Setelah teman teman absurd nya pergi, Feb melirik ke balkon samping rumahnya.
"Gue harus cepet kesana sebelum Veby nyampe disana." ucap Feb dalam hati.
Ia segera melangkah menaiki pagar balkonnya lalu berjalan sedikit untuk sampai di balkon Febyanka.
Setelah ia memijakkan kakinya disana, ia segera membuka pintu utama yang kebetulan tidak dikunci oleh sang empunya kamar. Ia masuk kedalam ruangan yang masih gelap itu lalu berdiri di balik pintu kamar Febyanka yang menuju kedalam rumah.Dap...
Dap...
Dap...
Suara langkah seseorang mendekat ke arah pintu yaitu Febyanka. Ia membuka pintu kamarnya yang terkunci,setelah itu ia masuk membuka pintu lalu menutup pintu kembali dan...
Bragh!!!
Seseorang dari dalam menahan Febyanka dibalik pintu dengan satu tangannya menempel tepat disebelah Febyanka.
Febyanka tidak dapat jelas melihat siapa yang ada dihadapannya.
Jantung Febyanka berdetak cepat dan keringat membanjiri pelipisnya dengan nafas yang berderu. Matanya masih terfokus mencoba menerka siapa yang ada dihadapannya."Abis darimana lo?" suara berat nan dingin itu memecah keheningan.
Febyanka memutar bola matanya saat mengenali sosok dihadapannya.
"Gua kira lu setan. Gak lucu banget." balas Febyanka ketus.
"Lu. Abis. Darimana?" pertanyaan yang sama terulang namun penuh penekanan disetiap kalimatnya.
"Apaan sih lu?Minggir!Gua mau istirahat. Capek." ucap ketus Febyanka.
"Jawab pertanyaan gue!" pinta suara berat itu.
"Feb,please deh!"
"Febyanka Vebyna Josselinge, jawab pertanyaan gue!!!" suara itu meninggi membuat Febyanka mengerutkan alisnya. Bahkan Feb menyebut nama Febyanka dengan lengkap pertanda ia sedang menahan emosinya.
"Bukan urusan lo,gue darimana...lu gak berhak_____"
Febyanka tidak dapat melanjutkan perkataannya saat sebuah benda menyumpal bibirnya dengan kasar. Feb dengan paksa menyumpal bibir Febyanka dengan bibirnya membuat Febyanka membelalakkan matanya,sedangkan Feb hanya menutup matanya sambil mencium bibir Febyanka dengan rakus. Febyanka mencoba berontak namun tenaganya tidak seimbang dengan Feb. Kedua tangannya menahan agar tidak mengenai dada bidang Feb.
Feb melepaskan ciumannya dan menatap wajah Febyanka dengan dekat dan tidak begitu jelas karena tidak ada pencahayaan.
Febyanka tidak membalas tatapan Feb dan memilih menatap sembarang arah."Darimana kamu pulang jam segini, Bee?" tanya Feb lembut dengan suara beratnya.
Febyanka terdiam tak menjawab.
Ia kesal dan marah dengan perlakuan Feb padanya.
"Jawab Febyanka!" suaranya serak dan berat membuat Febyanka langsung mendongak menatap Feb.
"Gue... gue...abis main dirumah temen." jawab Febyanka bohong."Klub?" tanya Feb semakin mendekatkan wajahnya pada Febyanka.
Febyanka mengerutkan dahinya dengan pertanyaan Feb.
"Maksud lo apa bilang kayak gitu? Lo ngira gue pelacur?" suara Febyanka meninggi.
"Mungkin..." Feb mengedikkan bahunya acuh.
Febyanka langsung mendorong Feb dan pergi ke teras balkon.
"Bukan urusan lo. Terserah gue mau kemana,pulang jam berapa. Gue udah dewasa. Bukan bocah lagi yang selalu membutuhkan perlindungan. Gue bisa jaga diri gue sendiri. Gue gak suka dikekang." ucap Febyanka panjang lebar sambil menahan airmatanya yang siap meluncur.Feb melangkah mendekati Febyanka yang berdiri diteras balkon menghadap lurus ke depan.
"Maksud gue bukan gitu." ucap Feb lembut sambil memeluk Febyanka dari belakang membuat jantung Febyanka berdegup kencang.
Febyanka mengabaikan ucapan Feb. Jelas ia kesal dan marah dengan sikap posesif sahabat kecilnya itu yang terlalu berlebihan.Padahal lo sendiri yang waktu itu bilang 'gue gak akan larang lo kemana mana,terserah lo mau kemana' buktinya sekarang malah nambah posesif dari yang kemaren kemaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS or Love
Romance'Kita', mungkin panggilan itu terlalu akrab untuk waktu sekarang yang telah membuat semuanya terasa asing. Tidak seperti dulu yang penuh dengan cerita tawa. Karena disini aku yang terlalu perasa. Terlalu egois bahwa kau adalah seutuhnya milikku. Hin...