40. Pencuri Berita

810 77 5
                                    

Flasback on

"...."

Alifa bercerita panjang lebar, sementara Yudi dan Naufal sibuk menyimak.

"Bener kata Alam, gue sahabat yang egois!" Ucap Alifa setelah merenung hingga ia mendapat kantong mata besar di wajah cantiknya. "Gue nggak pernah memikirkan keadaan Aulia. Kenapa gue bisa seegois itu sih?!" Alifa mengutuk dirinya sendiri sejak beberapa menit yang lalu.

"Kadang gitu, Lif. Manusia itu bertindak sebelum berpikir. Lagipula nasi juga sudah jadi bubur." Balas Yudi yang selalu berasa di sisi Alifa.

"Apa gue harus minta maaf sama, Lia. Dia pasti kesepian banget nggak ada temen?"

"Jangan sekarang, karena itu bakal aneh banget, Lif. Seperti yang Alam bilang, mending kita tunggu sampai ingatan Aulia kembali." Naufal memberi saran lain.

"Iya, kita tunggu saat itu." Yudi menyetujui usulan Naufal.

"Gue bego banget, gue nggak mikir panjang. Harusnya gue meluk dia, harusnya gue ajak dia temenan lagi, bantu Lia buat balikim ingatannya. Tapi apa? Gue malah bentak-bentak dan marah. Gue nyesel." Alifa meneteskan air matanya, ucapan Alam hari itu menjadi tamparan keras baginya untuk merenung dan berpikir dua kali.

Yudi menepuk pundak Alifa, menenangkan Alifa. Melihat gadis cantik itu terus menyelahkan dirinya sendiri, Yudi jadi tidak tega dan merasa bersalah sekali.

"Gue salah---" Alifa terisak sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Gissel kapan lo datang?" Tanya Naufal cepat.

Alifa dengan cepat menghapus bulir air matanya. Yudi pun langsung dalam mode acting dan bersikap layaknya biasa.

"Baru aja, Kak." Jawab Gissel sambil tersenyum begitu manis.

"Alam nggak ada di sini." Alifa membuka suaranya.

"Iya, cuman kalian bertiga aja di sini, anggota lain mana?" Tanya Gissel sambil menatap dan memandangi sekitar.

"Belum datang, bentar lagi juga Alam datang." Jawab Yudi. "Gabung sini, lo bisa tunggu sampai Alam datang."

"Oh, nggak usah Kak." Jawab Gissel sambil menggeleng perlahan. "Kak Alifa kenapa nangis?"

Alifa menatap Gissel tajam. "Jangan kepo!" Jawab Alifa tidak ramah.

"Yaudah Kak, gue pamit dulu, ada kelas juga setelah ini."

***

Gissel keluar dari ruang latihan band dengan gugup. Niatnya untuk bertemu dengan Alam, tapi malah membawanya menemui berita besar yang terdengar menarik dan sangat rahasia itu.

"Jadi Aulia itu... Masa lalu dari kehidupan Alam dan teman-teman."

Gissel berjalan sendiri sambil memikirkan semua ucapan Alifa yang telah ia dengar.

Dengan kepintaran di atas rata-rata, Gissel memikirkan ide cemerlang di otaknya.

Yaitu, untuk menjebak Aulia.
Membuatnya pergi sejauh mungkin, Gissel ingin semua situasi kembali normal. Dan Alam berhenti membuang-buang waktu untuk mengikuti Aulia kemanapun.

Gissel tersenyum menang, ia menemukan keberadaan Aulia dari kejauhan.

Sebelum memulai pertemuan, Gissel membeli minuman dan makanan ringan, untuk obrolan mereka nanti.

Gissel melangkah dengan yakin, mendekati Aulia. Ia mengukir senyum manis di bibirnya.

Gissel berdiri di depan Aulia. "Gue Gissel, bisa kita bicara?"

Aulia mengangguk lemah. Dan mengekori Gissel.

Gissel tersenyum dalam hati. Aulia masuk ke dalam perangkapnya.

"Cewek bodoh," Batin Gissel saat melihat wajah polos Aulia yang terlihat begitu tenang.

RINDU ALAM  (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang