Part 39: Training

40 4 0
                                    

Hey,i'm back with this new part

Soundtrack: Martin Garrix - Hold on and Believe
____________________________________

Pagi itu,Feby berjalan dibalkon Feb dan memutar kenop pintunya. Belum sampai ia mendorong pintu,ia mendengar teriakan ringisan dan umpatan keras dari arah dalam. Tanpa berpikir lagi,ia masuk kedalam ruangan. Saat telah didalam,ia tak melihat Feb dan ia segera bergegas menuju kamar mandi lalu mengetuknya.
"Feb! Lo kenapa?" teriak Feby sambil terus mengetuk pintu.

Dari dalam Feb terdiam tak bersuara. Sial! Tadi ia terpeleset.
"Feby? Ngapain dia disini?" gumamnya pelan.
Ia mencoba berdiri sambil memegang pinggangnya yang terasa ngilu. Ia duduk di closet.

Feby tak mendengar suara apapun dari dalam dan ia nekat
mendobrak dan masuk untuk melihat Feb. Feb tampak baik-baik saja. Tak ada luka atau apapun.
"Kenapa?" tanya Feb santai sedikit terkejut melihat wajah panik Feby.
"Harusnya gue yang tanya lo kenapa. Lo bikin gue sawan,goblok!" balas Febyanka kembali dengan nada kasarnya.
"Lo nya aja yang kepanikan gak jelas." balas Feb tak mau kalah.
"Gue gak akan panik kalo lo gak teriak tadi.." Feby memelankan suaranya diakhir kalimat. Feb mengangkat sebelah alisnya.
"Elah,santai aja. Gue gak apa,kok" jawab Feb sambil menahan ngilu dipinggangnya.
"Lo kenapa,Feb?" tanya lagi Febyanka.
"Kenapa apanya,Bee? I'm fine. Don't worry." ujar Feb santai.
"Beneran?" tanya Febyanka memastikan.
"Iya,Bee. Yaudah sana! Gue mau mandi. Lo mau tetep diem disini nonton gue mandi?" tanya Feb mengangkat sebelah alisnya.
Febyanka memutar bola matanya lalu kembali keluar kamar mandi. Dan pintu pun tertutup dan terkunci dari dalam.

Febyanka menunggu Feb selesai dengan kegiatannya, ia memilih menunggunya dilantai bawah diruang tamu.

Feb keluar dari kamar mandi dan melihat ke arah jendela yang masih tertutup lalu ia membuka tirainya agar cahaya matahari masuk kedalam ruangannya.

Ia memilih pakaian kasual saja. Kaos pendek hitam dan celana jeans ber-merk ternama A|X (Armani Exchange) tak lupa jaket kulit dan sepatu vans. Ia juga menambah pelembap rambutnya lalu menata rambutnya serapi mungkin.

Ciaaay ganteng banget gue. Batin Feb sambil mematut dirinya dicermin. Ia turun ke bawah menghampiri Febyanka.

"Kamu kapan pergi latihan?" tanya Feb yang sudah duduk disamping Febyanka yang tengah memakan camilan diatas meja.
Febyanka meletakkan toples camilan diatas meja lalu menatap Feb.
"Bentar lagi aja. Tunggu Nate telpon aku. Malas aku tuh sebenarnya." jawab Febyanka malas.
"Gak boleh malas. Mentang-mentang udah jadi juara bertahan malah malas-malasan." balas Feb datar.
"Bukannya malas,Feb. Aku tuh pengen seharian ini sama kamu." bela Febyanka pada diri sendiri.
"Nanti juga bisa. Sekarang waktunya latihan. Nanti kalo udah selesai latihan,aku ajak kamu main deh." ujar Feb dengan senyumnya.
Febyanka tampak berbinar senang.
"Ok,deh. Aku siap-siap dulu. Kamu mau pergi kesana sekarang?" tanya Febyanka.
"Iya." jawab Feb singkat.

Febyanka beranjak pulang ke rumahnya,sedangkan Feb bersiap dengan motornya untuk pergi ke tempat latihannya.

~

Feb

Hari ini,hari terakhir gue latihan di arena. Begitu juga Feby. Tadi pagi pukul 10, Feby dijemput Nathan yang setau gue dia itu pembimbing latihan Feby. Jadi,gue gak terlalu cemburu liat Feby di bonceng Nathan pake motor. Oke,gue gak ngekang dia. Dia punya dunia sendiri. Gue bebasin dia. Tapi,kebebasan itu ada batasannya juga.

FRIENDS or Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang