18. Orang Jahat

1.7K 171 13
                                    

Hai2 semua, Assalamualaikum.
Lama up ya? Aku tuh nunggu komen kalian di part sebelumnya tapi gak ada. Sedih aku tuh.

Shin sengaja ngepost, jam segini. Selamat Ramadhan buat kalian semua, bagi kalian yang merayakan ya. Shin juga mohon maaf lahir batin lebih dulu, siapa tahu ada tutur kata dari Shin yang menyinggung para permisrahhh.

***

Aulia menutup pintu apartementnya, menguncinya rapat-rapat, takut Alam kembali menerobos masuk.

Ia bergegas mengambil sebuah kertas kecil dan spidol, menuliskan sebuah kalimat di sana yang bermakna hati-hati.

'Lain kali, sebelum buka pintu. Pastikan dulu siapa orang yang ngetuk pintu'

Ini akan jadi yang terakhir kalinya untuk Aulia, ia tidak akan memberikan sebuah kesempatan lagi untuk Alam bisa menerobos apartementnya.

Aulia berhenti di dapur, memandangi sekitar. Sisa-sisa barang belanjaan Alam masih tergeletak begitu saja di sana. Aulia meraihnya, menyusunnya ke dalam kulkas dengan rapi.

Setelah selesai membersihkan sisa-sisa bahan yang masih bisa dimanfaatkan, Aulia melanjutkan dengan cuci beberapa buah piring, gelas dan wajan.

Kini kondisi dapurnya sudau kembali bersih. Aulia meraba sakunya, mencari-cari ponselnya. Berniat menghubungi Aldo dan menanyakan bagaimana kondisi Tesya saat ini.

Aulia mengacak-acak jilbabnya kasar, ia mondar mandir dan berkeliling di area sekitar dapur, bingung untuk berbuat apa.

"Hape lo gue sita, sampai makan malam berakhir."

Saat ini, ponsel miliknya berada di tangan Alam. Makan malam sudah berakhir, dan Alam tidak menyerahkan ponsel Aulia kepada pemiliknya.

Jadi, ini salah siapa? Dirinya yang lupa meminta ponselnya kembali atau Alam yang memang sengaja tidak mengembalikan benda milik Aulia itu.

"Karena aku nggak salah, aku harus berani."

"Karena emang hak aku, jadi wajar dong aku ngambil ke dia."

Aulia memberanikan dirinya keluar dari zona nyamannya, menuju apartement sebelah. Ia juga sempat mondar-mandir di depan pintu apartement Alam, jarinya selalu berada di dekat bel, bahkan hampir menyentuh bel tapi entah kenapa Aulia merasa sangat ragu untuk menekan bel itu.

Aulia mendengus kesal, ia mengipasi wajahnya yang tiba-tiba kepanasan.

"Besok! Oke, besok aja aku ambil ke dia." Ucap Aulia pada dirinya sendiri, ia pun memutuskan untuk kembali ke apartementnya.

***

"Hai, Lam." Sapa Irnasya seperti biasanya, selalu ceria. Meskipun suara wanita cantik yang sedang berdiri di hadapan Alam ini, nampak serak.

"Jangan banyak omong, kesian suara lo!" Balas Alam tentu saja memperdulikan kondisi temannya.

"Iya. Gimana, udah ketemu sama vokalis band lo nanti?" Tanya Irnasya lagi.

"Sudah kok, tapi masih dalam proses bujuk rayu maut gue." Jawab Alam dan langsung mendapat pukulan lumayan keras dari Irnasya.

"Siapa?"

"Ada deh, maunya cewek cantik kayak bidadari yang jadi vokalis di band kita, tapi gue ini masih dalam proses usaha kok."

"Yakin dia nerima? Nggak nolak?"

"Yakin 100%." Jawab Alam.

***

Seperti percakapan Alam sebelumnya dengan Irnasya. Ia perlu seorang vokalis untuk band mereka, dan Alam hanya perlu Aulia, bidadarinya.

RINDU ALAM  (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang