"Oh iya, Ran. Kayaknya kemarin malem kamu nanya kakakku?" kata Raisa.
"Eh, iya Sa. Lebih tepatnya Kak Keano yang nanyain. Namanya Asa bukan, sih?" tanyaku. Entah mengapa Raisa masih mengingat pertanyaanku kemarin malam lewat chat. Mungkin moodnya membaik.
"Iya. Kok kamu tau? Kamu kenal sama Kak Asa?"
"Aku dikasih tau Kak Keano. Kemarin, dia cerita. Wajahmu itu mirip banget sama temen SMA-nya dulu. Namanya Asa. Nah, nama belakangnya Kak Asa itu sama kayak nama belakangmu juga. Makanya aku ditugasin Kak Keano buat nanya ke kamu," jelasku.
"Oh, kirain ada apa. Gimana kalo kamu suruh aja Kak Keano DM Kak Asa? Nama IG-nya @diandrasa. Coba kamu suruh Kak Keano cari."
"Emm... Sebetulnya, Kak Keano belum buat Instagram, Sa," ujarku malu. Ya, malu punya kakak yang keren tapi super kudet.
"Astaga, Rania! Kak Keano keren-keren tapi kudet, ya! Emangnya tahan ya gak main sosmed? Jaman sekarang, Rania!" Aku sudah bisa menebak, Raisa pasti ngomel-ngomel soal kudetnya Kak Keano. Gak salah juga, sih. Emang Kak Keano-nya aja yang kebangetan.
"Makanya itu. Aku bingung juga sama jalan pikirannya Kak Keano. Kak Keano lebih milih untuk hidup di jaman batu." Kami berdua tertawa bersamaan. "Nanti deh, aku bilangin ke Kak Keano kalo Kak Asa paling benci sama cowok kudet. Biar dia terpacu buat bikin akun Instagram."
"Oke. Aku nanti gak usah bilang ke Kak Asa dulu deh ya. Biar Kak Keano aja yang chat."
Kriiiing! Waktu yang paling dinanti semua murid tiba. Pulang. Meskipun tak semua murid memilih untuk langsung pulang ke rumah. Seperti Arfan. Dia masih aja bucin sama remoranya. Lumayan sebel sih liat si Nina ngintilin Arfan mulu. Tapi aku gak bakalan terlalu sebel kok liat mereka berdua. Tau sendiri, aku bukan siapa-siapanya Arfan. Aku akan berusaha untuk tidak terlalu terobsesi dengan Arfan.
Tapi, dasar aku yang susah lupain orang yang bener-bener udah aku klaim sebagai pacar khayalan, aku gak bisa tinggal diam. Aku mengajak Raisa untuk mengikuti mereka berdua dan menguping pembicaraan mereka. Sebenernya ini kurang kerjaan banget. Tapi, mumpung aku dan Raisa hari ini gak ada jadwal les, aku bisa bebas mengikuti mereka berdua. Please, jangan ditiru, ya!
"Buat apa kamu ngikutin mereka berdua? Mending kamu pantau aja lewat status whatsapp-nya Arfan atau story di Instagramnya Arfan aja di rumah. Beres, kan?" protes Raisa. Mungkin kalo Raisa adalah cewek yang suka hangout, dia bakal seneng aku ajak keluar. Berhubung Raisa adalah anak rumahan, Raisa protes.
"Sa, mungkin aja mereka berdua perginya cuma di mall sebelah sekolah? Aku juga udah sering liat statusnya, kali. Mereka tuh suka banget ke mall sebelah sekolah dan nongkrong di kafe yang jual boba tea. Aku juga hafal minuman yang mereka pesen tiap ke sana. Iced Boba Milk Tea," ujarku. Tiba-tiba Raisa bertepuk tangan sambil membelalakkan matanya.
"Hebat! Hebat! Kamu memang stalker yang setara sama FBI, Ran! Ck, ck..." Raisa berdecak kagum.
"Iya, dong," jawabku. Kemudian kami tertawa. Aku dan Raisa mengamati Arfan dan Nina di kantin. Aku selalu tahu kemana mereka pergi sebelum melanjutkan kegiatan bucinnya di luar sekolah. Kantin.
"Lho, kalian berdua kok gak langsung pulang? Biasanya langsung ngacir kalo bel bunyi. Emang nungguin siapa?" Tiba-tiba Dito muncul di depanku dan Raisa sambil membawa cilok.
"Ih, ngagetin aja! Aku sama Raisa lagi nungguin temen. Udah ya, ini temenku udah chat aku. Duluan, To," pamitku. Aku paling malas kalo berurusan sama Dito. Dia selalu nanya-nanya dan pengen tau urusan pribadiku. Aku beranjak dari tempat duduk dan menarik lengan Raisa untuk segera pergi dari kantin. Namun, langkahku dicegat oleh Dito.
