#20 : PMS

266 21 6
                                    

Astaga! Aku lupa sesuatu. Kak Keano kan waktu itu minta tolong buat nanyain siapa nama kakaknya Raisa. Duh, gimana nih? Mudah-mudahan aja Kak Keano lupa. Apa aku pura-pura udah tidur aja? Kayaknya itu pilihan yang pas ketimbang aku nanti malah ngecewain Kak Keano.

Dak, dak! Ada suara langkah seseorang. Aku hafal dengan pola langkah ini. Ini langkah kaki Kak Keano. Langkah kakinya selalu terdengar keras seperti menghentak. Bagi kalian yang belum kenal, pasti mengira kalau dia lagi marah.

"Rania! Ran!" Bener kan Kak Keano dateng. Aku segera merangkak ke kasur dan menarik selimut. Aku pura-pura memejamkan mataku.

"Kamu lagi apa?" Aku tetap tak menjawab pertanyaannya.

"Aku tau kamu lagi PMS, kan?" Aku tetap bungkam. Padahal, ini bukan tanggal datang bulanku. Jadi, aku tidak sedang PMS.

"Aku udah beliin es krim. Aku tau kamu pasti gak bisa nolak yang ini. Kalo kamu gak bukain pintunya, aku makan nih es krim," kata Kak Keano. Aku tahu di balik kebaikan Kak Keano,  pasti ada suatu maksud. Dan aku tahu, waktu itu dia pernah berjanji untuk membelikanku es krim kalo aku berhasil tahu siapa nama kakaknya Raisa.

Kuatkan dirimu, Rania! Jangan tergoda es krimnya! Aku tahu kamu pasti pengen, tapi jangan terpengaruh! Inget, kamu belum nanya siapa nama kakaknya Raisa! Batinku mengoceh lagi.

Kak Keano akhirnya membuka pintu kamarku. Pintu kamarku memang selalu tertutup dan aku selalu kesal jika ada yang masuk sembarangan di kamarku, terutama Kak Keano.

"Lho, udah tidur ternyata. Ini baru jam berapa sih emangnya? Lah gak tau deh. Aku makan aja es krimnya. Du dudu..." Kak Keano pergi dari kamarku sambil bersenandung kecil. Aku mengepalkan tanganku. Es krimku hilang!

Akhirnya dia udah keluar, meskipun aku harus kehilangan jatah es krim. Huhu...

Aku segera chat Raisa. Sebenernya aku males ngelakuin ini. Soalnya, Raisa selalu lama balesnya kalo dichat. Masa aku harus nelpon? Dia pasti gak ngangkat. Dia males kalo diajak telponan. Terpaksa aku harus menunggu besok untuk tahu siapa nama kakaknya Raisa.

Tring tring! Eh, cepet banget balesnya si Raisa! Langsung kubaca balasannya.

Raisa 19.10
Ngapain kamu nanya nama kakakku? Tumben.

Ya elah, ketus banget sih dia balesnya. Biar deh, mungkin dia lagi PMS—aku sama aja dong sama Kak Keano.

Rania 19.11
Ya gapapa
Penasaran aja

Raisa 19.12
Besok aja kalo cuma pengen tau
Aku lagi sibuk nih

Kayaknya dia beneran PMS. Gak salah lagi. Tapi kan dia tadi habis ketemuan sama Dito. Jangan-jangan Dito ngapa-ngapain Raisa, nih. Tapi gak mungkin deh kayaknya.

Akhirnya aku memilih untuk membaca novel sambil tiduran di kasur. Berhubung besok guru-guru di sekolahku mengadakan rapat dan murid-muridnya dipulangkan lebih awal. Jadi, besok pelajarannya cuma olahraga. Bisa santai deh.

Pas asyik-asyiknya baca novel, tiba-tiba Kak Keano membuka pintu kamar dengan keras dan itu membuatku kaget. Kalo udah kaget gini, aku pasti menjerit.

"Baaaa! Hayo, tadi pura-pura tidur ya! Aku tau, kamu pasti belum dapet namanya kakaknya Raisa, kan? Ngaku aja, lagi," kata Kak Keano.

"Apaan sih Kak Keano ini bikin orang kaget aja! Untung aku gak jantungan," sekalian aja aku akting marah biar keliatan PMS. Kalo gini kan dijamin Kak Keano bakalan gak mau deketin aku.

"Biar aja. Kamu juga bikin aku nunggu seharian dan gak sabar pengen tau siapa nama kakaknya Raisa! PDKT-ku ke Asa kan jadi tertunda sehari. Terbuang sia-sia tau! Kan mumpung hari ini aku gak ada kelas," kata Kak Keano.

"Lah emangnya kakak mau PDKT ngapain udah malem gini? Ha?" tanyaku. "PDKT tuh harusnya dari SMA dulu, bukan sekarang!"

"Tauk ah. Males banget ngomong sama adik yang mulutnya pedes gitu," kata Kak Keano sambil berjalan keluar kamarku. Padahal aku yang niatnya mau akting PMS, tapi kenapa malah Kak Keano yang PMS?

Kenapa semua orang jutek gini, sih? Biarin aja deh.

Aku membuka smartphone-ku dan melihat notifikasi. Tak ada apapun. Aku seperti orang bodoh yang sedang menunggu sesuatu yang tak mungkin terjadi. Memang siapa lagi yang suka chat aku selain Kak Keano dan Raisa? Gak ada. Akhirnya aku membuka status di whatsapp.

Tepatnya status Arfan. Di sana terdapat fotonya bersama Nina dan berisi caption : Terimakasih untuk semuanya selama ini.

Maksudnya apa, ya? Masa sih mereka berdua putus? Penasaran deh jadinya.

Apa jangan-jangan ini gara-gara tadi aku dianter pulang sama Arfan dan ternyata Nina menguntit? Apa Nina kira Arfan selingkuh sama aku?—efek kebanyakan baca novel.

Semakin penasaran dengan semua ini, aku stalking Instagram Nina. Kulihat story-nya. Tak ada yang aneh. Yang ada isinya malah kata-kata baper. Eh, tunggu! Kata-kata baper? Apa ini pertanda Nina lagi galau gara-gara putus sama Arfan?

Cinta Sendiri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang