"Rania!"
Aku akhirnya tahu siapa yang memanggilku. Dito.
"Lho Dito? Kok di sini?" tanyaku.
"Lah emang kenapa kalo aku ada di sini? Gak boleh?"
"Boleh kok. Kenapa manggil aku?"
"Haishh kenapa memangnya? Gak boleh ya cuma nyapa?"
"Boleehh. Eh tapi masa kamu sendirian kesini? Bukannya kalo mall itu tempatnya para bucin berkeliaran ya? Meskipun gak cuma bucin juga sih," tanyaku.
"Aku sama Satya, Fajar, sama Bono. Tapi tadi gara-gara aku kelamaan main di GameZone, aku ketinggalan terus mencar deh. Lah kamu?" kata Dito.
"Aku sama kakakku dan Raisa. Tapi mereka lagi bucin. Makanya aku males. Jadi aku tadi jalannya agak lambat aja biar gak sejajar jalannya sama mereka."
"Gimana kalo kita jalan-jalan sendiri aja? Mau?" ajak Dito.
"Ayo, deh. Tapi aku gak pernah ke mall. Aku sebenernya gak suka ke mall. Dan kalo aku memang ke mall, aku bakalan langsung ke toko bukunya. Saking aja barusan aku ke sini buat nonton film Dilan 1991."
"Gitu ya. Ya udah aku anter ke toko buku aja gimana?"
"Boleh nih? Aku mungkin agak lama di toko buku. Tau sendiri lah."
"Ya gapapa dong. Aku juga pengen keliatan pinter, soalnya kan ke toko buku. Hehehe..." kata Dito. Garing banget. "Emang kamu gak dicari kakakmu sama si Raisa?"
"Paling nanti kalo selesai mereka nelpon aku."
"Oh. Oke."
Kami memasuki toko buku. Aku selalu suka aroma toko buku. Khas bau buku baru. Aku segera menuju ke rak novel. Aku melihat-lihat novel yang baru rilis dan bestseller.
Mataku langsung jelalatan melihat novel-novel yang terpajang di rak. Hal pertama yang aku lihat dari novel adalah sampul. Kalo sampulnya menarik, kemungkinan besar novel itu ceritanya bagus. Itu menurutku.
Kulihat Dito sedang duduk di pojok baca. Hanya duduk dan memandangku. Kemudian ia melambaikan tangannya padaku. Setelah itu ia tak melakukan apapun. Tapi tetap memandangku. Biarin aja deh.
Aku kembali melihat-lihat novel dan membaca sinopsisnya. Saat aku beralih ke novel yang lain, mataku tak sengaja menangkap pemandangan yang tak asing. Sering kali kutemui. Mereka lagi.
Mereka. Arfan dan Nina. Aku jemu dengan semua ini. Segera aku berlari menuju Dito. Menarik tangannya dan segera keluar dari tempat yang menyebalkan ini.
"Eh, kenapa Ran? Emang udah selesai ya beli bukunya? Kok tiba-tiba keluar?"
"Enggak, aku cuma agak bosen aja. Bahkan di toko buku aja ada bucin. Ayo ke mana gitu?"
"Ke mana ya? Aku sih sukanya ke GameZone."
"Males ah rame. Pulang aja deh."
"Eh, kok gitu? Gimana kalo ke mana gitu?"
"Enggak ah aku udah capek. Aku nelpon kak Keano dulu ya."
Aku segera menelepon Kak Keano.
"Kak, di mana? Aku mau pulang. Apa? Lagi ngajak Raisa jalan? Gak jadi! Aku pulang sendiri aja!" Aku langsung memutus sambungan.
"Kenapa, Ran?" tanya Dito.
"Kak Keano lagi bucin tuh sama Raisa. Aku pulang—"
"—Sama aku aja." Dito langsung menyelaku.
"Nggak ah. Kan kamu sama temen-temenmu. Gak bareng mereka memangnya?"
"Sans aja. Mereka pasti udah ninggalin aku. Aku juga bawa sepeda motor sendiri. Nanti aku kabarin mereka kalo aku udah pulang duluan."
"Ya udah deh terserah."
"Beli makan dulu ya tapi," kata Dito. "Laper banget."
"Kenapa gak beli di sini aja?" tanyaku.
"Gak tau ya. Makanan di mall itu mahal banget. Padahal rasanya sama aja."
