Besok sudah terjadi sekarang. Penantian Rani telah berakhir. Gema, yang dinantinya benar-benar tak menampakkan batang hidungnya seperti hari-hari sebelumnya di balik gerbang sekolah. Entah mengapa kini perasaan Rani merasa tak enak. Ia takut akan sesuatu. Tapi ia tak tahu sesuatu itu apa.
Saat bel istirahat tadi, Rani menerima surat dari Rangga. Ia menduga surat itu merupakan titipan dari Gema. Tapi, ia tak punya nyali untuk membuka surat itu. Jantungnya berdebar hebat. Ternyata inilah yang ia takutkan. Ia takut jika Gema menjadi membencinya. Padahal ini semua bukan salahnya. Ia berhak menolak perasaan Gema.
Isi suratnya...
Rani, aku ngerti, kamu pasti belum siap kalo aku deketin kamu. Aku tau, kamu cewek yang baik. Bukan cewek yang mudah didapat. Aku cuma mau kasih kabar ke kamu. Aku keterima di STAN. Mungkin kamu heran, kenapa aku kasih kabar ini ke kamu. Tapi, menurutku, kamu harus tau. Sebenernya, udah dari minggu kemarin ada kabar kalo aku keterima. Minggu depan aku udah mau berangkat ke Jakarta.
Jaga dirimu baik-baik ya. Maaf, aku tau, aku bukan siapa-siapamu. Tapi, gak papa kan kalo aku bilang ini?Gema
Entah mengapa, Rani merasa sedikit sedih saat membaca surat dari Gema. Padahal, seharusnya Rani senang karena tak ada lagi yang mengusik masa abu-abunya. Begitulah perasaan cewek. Yang selalu labil dan mudah terbawa suasana.
***
Tujuh tahun berlalu...
Baru setahun Rani bekerja di sebuah perusahaan. Bisa dibilang, hidup Rani selama ini berjalan mulus. Meskipun Rani tak terlalu mendapatkan hasil yang sangat baik dan memuaskan, tapi Rani bisa lolos. Seperti saat masuk ke jurusan favoritnya pada saat ia kuliah dan ke perusahaan yang ia inginkan saat ia bekerja.
Saat ini pun, banyak lelaki datang dan berusaha mendapatkan hatinya. Mungkin karena Rani merupakan cewek yang tidak aneh-aneh dan sekarang tumbuh sebagai cewek yang manis meski tak cantik.
Rani selalu ragu dan belum siap bila didekati lelaki. Ia masih ingat Gema. Tiap minggunya, Gema selalu mengiriminya surat untuk sekedar bercerita tentang karir dan kehidupannya di Jakarta. Gema juga tak jarang mengirimi Rani fotonya. Sebaliknya, Gema selalu meminta Rani untuk mengiriminya foto Rani. Tapi Rani selalu enggan. Entah mengapa, Rani dan Gema tak pernah bisa bertemu sejak tujuh tahun yang lalu. Sejak Rani mengiriminya surat padanya untuk tak mendekatinya lagi. Gema selalu beralasan, ia sibuk, ia mau bertemu saudaranya yang tinggal di Bandung terlebih dahulu, dan lain-lain.
Tiga hari lagi, perusahaan Rani menugaskannya di perusahaan yang berada di Magelang.
Perusahaan yang berada di Magelang bersebelahan dengan Akademi Militer. Makanya, Rani seringkali berpapasan dengan calon tentara di Akmil. Namun, ada seorang tentara yang sering sekali ia lihat dan mata mereka tak jarang bertemu. Rani juga mengingat wajahnya.
Sebulan kemudian, masa tugas Rani di Magelang sudah habis. Rani kembali ke Bandung, tempat asalnya.
Saat itu, Rani kembali ke Bandung naik bus. Di terminal, ia bertemu dengan tentara yang seringkali ia lihat di Akmil. Ia heran, mengapa bisa dia bertemu lagi dengannya di sini? Apakah ini kebetulan? Rani tak tahu.
Rani sempat menatapnya sekilas, tapi kemudian ia mengalihkan pandangannya. Ternyata, tentara itu juga menatapnya. Lagi-lagi tatapan mereka bertemu. Namun, Rani merasa pernah melihat lelaki itu. Tapi ia lupa kapan dan dimana.
Kriiingggg! Telepon rumah Rani berdering. Kebetulan, Rani yang mengangkatnya.
"Halo, assalamualaikum. Ini dengan siapa?"
"Ini dengan Reno. Saya ingin berbicara dengan Rani. Apakah Rani ada?" Rani terkejut mendengar suaranya. Suaranya sangat berat dan cepat. Sampai-sampai suaranya menjadi tak jelas.
"Iya, saya sendiri. Ada apa ya?"
"Kamu lupa sama saya? Saya dulu satu sekolah sama kamu. Saya kakak kelasmu di SMA." Lagi-lagi Rani dikejutkan dengan suara di seberang. Rani tak pernah mengenal kakak kelas yang bernama Reno. Ia hanya tahu Rangga saja. Ia tak tahu bagaimana caranya ia menjawab.
"Maaf, saya tidak tahu. Gimana kakak bisa tau saya? Kayaknya dulu saya waktu SMA jarang keluar kelas."
"Aku tahu karena kelas kita deket. Kelasku di depannya kelasmu dan aku juga sahabat Rangga. Kamu lagi-lagi lupa, ya?"
"Maaf, kak. Soalnya kan itu udah tujuh tahun yang lalu. Wajar dong kalo saya lupa. Terus, ada apa ya kakak menghubungi saya?"
"Enggak papa. Aku cuma mastiin. Kamu keberatan nggak kalo besok kita ketemuan? Nggak berdua kok. Ada Rangga juga. Sekalian reuni. Gimana?"
"Emm... Gimana ya kak? Aku nggak enak. Besok juga aku kerja."
"Kamu ini kalo alasan ada-ada aja. Besok Minggu, lho. Masih mau kerja?"
"Eh iya ya. Maksudnya besok aku masih ada perlu di kantor. Kalo habis dari kantor dan aku ajak Desi, sahabat SMA-ku nggak papa kak?"
"Gak papa deh. Oke, sampai ketemu besok ya... Assalamualaikum."
"Iya, kak. Waalaikumsalam..."
Hati Rani saat ini tak menentu. Bagaimana bisa ada kakak kelas yang diam-diam mengamatinya waktu ia SMA dan ia tak menyadari?
Namun, ia penasaran bagaimana wajah kakak kelasnya. Suaranya yang sangat berat dan tegas juga membuatnya takut namun ingin tahu. Besok...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED] Siapa yang tak punya pujaan hati? Semua orang pasti punya. Terutama para cewek yang hobinya memendam perasaan. Itu bagi yang berpegang teguh pada prinsip "Perempuan itu menunggu, bukan mengejar". Aku salah satu penganut prinsip itu. Lalu...