Maaf jika typonya belepotan*
💕💕💕
Tahu rasanya yang dekat tapi tidak jadian? Bahkan yang dulunya sedekat nadi, kini sejauh matahari.
Alam yang dulunya selalu menempel dengan erat di sisi Aulia, kini tidak ada lagi.
Semuanya terjadi begitu cepat. Tidak tanggung-tanggung, Alam bahkan pindah apartement untuk menepati janjinya dengan Aulia. Menghindari pertemuan mereka sebisa mungkin sampai batas waktu yang tidak diketahui.
Bagi mereka berdua, tidak bertemu satu sama lain merupakan sebuah keganjalan besar. Namun janji tetaplah janji.
"Aulia, lo musuhan sama Alam?" Kinaya duduk di samping Aulia. Dua gadis cantik bernama Aulia itu entah kenapa tiba-tiba menjadi dekat.
"Nggak," Jawab Aulia jujur.
"Terus kenapa gue jarang lihat kalian berdua?" Tanya Kinaya nampak penasaran, maklum ia adalah salah satu mahasiswi yang berada dalam zona Alam lovers.
Mungkin satu orang di kampus sudah tahu tentang kedekatan keduanya. Bahwa Alam dan Aulia cukup dekat bahkan mereka berdua sering digosipkan berpacaran.
Gosip hanyalah gosip. Semuanya tidak benar.
Sudah beberapa hari ini, Aulia membiasakan diri. Ia sedikit merasa sepi, karena bisik-bisik penggangu dengam gombalan super norak itu tidak terdengar lagi.
Salahkah jika Aulia merasa rindu? Egoiskah dirinya, jika ia ingin mendengar suara itu lagi?
"Aku dan Alam fokus sama kehidupan kami masing-masing," Aulia menjawab sambil memandang langit cerah yang menaunginya.
"KALIAN BREAK? PUTUS?!" Tanya Kinaya hampir seperti orang berteriak, Aulia dengan cepat membungkam mulut Kinaya dengan tangan kanannya.
"Kami nggak pernah pacaran!" Ralat Aulia membenarkan, "Aku nggak ada waktu buat pacaran."
"Oke-oke. Jadi, seriusan kalian break nih, apa Alam nggak mau serius sama lo?"
Pertanyaan itu membuat Aulia berpikir sesaat. Aulia kemudian menatap ke arah Kinaya dan tersenyum lembut.
"Hm, nggak tahu." Jawab Aulia sangat ambigu. Ia segera berdiri, lalu merapikan sedikit pakaian dan juga rok lebar yang ia kenakan.
"Lo tuh cewek beruntung banget, Aulia. Yang dibucinin Alam kemana-mana?" Kinaya masih duduk, sementara Matany memandang ke arah Aulia.
"Nggak seberuntung yang kamu kira," Jawab Aulia apa adanya.
"Ridho juga suka kamu bukan?" Tanya Kinaya lagi, berhasil membuat Aulia menghentikan langkahnya.
Aulia berbalik menatap Kinaya yang nampak santai-santai saja.
"Gue tahu, Ridho pernah cerita. Lagian, Ridho emang teman masa kecil gue. Tapi, gue nggak suka dia." Kinaya menambahkan dengan jujur.
"Aku---" Ucapan Aulia terpotong.
"Gue juga dengar, Alam dan Ridho berantem karena lo."
Aulia terdiam, kakinya seperti berada dalam lumpus isap. Ia terjebak, tanpa tahu jalan keluar.
"Lo jangan sia-siain Alam, meskipun sekarang dia bukan tipe lo. Tapi, kedepannya lo bisa bikin dia terlihat dan jadi tipe lo. Tentu, lo perlu waktu buat merubah seseorang. Maaf kalau gue sok tahu," Kinaya bangkit dari duduknya, ia menepuk pundak Aulia pelan.
"Makasih sarannya,"
Kinaya tertawa kecil, "Ini bukan sekedar saran, tapi harapan gue. Dulu gue juga salah satu junior yang suka banget sama Alam, sebelum kenal lo tentunya. Dan sekarang, pas gue kenal lo, gue merasa lo memang cewek yang tepat untuk Alam suka."
"Makasih Aulia," Aulia melebarkan senyumnya, entah kenapa Aulia merasa Kinaya memahaminya.
***
Kembali seperti semula dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tanda tanya besar pada teman-teman Alam, karena sekarang Alam terlihat seperti Alam yang lain.
"Lam, hari ini Grace ada party. Lo mau ikut?"
"Thanks tawarannya, tapi gue mau kerjain skripsi malam ini." Jawab Alam sambil memainkan game di ponselnya.
"Efek putus dari Aulia, dia jadi gini." Naufal melirik ke arah Alam sebentar.
"Jadi, sok pinter banget," Tambah Yudi. Jelas Yudi mengenal baik Alam, bahkan Yudi yang dulunya adalah mantan Ketua Osis ketika SMA, tidak seperti Alam, yang tiba-tiba gemar belajar tiap malam, seolah-olah ada ulangan mendadak besok harinya.
"Kak Alam, ini nasi gorengnya." Suara bernada manja itu terdengar, Gissel menaruh sebuah piring di depan Alam.
Yudi melotot pada Gissel, saat wanita itu tiba-tiba duduk di tengah-tengah antara ia dan Alam.
"Gue tahu gue cantik, Kak. Jangan dilihatin gitu--" Komentar Gissel pada Yudi.
Karena tertangkap basah, dengan cepat Yudi memalingkan wajahnya.
"Irnasya mana Sel?" Tanya Alam singkat.
"Nggak tahu," Jawab Gissel dengan cepat. Ia menopang wajahnya dengan sebelah tangan sambil memandang wajah Alam dengan kagum.
"Kak, kalau gue convert ke agama lo. Lo mau nggak pacaran sama gue?"
"Uhuk-uhuk!" Naufal duduk tepat di depan Gissel tiba-tiba merasa sesak nafas.
Alam menyuguhkan air minumnya pada Naufal. Alam juga sebenarnya pun sedikit kaget mendengar pernyataan Gissel yang begitu tiba-tiba.
Alam mengusap pelan kepala Gissel, "Gue nggak pacaran sama bocah." Jawab Alam, kembali menyuap beberapa sendok nasi gorengnya yang tersisa.
"Alam tuh suka sama satu cewek aja seumur hidup, selebihnya dia cuman main-main." Naufal akhirnya membuka suaranya.
Alam menyeringai kecil tanpa peduli perkataan Naufal.
"Kalau lo mau jadi mainan Alam, lo tinggal bilang aja ke dia. Lo bakal dimaninin dan dimanja sama dia. Tapi, kalau dia bosan lo bakal dibuang."
Alam menurunkan sendoknya, gagal menyuap nasi goreng terakhir. Ia melirik tajam ke arah Naufal.
"Ampun bosque." Ucap Naufal sambil berpose minta ampun.
"Gue nggak sebrengsek itu juga kali." Bantah Alam sambil menyeruput habis es jeruknya.
Gissel menyentuh bahu Alam, lalu memeluk Alam sebentar. "Gue mau kok jadi jadi mainan lo, Kak." Ucap Gissel sambil melebarkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
ChickLitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...