"Ya udah deh. Ayo."
Saat kami menuju ke parkiran, aku melihat mereka lagi. Siapa lagi kalo bukan Arfan dan Nina. Segera aku memalingkan wajahku dan berjalan agak cepat menyusul Dito.
"Kenapa jalannya hentak-hentak gitu?" tanya Dito. Memang kalo aku lagi sebel, aku selalu menghentakkan kakiku.
"Enggak papa. Ini lho tiba-tiba kakiku kayak banyak semutnya. Geli banget."
Dito tak menghiraukan. Ia malah menyapa Arfan. Mampus deh!
"Fan! Kesini juga? Oh, lagi bucin ya," kata Dito.
"Eh, Dito juga bucin ya. Itu ada si Rania. Kapan kalian jadian?" ujar Arfan. Ingin sekali kujelaskan padanya kalo aku gak pacaran sama Dito.
"Eh, Iya nih. Sekali-kali gapapa lah ya. Hehe..." kata Dito. Ihh, pengen aku sumpel aja tuh mulutnya pake sepatu! Karena tak tahan, aku menjelaskan ke Arfan.
"Eh, kita gak bucin kok, Fan. Aku tadi kesini sama Raisa dan kakakku. Tapi mereka udah pulang duluan. Pas aku di mall, aku ketemu Dito. Kebetulan dia juga ketinggalan temen-temennya," jelasku.
"Oh, ya udah. Aku duluan ya. Si Nina udah nungguin," kata Arfan. Rasanya aku geregetan sama Nina. Gak tau kenapa. Mungkin aku cemburu?
"Iya, hati-hati, Fan! Selamat bucin!" kata Dito. Aku dan Dito segera pergi dari parkiran itu.
"Jangan ngebut-ngebut ya To nyupirnya. Aku takut," kataku.
"Santai aja. Aku gak pernah ngebut kok kalo naik motor."
Dito berhenti di depan sebuah warung mie ayam. Dito segera memesan makanan. Aku memesan makanan yang sama. Karena aku selalu bingung saat memilih makanan.
Selama makan, kami tak berbicara apapun. Aku juga bingung mau ngomong apa. Ditambah lagi, aku jarang mengobrol dengan orang yang belum akrab. Hingga selesai, kami juga tak membicarakan apapun.
Selesai makan, kami langsung pulang. Sesampainya di rumah, Kak Keano membukakan pagar.
"Lho, Ran. Kamu pulang sama siapa?" tanya Kak Keano.
"Aku sama Dito. Habisnya Kak Keano udah duluan. Terus tadi aku ketemu sama Dito. Ya udah aku bareng dia aja."
"Ya udah. Sana ganti baju," kata Kak Keano.
"Iya," jawabku. Kayaknya aku tadi mau bilang sesuatu sama Kak Keano. Apa, ya? "Oh iya Kak! Gimana kemajuan Kakak sama Raisa?"
"Kemajuan apaan? Udah sana masuk kamar! Gak usah ikut campur."
"Ngegas banget sih Kak. Cuma nanya gitu doang," aku segera masuk kamar.
Selesai ganti baju, aku segera membuka buku prku. Mengecek pr dan mengerjakannya. Ini semua karena aku membenci deadline. Jadi, setiap hari libur, aku selalu menyelesaikan pr-ku.
Setiap aku kesulitan mengerjakan pr-ku, aku selalu browsing. Saat kubuka smartphone-ku dan kuaktifkan jaringan wifi. Smartphone-ku terus-menerus bergetar. Notifikasi dari grup WhatsApp berlimpah. Namun, aku menghiraukannya karena pekerjaanku belum selesai. Aku melanjutkan pekerjaanku.
Tak lama, telepon berdering. Dari Raisa. Tumben sekali Raisa meneleponku. Biasanya, jika tak mendesak dia tak pernah menelepon.
Ada apa, ya?
Hello Readers! 💞
Seneng banget akhirnya bisa update setelah sekian lama gak update 😂
Selamat menunggu part selanjutnya ya! 🙌
Spread love 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED] Siapa yang tak punya pujaan hati? Semua orang pasti punya. Terutama para cewek yang hobinya memendam perasaan. Itu bagi yang berpegang teguh pada prinsip "Perempuan itu menunggu, bukan mengejar". Aku salah satu penganut prinsip itu. Lalu...