#5 : Dia Sama Siapa?

481 27 3
                                    

Aku memandang layar ponselku. Tak ada satu notifikasipun yang masuk. Kalian tahu kan kalo sudah begini, itu tandanya apa? Ya, aku lagi kesepian. Aku menunggu chat dari seseorang yang sudah pasti tak akan nge-chat aku.

"Ran, belikan ibu telur di warungnya Bu Bariah dong. Telur di kulkas udah habis," perintah ibuku. Sebenernya aku ini males banget kalo disuruh ibuku ke warungnya Bu Bariah. Bukannya apa. Tapi warungnya itu jauuuh banget. Mana ini kan siang yang panasnya lagi terik banget. Tapi aku gak bisa nolak juga.

"Iyaaahh..." jawabku. Dengan malas aku menggerakkan kakiku.

"Jawabnya kok kayak gak ikhlas gitu? Yang semangat gitu lho. Deket kok warungnya. Sini sama situ aja. Ini uangnya ya. Telurnya seperempat aja. Pake payung sana, biar gak mimisan gara-gara kepanasan."

"Iyaaa..."

"Yah, jawabnya kok masih gitu? Yang 'iya!' gitu lho. Terus sambil senyum. Kalo kamu mau, kembaliannya buat beli es krim nggak papa."

"Iya!" Seketika aku menjawab dengan semangat karena iming-iming es krim. Aku memang pecinta es krim.

Aku segera mengambil payung dan berjalan ke warung Bu Bariah. Saat dalam perjalanan...

Brrrmmmm brrrrmmm!

Aku mendengar suara motor Ninja yang sepertinya kukenal. Saat aku menengok ke belakang...

Dugaanku benar! Itu memang motor Arfan. Tapi, siapa yang duduk di jok penumpang? Kok perempuan? Masa itu pacarnya Arfan? Gak mungkin!

Aku cepat-cepat berjalan ke warung Bu Bariah dan berjalan sambil menghentak-hentakkan kakiku.

"Assalamualaikum! Buk! Telurnya seperempat!"

"Eh, Neng Rania... Kenapa Neng, kok mukanya ditekuk gitu? Lagi bad moon ya?" kata Bu Bariah.

Seketika aku menahan tawa. "Bad mood?"

"Ya itu lah Neng. Kunaon atuh Neng?" Waduh, aku gak bisa bahasa Sunda. Kebiasaan nih Bu Bariah.

"Maaf Bu Bariah, saya gak bisa bahasa Sunda. Artinya yang tadi Bu Bariah bilang apa, ya?"

"Maaf atuh, Neng. Saya lupa kalo si Eneng teh tidak bisa bahasa Sunda. Ada apa atuh Neng?"

"Hmm gapapa kok Bu. Cuma lagi gak mood aja," kataku sambil memilih es krim dari freezer.

"Banyak banget atuh Neng es krimnya? Wah, kalo udah gini Bu Bariah tau apa masalah si eneng geulis ini. Pasti masalah cowok kan?"

Deg! Kok Bu Bariah tau sih? "E... enggak kok Bu. Ini uangnya pas ya Bu. Makasih Bu!"

"Eh, iya Neng. Hati-hati ya!"

Segera aku berlari dan mengambil payung.

Saat aku keluar dari warung Bu Bariah, lagi-lagi aku melihat...

Arfan dan cewek di belakangnya naik motor Ninja Arfan. Kok mereka ada di mana-mana sih? Apa mereka sengaja mengumbar kemesraan? Tapi kok aku gak pernah liat wajah cewek itu, ya? Apa anak sekolah lain?

Bodo ah! Aku pengen cepet-cepet cerita ke Raisa. Ini gak bisa dibiarin. Eh, tunggu... Aku harus nahan perasaan ini. Kamu harus tutup mulut, Rania! Tahanlah!

Aku tak sabar dan segera melahap salah satu eskrimku. Ini adalah satu-satunya cara biar aku bisa membungkam mulutku dan menahan emosiku.

Cinta Sendiri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang