Aulia tersentak dari tidur singkatnya, pintu kamar diketuk dengan suara keras dari pria yang entah kenapa membuat Aulia merasa sedikit oebih tenang malam ini.
"Iya tunggu." Aulia meraih hijab untuk menutupi rambutnya, perlahan ia bangkit dan membukakan pintu kamar.
"Ini obatnya Lia. Lo nggak apa-apa kan?"
"Terimakasih, dan maaf kalau aku ngerepotin kamu. Iya, aku baik." Jawah Aulia dengan nada lemah lembut, ia mengambil obat yang diberikan Alam, ia memeriskan plastik hitam itu. Dan Aulia menemukan satu lagi benda yang membuatnya tersenyum.
"Kamu beli ini sendiri?"
"Iya." Jawab Alam sambil mengatur nafasnya. "Gue malu belinya, tapi gue buang rasa malu gue, kali aja lo juga perlu."
"Aku masih punya banyak stok, tapi terimakasih sudah peduli." Aulia berjalan menuju dapur, untuk mengambil air dan meminum obatnya.
"Apasih yang nggak buat bidadari secantik lo?" Teriai Alam, yang duduk di sofa sambil menunggu Aulia kembali.
"Jangan gombal!" Sahut Aulia dari dapur, namun tergores senyum tipis di bibirnya.
Aulia kembali ke dapur, ia menatap cukup lama tubuh jangkung Alam yang sedang berbaring memenuhi sofa.
"Kamu nggak mau pulang?" Tanya Aulia, berniat mau mengusir pria itu.
"Gue di sini aja, gue mau jagaian lo."
"Aku baik-baik aja, jadi mending kamu pulang."
"Enggak!" Tolak Alam.
Aulia menghela nafas berat, percuma meladeni pria seperti Alam, sudah jelas pasti ia akan kalah.
"Apartement kamu di sebelah, dekat aja.... aku bisa dengan mudah minta tolong sama kamu. Jadi mending kamu pulang."
"Gue nggak mau, gue mau tidur!" Alam langsung menutupi wajahnya dengan tangan.
"Terserah kamu deh, kamu nggak bakal bisa aku kekang. Tapi tidurnya pakai ini." Aulia melemparkan selimut tanpa peduli, dan mengenai wajah Alam.
Pria itu meraih selimut berwarna coklat susu itu, lalu bangkit sebentar dan tersenyum pada Aulia.
"Good night my angle!"
"Jangan lupa baca doa sebelum tidur."
"Iya, sayang." Sahut Alam lagi sambil tersenyum polos.
"Apaan sih?! Aku bakal kunci pintu kamar. Jadi kamu jangan bikin gaduh di sini."
"Iya iya iya, dasar bawel."
***
Aulia membuka matanya, perlahan-lahan ia meregangkan tubuhnya. Cahaya matarahi masuk melalui celah celah cendela yang ditutupi gorden bewarna hijau muda.
Rasa sakit yang menghampirinya tadi malam sudah berkurang. Aulia bangkit dari tempat tidur, ia membuka pintu kamarnya perlahan mengintip dari balik pintu.
Apakah pria itu masih di sana atau sudah pulang? Melihat kondisi sofa yang bersih, dengan selimut yang sudah dilipat menandakan bahwa pria itu sudah pulang pagi ini. Ia mencek sekali lagi dari celah pintu, tidak ada tanda-tanda pria itu.
Aulia keluar perlahan-lahan, Alam tidak ada. Merasa haus, ia berjalan menuju dapur untuk meminum air dan sekaligus obatnya.
***
Aulia meminum air putih, sambil melihat pemandangan dari luar jendela.
"Rambut lo cantik." Ucap seseorang berhasil membuat Aulia menoleh.
Bruk!!!!
Alam tersentak, melihat wanita yang berara di depannya terdiam bagai patung, dengan mata membulat kaget.
"Kamu? Sejak kapan kamu di sini?" Tanya Aulia dengan nada bingung, ia berusaha menutupi rambut panjangnya yang tergurai indah, lebat dan hitam pekat.
