"Kamu suka musik?"
Alam menatap wanita di hadapannya lekat, untuk kedua kalinya perhatian Alam hanya tertuju pada satu titik dan tujuan, yaitu wanita yang mirip dengan Aulia tersebut.
***
Alam, Yudi dan Naufal. Ketiganya memasuki cafe yang berada di depan kampus. Sekaligus mendatangi Alifa yang entah karena apa, tiba-tiba memilih untuk bekerja?
Bukan untuk menunjang kehidupannya, tapi gadis yang dulunya itu pernah sempat hampir hijrah karena masalah kebotakan itu, lebih memilih untuk membiayai kuliahnya secara mandiri.
"Kalian ngapain?" Tanya Alifa mendekat menghampiri ketiga teman sejak masa SMA-nya itu. Sembari memberikan buku menu pada Naufal.
"Makan lah." Jawab Alam realita.
"Cafe sebelah ada, tapi kok ke sini mulu." Sahut Alifa berdiri di hadapan ketiganya, menunggu mereka selesai menuliskan pesanan.
"Jadi lo berharap cafe sebelah lebih laku daripada tempat kerja lo sendiri? Lo spy atau apa sih?" Tanya Yudi selesai menuliskan pesanan, lalu memberikan buku menu pada Alifa.
"Gue human. Harap sabar menunggu ya para pelanggan yang penuh dengan hormat." Alifa cemberut, lalu pergi untuk mengantarkan pesanan.
***
Alam memakan kentang gorengnya, dengan tenang. Sementara Naufal sibuk dengan ponselnya, dan Yudi seperti biasanya. Pria itu berlagak so cool, apalagi saat berada di tempat yang tentunya ada Alifa.
"Jadi tujuan lo berdua, ngajakin gue ke sini apa?" Tanya Alam berhenti menguyah kentang gorengnya.
Naufal meletakan ponselnya. "Buat bayarin kita." Jawab pria satu ini, tanpa beban.
"Lam, perlu golok, pisau dapur atau apa gitu? Biar gue minta sama Alifa." Sahut Yudi.
"Gue perlu penjelasan kalian, waktu gue adalah uang."
"Sok quotes hidup lo, nyet!" Naufal menjitak Alam, lalu kembali memainkan ponselnya. "Intinya gue dibayarin ya." Lanjutnya.
"Pantas Marisa ninggalin lo kawin, habis kelakuan lo kayak gini." Sindir Alam dengan sengaja.
"Stop, belahan jiwa gue itu Wulan bukan Marisa." Jawab Naufal, kali ini benar-benar tidak minat dengan ponselnya. Iapun segera menon-aktifkan benda pintar tersebut.
"Masih ingat nggak Fal, rasanya tinju gue sampai bikin lo berhari-hari di rumah sakit? Gue nggak dukung lo sama Wulan!"
Naufal mendadak kikuk, saat Alam mengangkat topik mengenai masa lalu yang membuat Naufal menjadi orang lain. Bertengkar dengan sahabatnya sendiri, hanya karena seorang mantan yang ternyata sangat ia sayangi, saat ia sadar bahwa si mantan itu berharga dan juga telah pergi dari sisinya. Sayang sekali, Naufal terlambat selangkah untuk mengejar cintanya pada Wulan.
Naufal yakin, Wulan sedang baik-baik saja di negeri orang.
"Kita omongin masa depan!" Yudi memotong pembahasan dua sahabtnya itu. "Kita panitia di sini, jadi apa saja yang perlu di lakukan untuk pembukaan pameran kampus kita?"
"Satu stan untuk satu jurusan. Gimana?" Tanya Naufal meminta pendapat.
"Tambah pakai acara pentas seni juga, usul Gissel sih." Tambah Alam.
"Gue terima saran kalian berdua, Alam nanti kabarin Gissel ya. Kalau gue perlu waktu bicara berdua sama dia, ada yang perlu gue bahas soalnya."
"Hm." Jawab Alam singkat.
"Kita akan ngeband untuk opening pembukaan. Fal, lo kabarin Irnasya. Bilang ke dia, siap nggak latihan sore ini di tempat biasanya."
Naufal mengangguk mantab.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
ChickLitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...