" Tunggu, Ran! Aku ikut. Kalian pasti mau ke mall sebelah, kan? Aku anter kalian. Aku bawa mobil hari ini." Tuh, kan. Dia selalu pengen ikut campur urusanku. Kalo Dito ikutan, rencanaku bisa-bisa gagal. Aku menatap wajah Raisa. Matanya berbinar-binar.
"Ayo deh, Ran. Daripada kita naik angkot kan sayang uangnya mending dibuat besok berangkat sekolah. Ya? Ya? Ya?" bujuk Raisa. Wajah badmood-ku tak berpengaruh lagi bagi Raisa. Aku tau, dia pasti mau modus biar bisa deket-deket sama Dito.
"Tuh, Raisa aja mau. Ayo, aku juga sekalian mau beli komik Conan yang baru. Jadi, nanti kalian ketemuan sama temen kalian, aku cari komik deh," bujuk Dito masih belum menyerah. Aku pun masih berusaha menolak ajakan Dito.
"Mana ada komik Conan di mall? Adanya di toko buku, kali. Udah yuk Sa. Kasian temen kita nungguin di mall. Daah!" Aku tak punya pilihan lain. Aku langsung meninggalkan Dito. Aku merasa lega.
"Ran! Gimana sih, kok ditolak ajakannya? Kan kita enak nanti naik mobil, gak kepanasan. gak abis pikir, deh," protes Raisa lagi-lagi.
"Halah, bilang aja kalo mau berduaan sama Dito. Iya nggak? Lagian, kamu tau sendiri kalo Dito itu kepoan banget. Nanti malah kebongkar kalo aku sebenernya mau ngikutin Arfan."
Raisa tak menjawab. Ada rona kemerahan di pipinya. Aku cuma senyum-senyum sendiri liat Raisa lagi jatuh cinta gitu.
Akhirnya, kami telah sampai di gerbang depan. Kulihat ada sesuatu yang familiar di sana. Tubuh yang tak asing. Itu Dito? Ngapain dia berdiri sambil sandaran di mobilnya di depan gerbang sekolah? Jangan-jangan, dia masih maksa buat ikut ke mall?
"Eh, kalian berdua akhirnya sampai juga di depan. Ayo para putri, masuk ke kereta kencana ini. Saya akan mengawal Anda semua," kata Dito sambil memutar-mutar tangannya dan membungkukkan badannya seperti mempersilakan seorang putri. Raisa tertawa melihatnya. Aku sebenarnya ingin tertawa. Tapi demi menolak ajakannya, aku berlagak cuek.
"Emangnya kamu ngapain sih maksa buat ikut kita ke mall? Kamu kalo mau beli komik kan bisa pergi sendiri. Lagian, kita mau ada urusan penting dan rahasia sama temen kita. Gak usah ikut campur, deh," sentakku.
"Rahasia? Kalian mau transaksi narkoba? Astaga! Sebagai siswa yang baik, aku gak akan tinggal diam ngeliat ini semua. Aku laporin kalian ke BK!" ujarnya.
"Heh! Siapa yang mau transaksi narkoba? Ini urusan cewek, ya. Kamu gak usah ikut campur!" Sebenernya, aku benci perdebatan seperti ini. Apalagi berdebat sama ini anak. Ogah!
"Aku anter ke mall atau aku aduin ke BK kalo ternyata kalian punya misi rahasia buat ngehancurin nama baik sekolah? Tinggal pilih. Gampang kok," kata Dito yang lebih tepat disebut mengancam.
"Duh, iya deh iya! Tapi awas kalo nanti waktu di mall kamu ngikutin! Aku bakal aduin ke BK kalo selama ini kamu selalu berkata kasar, main game waktu ada guru, dan sering bolos ke kantin kalo waktu jam pelajaran," ancamku.
"Oke, siapa takut?" katanya.
Kukira ini takkan berakhir kacau. Tapi, siapa yang menyangka kalau ini merupakan awal dari kekacauan yang sesungguhnya?
***
Hi, Readers! ✨
Gimana ceritanya? Seru?
Kalo kalian suka, jangan lupa vote, share, dan tinggalkan komentar, ya!
Aku bakal semangat update kalo kalian terus support karyaku ini...Thank u 🌈
Spread Love 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED] Siapa yang tak punya pujaan hati? Semua orang pasti punya. Terutama para cewek yang hobinya memendam perasaan. Itu bagi yang berpegang teguh pada prinsip "Perempuan itu menunggu, bukan mengejar". Aku salah satu penganut prinsip itu. Lalu...