Alam mengangkat plastik kresek hitam yang ia bawa. "Ini, gue beliin bubur bandung dari abang di bawah." Alam meneguk ludahnya, melihat tingkah bingung Aulia yang diam bagai orang bodoh. "Lo, tunggu di sini... gue ambilin penutup kepala buat lo. Satu lagi, jangan dibersihin... gue aja." Sambungnya.
Aulia mengangguk kaku.
Alam berjalan mundur, sengaja agar tidak melihat untaian rambut Aulia yang cantik.
"Gue cuman ketemu ini." Alam menyerahkan selimut yang ia pakai tadi malam, hanya itu benda yang ia temukan untuk menutupi rambut wanita cantik itu.
"Iya, hati-hati." Ucap Aulia memperingati. Melihat pecahan-pecahan gelas masih berserakan di lantai.
"Sudah," Tanya Alam.
"Hm."
Alam berbalik. Ia kembali tersenyum, dengan hijab atau tanpa hijab Aulia benar-benar cantik.
"Ambil ini, lo makan dulu." Alam menyerahkan bungkusan bubur ayam yang ia beli.
"Kamu?"
"Gue sudah makan di bawah, soalnya lo pasti nolak sarapan bareng."
"Siapa bilang?"
"Feeling."
"Senang akhirnya kamu sadar diri." Aulia tersenyum tipis.
"Duduk sana, makan tenang Bidadari... biar aku yang membersihkan."
Aulia duduk di meja makan, menyuap perlahan bubur yang dibelikan Alam padanya.
Jujur Aulia merasa nyaman dengan adanya Alam, ia tidak bisa memungkiri perasaan itu. Cerita tentang Alam, benar-benar sehebat tulisan dibuku diarynya.
Alam dengan tenang membersihkan pecahan-pecahan gelas tersebut.
"Setelah ini, gue pulang." Alam membuang pecahan tersebut ke tong sampah yang ada di dapur.
"Alam..." Panggil Aulia, membuat Aulia menoleh pada wanita dengan jilbab selimut tebal di kepalanya. Lucu, dan cantik. Tanpa sedikitpun terlihat aneh.
"Kamu suka sama aku, atau cuman iseng?"
"Kenapa lo tanya?" Alam mengerutkan kening, aneh mendengar pertanyaan itu dari bibir judes Alam.
"Jawaban gue, pastinya iya. Lo satu-satunya wanita spesial, yang jujur bukan tipe gue. Tapi seberapa keras gue coba melupakan sosok lo, itu mustahil. Gue cinta mati sama lo."
"Maksud kamu, Aulia yang dulu atau aku?"
"Stop bohong, Lia. Gue udah tahu semuanya lama. Kalau lo dan Aulia di masa lalu gue adalah orang yang sama."
Aulia melepaskan sendok ditangannya. Benar-benar syok dengan apa yang dikatakann Alam padanya.
"Aku nggak ngerti."
"Gue jaga rahasia lo yang ini dari mereka, lo bisa jelaskan nanti ke gue kalau lo siap. Gue bisa nunggu."
Aulia mendadak menangis. "Aku bukan pembohong yang baik, dan kamu seharusnya nggak perlu tahu kenyataan ini."
Alam tercengang.... bingung apa yang membuat Aulia menangis pagi ini. Apakah karena kenyataan bahwa ia tahu rahasia itu? Mengenai kebohongan Aulia.
"Maaf, telah berbohong atas semuanya."
"Lo nggak salah, lo punya alasan untuk itu. Dan gue rasa alasan lo, pasti jalan terbaik yang lo punya sampai lo berani mengambil resiko itu." Alam tersenyum. "Gue selalu disamping lo, mendukung lo, dan akan ada dipihak lo."
Aulia tertawa kecil. "Dasar bucin."
"Aku bucin cuman ke kamu doang, udah ah, gue pulang dulu." Alam merinding sekali, dengan kata-kata Aku-Kamu yang diucapkannya barusan.
"Assalamualaikum Bidadari."
"Waalaikumsalam."
###
Nah, gimana?
Komen ya, yang panjang... biar aku semangat hahaha.
Nextnya tergantung kalian...
Dua bulan lagi, atau tiga bulan lagi, hahahha?
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
ChickLitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...