Chapter 8

4.9K 230 0
                                    

"Maaf tuan putri kami belum menemui nya" Rogue itu menunduk ketakutan.

Brakk..

"Bagaimana bisa?! kalian itu becus tidak sih hanya menemui manusia lemah saja tidak bisa!!" Bentak seorang putri sambil mengebrak meja yang ada didepan nya.

"Maaf tuan putri, dia dilindungi oleh mate nya yaitu Jack dan juga keluarga nya" Jelas Alex tetap sambil menunduk.

"Oh jadi seperti itu ya..lihat saja kamu manusia lemah aku akan menghabisi mu hahahahaha..." tawa putri Elena dengan keras.

"Maaf tuan putri kalau saya boleh mengusul lebih baik kita culik dia dan kita habisi dia" Usul Alex tadi.

"Benar juga kamu, tapi bagaimana cara nya?" Tanya putri menatap Alex datar.

"Kita akan pancing dia tuan putri" Alex menyeringai.

_________________________________

"Dear..kamu jangan kemana mana ya aku mau menjemput mom dirumah sepupu ku hanya sebentar saja" kata lelaki tampan itu lembut sambil mengusap kepala gadis yang ada didepan nya.

Sedangkan yang diusap hanya mengangguk kecil dan tersenyum.

"Dri ku titip Dilla ku yang cantik ini" teriak Jack sembari keluar dari pintu.

"Oke oke" Drian sambil mengatungkan jempol nya.

"Kak duduk sini, menonton tv bersama ku" kata drian sambil menepuk nepuk tempat duduk disebelah nya.

"Iya" kata Dilla lalu berjalan menuju sofa depan tv.

"Kak apa kau tau kak Jack dari dulu sampai sekarang selalu cuek dan dingin dengan semua orang, bahkan pada ku dan mom" cerita Drian sambil memasukan cemilan kedalam mulut nya.

"Mengapa bisa begitu?" tanya Dilla menghadap Drian.

"Karna dulu kak Jack yang paling dekat dengan ayah dan aku dengan mom saat ayah pergi untuk selamanya kak Jack berubah drastis bahkan saat ayah dimakam kan kak Jack tidak menangis, mulai dari situ aku selalu memanggil nya kulkas berjalan karna irit bicara dan susah untuk tersenyum" ucap Drian sambil menatap Dilla.

Dia hanya ber oh ria.

"Dan sekarang, semenjak kak Dilla dateng di hidup kami dan kak Jack, kak Jack tidak lagi seperti dulu dia mudah bicara dan tersenyum sekarang" Dilla tersenyum.

"Jadi..kau jangan pernah tinggal kan kaka ku ya" pintanya sambil menunduk.

"Hey kata Jack kita sudah disatukan dengan moon goddes jadi aku tidak akan meninggalkan nya" ucap nya tersenyum.

Drian tersenyum lebar kepada Dilla.

Mereka tidak sadar kalo ada yang melihat mereka dari balik jendela jelas itu membuat Dilla penasaran.

"Mau kemana kak?" cegah drian sembari memegang tangan sang kakak ipar.

"kesitu sebentar" tunjuk Dilla kearah jendela tadi.

"Aku sudah berjanji pada kak Jack aku harus menjaga mu kak" ucap Drian memohon agar Dilla duduk kembali.

"Drian aku hanya kesitu sebentar tidak sampai kehutan.."kata nya juga memohon.

"Aku temani ya kak"

"Drian...."

"Baik lah"

Dilla POV

Aku mulai berjalan keluar ke tempat jendela tadi aku melihat ada anak kecil menangis disana sambil memegangi lutut nya yang berdarah.

"Kamu siapa ada apa dengan lutut mu?" Kata ku berjongkok didepan nya dia karna dia dalam keadaan duduk.

"Aku hiks..Elsa Luna hiks.." kata anak cantik kecil itu sambil memegangi lutut nya yang terus berdarah.

"Kenapa kamu bisa disini dan kenapa lutut mu bisa berdarah?" tanya ku khawatir.

"Aku sedang mengejar kupu kupu dan kupu itu kearah sini lalu aku terjatuh saat berlari" kata Elsa menggemaskan sekali.

"Ya sudah ayo kita masuk biar ku obati lukamu" ajak ku sambil memegang tangan nya, namun dia menolak.

"Tidak perlu Luna, aku pulang saja orang tua ku pasti mencari ku karna dari tadi aku belum pulang"

"Rumah mu dimana?"

"Didesa Floriza Luna, disamping kerajaan Sovereign"

Deg

Apa kerajaan Sovereign, entah kenapa jika aku mendengar nama itu aku langsung gemetar,.jantung ku seperti berhenti sejenak dan tubuh ku lemas.

"Ya sudah mari ku antar" kata ku terpaksa karna aku kasihan pada anak kecil itu. Anak itu hanya tersenyum manis.

"Apakah masih jauh rumah mu" tanya ku sambil memegangi satu tangan anak itu agar tidak jatuh karna lutut nya yang terluka.

"Lumayan luna" dengan seyum nya.

'Maaf luna'

"Apa kau bicara pada ku" kata ku saat aku mendengar kata maaf.

"Ti-tidak, aku tidak mengucapkan apa apa Luna" kenapa Luna bisa mengerti isi hati ku. Batin anak cantik tadi.

Wesshh...wesshh..weshh..

Suara itu seperti suara orang yang sedang berlari sangat cepat melewati semak semak.

Aku memeluk anak itu dan ketakutan aneh nya anak itu hanya biasa saja. Aku mencoba tenang namun tak bisa feeling ku berkata akan ada sesuatu yang berbahaya.

Bhuk..

Ada yang memukul kepala bagian belakang ku, aku merasakan nya, kepala ku sangat pusing aku terjatuh ditempat itu.

.
..
...

Hay readers tolong vote and komen dong...please....⭐

You Are My Mate [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang