Hari ini di sekolah ada festival tahunan. Aku paling suka acara ini karena di sini ada bazar buku. Aku juga suka banget konser musik di festival ini. Band di sekolahku yang tampil.
"Sa, ayo liat-liat novel di bazar. Aku udah kehabisan bahan bacaan. Ayo!" ajakku.
"Ayo! Aku tadi udah liat-liat sih. Banyak yang baru lho. Murah lagi."
"Ya iyalah murah. Kan bazar buku. Ayo buruan! Keburu penuh nanti malah gak bisa milih yang bagus novelnya."
Aku dan Raisa segera ke bazar. Di bazar, aku melihat Arfan sedang menjadi panitia acara. Dia kelihatan keren banget kalo pake kalung tanda pengenal! Ughhh...
"Duh, apaan sih, Ran?! Kok nyubit-nyubit tanganku gini. Kalo kesenengan gak usah gitu juga kali. Kayak gak pernah liat bazar buku aja."
"Bukan bazar bukunya, Raisa chantikk! Liat tuh di sebelah sana! Ada yang wow!"
Raisa melongok dan mencari yang kutunjukkan. Dan Raisa langsung tahu siapa yang kumaksud. Arfan.
"Oh, si Arfan... Kenapa memangnya? Dia kan memang panitia acara. Soalnya dia anggota OSIS kan."
"Bukan itu juga, Raisa yang cantiknya berlebihan... Dia ganteng banget buset!"
"Lha terus kenapa kalo ganteng?"
"Gak tau deh. Kamu ini kepolosan apa gimana sih? Ayo deh mending ke bazar. Udah rame tuh."
Aku gak habis pikir sama Raisa. Kayaknya dia belum sarapan makanya kalo diajak ngomong gak paham sama sekali.
Kulihat Arfan berdiri di sebelah stan bazar buku dengan earphone di telinganya. Rasanya aku pingin pingsan aja ngeliatnya.
Saking terpesonanya aku melihat Arfan, aku tak melihat di depan stan bazar buku ada keset. Kesetnya tebel banget. Aku tersandung keset itu. Dan kalian tahu? Di depanku ada Arfan dan aku jatuh sambil memegang tangan Arfan. Perasaan malu dan senang bercampur di hatiku. Ughh...
"Ran, hati-hati dong jalannya."
Jika kalian menebak yang bilang seperti itu adalah Arfan, kalian salah. Yang bilang adalah Raisa. Sambil cengengesan, dia bilang seperti itu. Dan yang paling menjengkelkan, Arfan tak menoleh sama sekali ke arahku. Padahal, aku bukan cuma memegang tangannya. Tapi meremas tangannya. Ya kalian tahu sendiri kalau kalian kesandung pasti spontan kayak gitu, kan?
"Hahahaha... Ran, Ran... Ada-ada aja sih. Lucu banget tauk ngeliat mukamu waktu kesandung! Hahaha..."
"Gak lucu tauk! Malu nih sama si Arfan."
"Emang Arfan-nya ngeliat? Dia gak noleh sama sekali ke arahmu lho tadi," ejek Raisa. "Kamu tau, kan itu artinya apa? Artinya, kepekaan dia=0. Dia gak peka banget sama kamu."
"Apaan sih, Sa. Tega banget ngejek sahabatnya yang habis kena korban gak peka."
"Tapi seenggaknya, kamu udah pernah megang tangannya kan? Anggep aja si keset itu comblangin kamu ke Arfan dan modusin si Arfan. Ya nggak? Hehe..."
"Iya sih..." jawabku sambil tersenyum malu. Bisa aja si Raisa.
"Ayo milih novelnya! Wahh itu novel yang aku cari. Nih, Ran katanya kamu juga cari ini... Ran!"
"Eh, novel yang apa Sa?"
"Jangan diliatin terus si Arfan-nya. Nanti dia kerasa lho kalo diliatin. Terus noleh ke kamu deh. Terus nanti ketahuan kalo kamu suka."
"Ya gak mungkin ketahuan lah. Kan kepekaannya=0. Iya kan?"
"Bisa aja nih anak. Haha..."
Setelah itu aku gak bisa konsentrasi milih novelnya. Mataku gak bisa lepas ngeliatin Arfan. Ngeliat kesibukannya, mondar-mandir ngurusin ini itu. Keliatan gagah dan keren banget kalo pas kayak gini. Andai kamu tahu di sini aku ngeliatin kamu terus... Aku cuma bisa berandai-andai tanpa bisa menggapai. Huft...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED] Siapa yang tak punya pujaan hati? Semua orang pasti punya. Terutama para cewek yang hobinya memendam perasaan. Itu bagi yang berpegang teguh pada prinsip "Perempuan itu menunggu, bukan mengejar". Aku salah satu penganut prinsip itu. Lalu...