skuy ga usah basa basi lagi, langsung aja ya... ke next part dri sebelumnya.
•...•...•...•...•...•...•...•...•...•...•...•...•...•...•...•
Seorang dokter bersama para perawat keluar dari sebuah ruangan rawat dengan senyum khasnya.
Beberapa orang yang menunggu diluar ruangan tampak berdiri serempak ketika dokter keluar dari ruang rawat pasien.
"Bagaimana, dokter?" tanya seorang wanita paruh baya.
"Pasien sudah sadar dan baik-baik saja. Hanya saja ia masih perlu waktu untuk mengenali lingkungannya." jawab dokter.
"Kami boleh masuk?" tanya seorang gadis.
"Ya,silahkan. Jika ada sesuatu, langsung saja hubungi kami. Tapi, dikarenakan kondisi pasien masih belum stabil, tolong untuk tidak terlalu membuatnya sedikit tertekan." jawab dokter mengijinkan sekaligus mengingatkan tentang kondisi Feb.
Dokter beserta perawat itu langsung pergi setelah mendapat anggukan paham. Sementara keluarga pasien perlahan masuk kedalam ruangan pasien.
Senyum haru tercetak jelas pada bibir mereka. Orang yang mereka harapkan sadar kini sudah membuka kedua matanya.
"Febzka." seru wanita paruh baya tadi sambil berhambur memeluk putranya yang terbaring lemah diranjang pasien lengkap dengan alat-alat medis yang menempel ditubuhnya.
Sementara orang yang dipanggil itu malah menampilkan raut bingung, tubuhnya mendadak kaku mendapat pelukan hangat wanita paruh baya tadi. Ia menatap orang-orang yang ada diruangannya dengan kerutan dalam didahinya, ia seolah tak mengenali mereka semua.
Butuh waktu untuk mengingat siapa mereka. Perlahan, ia ingat bahwa wanita paruh baya yang memeluknya adalah ibunya. Lalu ia menatap lelaki paruh baya berdiri dibelakang ibunya, oh itu ayahnya. Tapi, lalu yang lainnya siapa? Lelaki itu masih kesulitan menerka siapa mereka.
Lelaki itu melepas pelukan wanita paruh baya tadi dan menatapnya penuh tanya.
"Mama, mereka siapa?" tanyanya pelan.Pertanyaan singkat namun berhasil membuat siapapun yang berada disana seolah sulit untuk menjawab
Kini semua orang yang menjenguknya yang menatap lelaki itu heran. Ada apa dengan lelaki itu? Mengapa bertanya itu?
"Mereka jelas sahabat-sahabatmu, nak." jawab Florence -sang ibunda- sambil menatap sesaat sahabat-sahabat putranya.
"Sahabat?" tanya lelaki itu masih belum bisa mengingat. Otaknya seolah kosong dengan memori yang bertebaran entah kemana.
"Oh,come on. Dude! Lo gak ingat siapa kita?" ujar seorang pemuda bermata abu itu seraya mendekat ke arah lelaki itu. Ia mengira mungkin Feb sedang bercanda dan berniat memberi kejutan dengan pura-pura tidak ingat apapun. Namun, bagaimana jika memang benar bahwa Feb tidak mengingat apapun?
Lelaki itu menggeleng samar sebagai jawabannya. Bahkan ia masih melemparkan tatapan bingung dan penuh tanya. Mereka benar-benar asing dimatanya.
"Gue Chris. Sahabat lo,Feb." ucap lelaki bermata abu itu dengan tegas sambil menepuk pelan sebelah pundak lelaki itu.
Lelaki bernama Feb itu tampak mengamati wajah pemuda yang bernama Chris itu dengan teliti sambil berusaha mengingat. Dan terbitlah senyuman lemah dibibir Feb ketika dapat mengenali salah satu sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS or Love
Romance'Kita', mungkin panggilan itu terlalu akrab untuk waktu sekarang yang telah membuat semuanya terasa asing. Tidak seperti dulu yang penuh dengan cerita tawa. Karena disini aku yang terlalu perasa. Terlalu egois bahwa kau adalah seutuhnya milikku. Hin...