Part 22 :Heart's Voice

39 7 0
                                    

Febyanka terkekeh geli dengan ekspresi kedua temannya.
"Gak,lah. Dia ini kakak gue. Namanya Chris." jawab Febyanka sambil menepuk bahu Chris.
Ekspresi lega tampak jelas di wajah Gerald dan Leonard.
"Kenalin,gue Gerald Aldrich Adherald." ucap Gerald bersalaman sesaat dengan Chris.
"Saya Leonard Fabrizio" ucap Leonard yang juga bersalaman dengan Chris sesaat.
"Senang berkenalan dengan kalian." balas Chris.

"Pantesan si Ferry calm gitu mukanya. Ternyata Chris cuma kakaknya Febyanka." balas Gerald.
"Ferry,malam ini kita berangkat bareng ke klub,kan?" tanya Febyanka pada Ferry.
Ferry beranjak dari duduknya dan duduk disebelah Febyanka.
"Iya. Kita berangkat bareng." jawab Ferry dengan senyumnya.

"Lo mau ke klub lagi?" tanya Chris pada Febyanka.
"Iya. Gue tampil disana lagi." jawab Febyanka.
"Chris,lo ikut ya." ucap Ferry pada Chris yang langsung diangguki oleh Chris.
"Kak,Jack sama Alice dan Nuel mereka ajak juga,ya." ucap Febyanka pada Chris.
"Ya." jawab Chris singkat.
"Kalau...Feb?" tanya Febyanka ragu dan terdengar pelan.
Kini Chris menatap tepat kedua bola mata Febyanka dengan tatapan menusuknya tepat pada dua pasang iris biru tua milik Febyanka.
"Gue gak berurusan sama dia lagi. Mungkin tanpa diajakin juga dia bakal datang kesana sama cewe iblis yang tercinta." ucap Chris datar penuh penekanan.
Febyanka menunduk mendengar jawaban Chris.
Sedangkan,Ferry hanya menghembuskan nafasnya pelan.

Ternyata tetap,cintanya sama Feb memang terlalu dalam. Gue jadi ngerasa bersalah udah masuk kedalam hatinya dengan paksa. Hanya karena gue pengen dia lupa sama perasaannya yang tak terbalas oleh Feb. Sulit buat naklukin hati lo,Feby. Seharusnya si brengsek Feb itu beruntung dapat dicintai dengan tulus sama cewe sebaik Febyanka. Gue belum tentu beruntung pacarin Febyanka. Ya,dia milik gue sekarang. Tapi,hatinya bukan ditujuin ke gue. Lo bodoh, Feb.

Ferry berucap dalam hatinya. Rasa sesak didadanya sangat terasa menyiksa saat ia dapat membaca raut perasaan kekasihnya. Hatinya masih tertuju pada lelaki yang sangat dicintainya sejak dulu,namun cintanya tak terbalas.
Ferry sudah merasa beruntung bisa menjadi kekasih Febyanka, tapi ia tetap saja sulit mendapatkan seluruh hatinya. Disatu sisi ia ingin menyerah saja,tapi di sisi lain ia sangat ingin mempertahankan hubungannya bersama Febyanka.

Ferry terlalu sibuk dengan pikiran dan perasaannya,hingga suara Febyanka tak jelas masuk kedalam indra pendengarannya.
"Ferry...hello." seru Febyanka sambil melambaikan tangannya didepan wajah Ferry. Usahanya sia-sia,karena Ferry masih setia bergumul dengan pikirannya,hingga Febyanka pun terpaksa memukul paha Ferry dengan keras sampe terdengar bunyi.

PLAK!!!

Seketika Ferry terperanjat kaget dan meringis pelan.
"Awww!!!sakit,sayang." pekik Ferry sambil mengusap pahanya yang dipukul Febyanka.
"Bodo amat. Suruh siapa gak nyahut." ucap Febyanka ketus.
Chris bergidik saat Ferry meringis karena pukulan Febyanka dipahanya tadi.
"Jahat." ucap Ferry.
"Fer,sakit ya?" tanya Chris sambil bergidik.
"Yaiyalah,Chris. Baru kali ini gue dipukul sama dia. Sangar juga,ya." jawab Ferry kesal.
"Apa lo bilang? Mau gua tambah lagi?" tanya Febyanka dengan ekspresi horornya.
"Gak. Makasih. Udah cukup,kok." jawab Ferry datar.
"Mampus,sakit." Gerald tertawa lepas.
Ferry langsung melemparkan bekas kaleng softdrink kearah Gerald membuatnya menggerutu kesal.
"Kamu mikirin apa sih,Fer?" tanya Febyanka lembut sambil mengusap paha Ferry yang tadi ia pukul.
"Gak." jawab Ferry singkat dan datar tanpa melirik Febyanka.
"Hmm,Feby,gue pulang duluan ya. Mau ke rumah si Jack." ucap Chris tiba-tiba. Ia tak mau menjadi nyamuk diantara mereka berdua. Bukannya cemburu,tapi ia takut mengganggu mereka saja. Chris berdiri dan pamit pada semuanya lalu ia keluar dari studio dan pulang menaiki motornya.

FRIENDS or Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang