**Sekali lagi saya beritaukan bahwa cerita ini MURNI IMAJINASI SAYA. Termasuk tentang pertandingan balapan ini.
Jadi,maaf ya jika ada kesalahan kecil dan besarnya. Lagian ini udah mau mendekati End. Dan maaf kalo part disini agak ngaco haha.😂
Ok sekian terima kasih.**Soundtrack:
Martin Garrix - Forever=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
Sirkuit Sachsenring, Germany
Siang itu di sirkuit Sachsenring menjadi tempat berlangsungnya balapan MotoGP Jerman. Banyak penonton yang menyempatkan menyaksikan pertandingan balapan ini,terutama mendukung jagoannya masing-masing. Begitupun dengan para pembalap motor yang sudah bersiap menunggangi motor dari pabrikan masing-masing.
"Kita taruhan,Bee. Kalau aku menang, kamu harus publikasiin hubungan kita. Kalau kamu menang aku bakal nikahin kamu. Kalau aku kalah,terserah apa deh yang mau kamu lakuin. Dan,kalau kamu kalah aku bakal minta kamu boncengin aku keliling Dortmund pake motor balap seharian penuh." ucap Feb dibalik helm-fullface yang kacanya dibuka agar bisa bertatapan dengan kekasihnya.
"Ih,kok kamu nentuin sepihak sih." protes Febyanka tak suka lalu memukul lengan Feb.
"Pokoknya aku gak mau tau." balas Feb acuh tak acuh mengedikan bahunya.
"Feb,kalau kita menang barengan gimana?" tanya Febyanka menaik turunkan alisnya dengan kedua tangan yang dilipat depan dada.
Feb mendelik sebal sambil mencebikkan bibirnya.
"Mana ada balapan menang barengan." ucap Feb lalu mencubit pipi Febyanka yang untungnya belum memakai helm dan itu semakin bebas bagi Feb untuk mencubit pipi Febyanka.
"Awww,sayang sakit ih." ringis Febyanka lalu melepaskan cubitan gemas Feb dari pipinya."Kirain aku ada. Hmm,kalau kita kalahnya barengan gimana,Feb?" tanya Febyanka dengan tatapan sendu sambil memeluk pinggang Feb.
Feb sempat terdiam sejenak lalu ia tersenyum karena pertanyaan Febyanka barusan. Ia mengelus lembut pipi Febyanka kemudian turun mengelus bibir Febyanka yang selalu menjadi candunya. Feb melepas helmnya dan menyimpannya di kursi.
Febyanka masih setia menatap Feb yang tingginya diatas kepalanya menjadikannya harus mendongak ke atas. Well,tepatnya sedari tadi Febyanka menunggu jawaban Feb.
"Kalau kita kalah barengan berarti kita gugur dalam pertandingan ini. Kalau kamu yang kalah berarti kamu gugur. Kalau aku yang kalah berarti aku gugur." jawab Feb penuh keseriusan menatap semakin dalam ke mata biru laut Febyanka."Aku gak mau kalah. Dan aku gak mau kamu kalah. Jadi,kita menangnya barengan aja." tegas Febyanka.
Feb terkekeh geli dengan ucapan Febyanka.
"Gak ada lah,sayang. Pemenang itu hanya satu." sergah Feb lalu mengecup bibir Febyanka sesaat membuat Febyanka melotot tajam padanya.
"Ih! Curang! Keluar dari aturan taruhannya." ucap Febyanka sebal karena Feb berani menciumnya padahal mereka sedang dalam taruhan.
"Kan aku sendiri yang bikin taruhannya. Jadi terserah aku dong." balas Feb dengan nada menyebalkannya.
Febyanka merengut kesal dengan memajukan bibir bawahnya,kedua alisnya ditautkan dan matanya menatap tajam pada Feb.
"Jangan di tekuk gitu mukanya. Makin jelek tau gak." ucap Feb datar sengaja menggoda Febyanka.
"Ih! Jadi selama ini aku jelek gitu? Terus kenapa kamu cinta sama aku kalau aku jelek?" tanya Febyanka kesal dengan raut wajah yang hampir menangis. Feb ingin tertawa saat berhasil membuat Febyanka memberengut kesal. Terakhir kali ia menggoda Febyanka itu saat kelas 4 SD saat mereka masih tinggal di Dortmund.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS or Love
Romance'Kita', mungkin panggilan itu terlalu akrab untuk waktu sekarang yang telah membuat semuanya terasa asing. Tidak seperti dulu yang penuh dengan cerita tawa. Karena disini aku yang terlalu perasa. Terlalu egois bahwa kau adalah seutuhnya milikku. Hin...