#18 : Cinta Pertama Kak Keano

301 20 5
                                    

Ya, aku udah tau caranya biar Dito tau kalo sebenernya Raisa seneng sama dia. Aku juga bakal bikin Dito suka juga sama Raisa. Tapi, Kak Keano gimana ya? Aku juga bingung, sebenernya Kak Keano itu seneng gak sih sama Raisa?

Setelah memikirkan percintaan yang rumit itu, aku memutuskan untuk baca novel saja. Siapa tau dari novel itu aku bisa dapet pencerahan?

***

Tak terasa aku membaca novel itu sampai habis. Padahal baru kemarin aku beli setelah insiden di toko buku. Aku sekarang bingung mau ngapain. Oh iya! Pr-ku sampai lupa kukerjain! Astaga! Gara-gara Raisa nih nelpon segala.

Setelah mengerjakan pr-ku, aku tiba-tiba mendapat ide yang sangat cemerlang. Kenapa aku gak ngajak Raisa sama Dito belajar bareng aja pas pulang sekolah. Atau paling nggak ngerjain pr bareng? Pintar sekali kau Rania!

Aku segera nge-chat Raisa untuk mengajaknya belajar bersama mulai besok. Aku juga nge-chat Dito. Jawaban mereka sangat memuaskan. Mereka bilang iya.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku. Kak Keano ternyata. Mukanya seperti lesu. Ada apa ya?

"Kenapa Kak kok mukanya ditekuk gitu? Ada masalah? Bukannya tadi kakak habis jalan sama Raisa? Kan harusnya seneng."

"Aku gak kenapa-kenapa kok. Ngapain juga aku seneng cuma gara-gara nganterin Raisa pulang? Lagian aku juga gak ada perasaan kok sama Raisa," kata Kak Keano dengan wajah yang masih ditekuk.

"Lho jadi kemarin Raisa langsung ngajak pulang? Gak kemana-mana lagi? Kok gitu sih? Aku kira kakak sama Raisa ngapain dulu kek."

"Mana ada. Kan kamu dipanggil tuh sama temenmu, terus tiba-tiba Raisa narik tanganku dan minta pulang. Gak tau kenapa. Sebenernya aku gak ninggalin kamu Ran. Aku mau manggil, tapi ya udah keburu ditarik Raisa."

"Aneh banget ya kak. Udahlah, gak usah dibahas. Oh ya kak aku mau nanya sesuatu. Sebenernya kenapa sih tiap Kak Keano ketemu Raisa kayak grogi gitu? Padahal kakak gak ada rasa kan ke Raisa?"

"Hah... berhubung kamu udah cukup umur, terpaksa deh aku ceritain," kata Kak Keano dengan wajahnya yang sudah kembali seperti semula.

"Emang cerita dewasa ya kak? Kok pake cukup umur-cukup umur segala? Duh, makin penasaran deh."

"Dulu waktu SMA, aku pernah naksir cewek..."

"Hwaaa ternyata kak Keano pernah jatuh cintaaa hahaha...." selaku. Aku kaget bukan main. Kak Keano yang cenderung cool (kalo di luar rumah) itu ternyata bisa naksir cewek juga.

"Mau dilanjut gak? Gak usah dilanjut deh ceritanya. Jadi males deh," kata Kak Keano dengan ekspresinya yang dibuat-buat sinis.

"Eh, dilanjutin dong kak. Penasaran tingkat dewa nih."

"Jadi, cewek itu manis, pinter, rajin, sopan, ramah, dan lain-lain. Pokoknya plus-plus deh. Dia itu gak terlalu terkenal. Soalnya meskipun pinter, dia gak banyak omong. Tapi bukannya pendiam dan pasif. Jadi, dia jarang banget yang namanya ngobrol sama cowok sekelasnya, kecuali ada perlu. Dia anaknya juga polos. Nah, itu daya tariknya. Aku suka dia, karena cara ngomongnya yang masih lugu dan gak centil. Apa adanya..."

"Kayak aku dong," selaku dengan percaya diri.

"Untung kamu masih aku anggep adik. Habis ini, kalo kepedeanmu itu masih muncul pas aku cerita, gak bakal aku anggep adik. Oke?"

"Jahat banget sih. Ya udah deh lanjut lagi dong ceritanya," kataku sambil menonjok pelan lengan Kak Keano.

"Jadi, intinya, dia itu tipe cewekku banget. Dia juga kutu buku. Selalu bawa novel kemana-mana, kalo gak novel ya buku sains. Pokoknya ada aja bahan bacaannya. Sukanya di perpus. Jadi, kadang kalo istirahat, aku sengaja pisah dari gengku. Aku bilangnya mau ke kamar mandi, tapi malah ke perpus ngikutin cewek itu. Kadang aku sengaja ambil buku yang tebel banget. Pura-puranya sih baca buku, padahal curi-curi pandang. Tapi dia selalu gak peka. Pandangannya fokus ke bukunya.

"Pokoknya dia itu keliatan wow banget di mataku. Tapi sayangnya, sampai lulus SMA, aku masih gak punya keberanian buat nembak. Soalnya, aku canggung banget kalo ngobrol sama dia. Sampai sekarangpun aku masih pengen tau gimana kabarnya. Aku juga gak tau dia kuliah di mana," jelas Kak Keano.

"Udah cari di Instagram?" tanyaku.

"Gak punya sosmed."

"Astaga kak. Kenapa sih kakak masih gak ada kemajuan? Jaman sekarang, gak ada yang gak punya Instagram. Emang kakak hidup di jaman batu?"

"Iya, deh. Habis ini kakak buat akunnya. Terus cari namanya di Instagram deh," kata kak Keano.

"Emang namanya siapa sih Kak?"

"Namanya Asa. Nama panjangnya Asa Diandra. Bagus kan namanya?"

"Kak, kok nama belakangnya mirip sama namanya Raisa ya? Namanya Raisa itu, Raisa Diandra. Jangan-jangan kakak adik?"

"Masa sih? Kalo gitu, coba kamu tanya nama kakaknya Raisa. Siapa tau namanya sama. Please..."

"Iya deh iya. Aku bakal bantuin. Tapi ada imbalannya ya..." kataku.

"Duh, pake imbalan segala. Ya udah deh... Demi Asa!" kata Kak Keano sambil mengepalkan tangannya di udara. "Memangnya kamu mau imbalan apa?"

"Gitu dong. Aku pengen es krim. Belikan tiga ya! Tapi harus es krim yang cone. Aku gak mau yang cup. Oke?" kataku.

"Iya bawel," kata kakakku sambil menjulurkan lidah. Spontan, aku meninju-ninju tangan Kak Keano sampai dia kesakitan. Habisnya tangannya empuk sih buat ditonjok.

Sekarang semua jadi jelas. Kak Keano ternyata gak ada perasaan sama Raisa. Jadi, gak ada yang tersakiti (kecuali aku). Tinggal satuin Raisa sama Dito.

Aku kapan ya menyatu sama Arfan? Jangan-jangan nasibku sama kayak Kak Keano. Bertepuk sebelah tangan sampai lulus SMA dan si doi gak peka? Jangan sampai deh! Mudah-mudahan aja Arfan gak bucin lagi sama si remora, alias Nina. Nanti baru deh dia bucinnya sama aku. Hihi...

Cinta Sendiri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang