05. Dua Aulia

2.3K 176 11
                                    

"Gue rasa Aulia cocok." Usul Yudi setelah berpikir panjang.

Alam melirik sekilas, memandangi wanita yang sedang bercanda gurau dengan teman teman-temannya itu.

***

"Gue Alam." Aulia mengedipkan matanya beberapa kali. Bingung dengan sosok pria di hadapannya.

Alam?

Blibb~blibb.

Aulia merogoh sakunya, sebuah panggilan dari Aldo. Membuat Aulia, mau tidak mau harus menerima panggilan itu.

"Maaf menggangu-" Aulia berpamitan pada pria bernama Alam itu. Sambil menunjukan sekilas ponselnya, tanda bahwa ia harus masuk kembali ke dalam apartement untuk menjawab panggilan telepon.

Aulia masuk meninggalkan Alam, pria yang sangat tidak asing di matanya. Aulia yakin pernah bertemu dengannya di suatu tempat? Tapi dimana?

"Waalaikumsalam."

"....."

"Iya-iya, aku di sini baik-baik aja. Kamu tuh di sana yang harusnya jaga diri, jangan lupa jagain adek aku juga."

"....."

"Aku nggak bawel loh, kamu yang bawel. Yaudah aku tutup, Assalamualaikum." Ucap Aulia mengakhiri panggilan singkatnya itu.

Aulia duduk nyaman di sofa sambil menikmati segelas teh hangat. Matanya tertuju pada layar LCD besar yang menyajikan sinetron beratus-ratus episode. Aulia bukan penggemar sinetron tersebut, tapi entah kenapa ia tertarik nonton saat adegan-adegan balap-balapan itu ditayangkan.

"Emang boleh ngebut-ngebutan gitu." Komentar Aulia entah pada siapa.

"Nggak ditanggkap polisi apa? Itu kan jalan raya." Aulia sibuk berbicara pada benda persegi panjang di depannya.

Aulia menatap keluar jendela, saat tiba-tiba suara hujan turun dengan derasnya. Aulia mendekat ke arah jendela, lalu menutupnya.

Matanya mengamati keramaian dari lantai apartementnya. Lalu lintas masih sibuk, gedung-gedung pencakar langit di hadapannya pun terlihat seperti bintang-bintang.

Aulia suka Jakarta.

Meskipun semua kenangannya di masa lalu menghilang, Aulia tetap suka kota ini.

***

"Hai kamu!" Teriak seseorang membuat Aulia ragu untuk menoleh.

"Aulia berhenti." Teriakan tersebut benar-benar membuat langkah kaki Aulia berhenti melangkah. Dengan ragu Aulia menoleh.

Sedikit terkejut saat melihat siapa pria di hadapannya?

Ridho.

"Kamu manggil aku?" Tanya Aulia sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Menurut kamu?" Tanya Ridho balik.

"Menurutku bukan." Jawab Aulia jujur.

"Hahaha, kali ini aku benar-benar manggil kanu. Nggak salah orang lagi kok."

"Terus, kamu jadi ngungkapin perasaan ke Aulia yang sebenarnya?"

"Udah ah, lupain." Balas Ridho lekas-lekas mengalihkan topik. "Nanti aja." Lanjut Ridho lagi.

"Jadi, kamu manggil aku untuk apa?" Tanya Aulia ramah.

"Aku minta maaf banget, kemarin aku nggak sempat pamit sama kamu dan langsung pergi gitu aja. Aku syok banget, waktu tahu teman-temanku menculik Aulia yang salah. Pantas aja, aku merasa kurang mengenali kamu waktu itu."

"Iya, nggak apa-apa." Balas Aulia tenang.

"Mau ke kampus jurusan?" Tanya Ridho sekedar basa-basi dan dijawab anggukan oleh Aulia.

"Barengan aja ya?"

"Boleh." Jawab Aulia tanpa menolak sedikitpun.

***

Alam memperhatikan Aulia yang sedang sibuk mengobrol dengan Ridho, pria yang berada di jurusan sama dengan Alifa.

Aulia nampak tertawa di hadapan pria itu. Mereka pasti sudah mengenal di masa lalu.

Alam berpikir Aulia hidup kembali. Tapi sekarang ia kembali ragu?

"Alam kan?" Seseorang menghampiri Alam, sambil tersenyum menunjukan gigi gingsulnya.

"Apa?" Tanya Alam tajam.

"Gue Aulia, gue mau kenalan sama lo sejak tahun lalu. Sebenarnya gue idola lo sejak lama, apalagi pas band lo tampil di acara ulangtahun kakak gue."

"Iya, terus?"

"Lo keren." Puji Aulia tanpa basa-basi.

"Gue nggak keren kok, tapi perfect." Balas Alam percaya diri.

"Gue akui." Gadis di hadapan Alam itu mengacungkan dua jempolnya.

"Nama lo siapa?" Tanya Alam langsung to the point.

"Tadi gue sudah bilangkan baru aja. Pas gue kenalan diri tadi."

"Nama panjang lo."

"Aulia Kinaya." Jawabnya sambil tersenyum senang saat ditanya begitu oleh Alam.

"Gue akan panggil lo Kinaya. Nggak keberatankan?" Tanya Alam meminta pendapat lebih dahulu sebelum memutuskan.

"It's okay, nama Kinaya memang terdengar lebih cantik dari Aulia."

Aulia adalah nama terindah. Jadi gue nggak mau manggil orang sembarangan dengan nama itu. Batin Alam sambil menatap Kinaya tanpa minat.

"Kak Alam!" Suara Gissel mengalihkan perhatian Alam dan Kinaya.

"Ngapain lo?" Tanya Alam dingin.

"Ketemu lo, kak Irnasya minta lo kumpul di ruang latihan. Sekian terimakasih." Ucap Gissel kemudian beranjak pergi.

"Sel, lo mau kemana?" Tanya Alam buru-buru.

"Ke tempat kak Yudi, ngabarin dia juga." Jawab Gissel jujur.

"Gue ikut." Alam segera menyusul Gissel.

"Tumben, biasanya nomer satu buat nolak kalau diajak putar-putar sekolah."

"Udah deh, jangan bacot." Alam membekap mulut Gissel, agar wanita di sampingnya ini bisa berhenti mengoceh.

***

"Irnasya, lo nggak apa-apa?" Tanya Yudi cemas, lalu segera berlari menghampiri wanita cantik itu.

"Gue nggak bisa ikut sama kalian, maaf." Ucap Irnasya sambil memegang tangan Alam lembut.

RINDU ALAM  (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang