jahilnya! Aku jitak lho."

"Jitak aja. Nanti aku bales gelitik-gelitik mau?"

"Nggak! Kak Keano pelit! Aku cuma minta coklatnya sedikit aja gak boleh. Pelit! Pelit!"

"Hahaha..." Ia tertawa puas. Dia gak akan berhenti jahilin aku sebelum aku ngambek. Tapi setelah itu, aku luluh dan malah bercanda dengannya. Rasanya senang sekali meskipun sedikit jengkel.

"Tugasnya udah selesai, Ran?" Tiba-tiba ibu muncul dari dapur. Sebenarnya, besok aku nggak ada tugas. Berarti, ibu nggak tau aku tadi tidur di kamar?

"Eh, udah Bu. Tinggal habis ini aku belajar buat ulangan hari Kamis."

"Ya udah sana belajar, gih. Kalo ada yang gak tau, nanya aja sama kakakmu."

"Iya, Bu."

Kemudian aku menuju ke kamar dan segera belajar. Aku juga merebut coklat milik kak Keano.

"Rania! Siniin pacar aku! Kamu gak boleh ambil pacar aku!"

"Idih, sekalian aja sana nikah sama coklat! Bodi amat, coklat ini udah di tanganku, jadi coklat ini punyaku. Bweee!"

Aku berlari ke kamar sambil menjulurkan lidahku. Kulihat kak Keano mengejarku dengan ekspresi konyolnya.

Cinta Sendiri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang