16. Nostalgia

1.7K 141 1
                                    

Sesuai janjinya pada seseorang, Alam mengajak serta Yudi dan Naufal beserta Alifa untuk datang menghadiri pernikahan Petir.

Sebenarnya mereka berempat cukup kaget ketika melihat wanita yang sedang berdiri dengan gaun pengantin berbentuk duyung di sebelah Petir yang nampak sangat tampan sebagai seorang pengantin pria.

Sementara pengantin wanitanya, adalah Aisyah. Teman sekelas Alifa dulu, yang akhirnya pindah sekolah tak lama setelah insiden Aulia terjadi di saat pesta ulangtahunnya.

Bahkan Alifa merasa tidak nyaman dengan kehadirannya di sini, karena ia pernah melayangkan tangannya ke pipi, sang wanita pemilik pesta hari ini.

Alifa terdiam, ia duduk sendirian sementara Alam dan dua orang lainnya, menghapiri Lucky -salah satu anggota band mereka dulu saat di SMA-

"Alifa kan?" Tanya Alifa sambil mendongak, kebingungan sekaligus bertanya-tanya saat pengantin wanita itu sudah berdiri di depannya.

"Eh, iya." Jawab Alifa canggung.

"Selamat ya, semoga ke-depannya lo bahagia dan punya keluarga yang harmonis." Alifa menjulurkan tangannya, yang dibalas dengan ramah oleh Aisyah.

"Iya, terimakasih. Gue senang bisa ketemu sama teman lama, dulu gue jahat banget kan pas SMA."

"Udah, gue juga dulu jahat kok. Santai aja."

"Lo masih selalu cantik." Puji Aisyah terdengar tulus.

"Lo yang lebih cantik."

"Gue turut berduka atas berita yang menimpa Aulia."

***

Usai penampilan dari band Alam mempersembahkan sebuah lagu berjudul 'janji suji' bersama dengan Lucky dan beberapa anggota lainnya.

Dua orang wanita nampak berjalan mengarah ke Alam. Dengan pakaian ketat dan super mini, mereka mendatangi Alam.

"Lam, masih ingat gue nggak?" Tanya wanita dengan gaun hitam dan dompet mengkilap yang dipegangnya.

"Siapa?" Tanya Alam singkat.

"Gue Marghretha, mantan lo pas SMP."

"Hah?" Tanya Alam mendadak amnesia. Ingat sih, tapi mendingan pura-pura lupa.

"Kalau gue Sherina, Lam. Mantan lo juga pas SMA, mantan mayoret dulu." Wanita cantik di sebelah Marghreta memperkenalkan dirinya.

Alam menggaruk kepalanya. "Oh, oke." Jawab Alam canggung, tanpa sengaja Alam sempat melihat ke arah garis dada Sherina yang memang sangat terbuka. Cepat-cepat Alam mengalihkan pandangannya, ke sembarang arah.

"Sekarang lo gimana, kuliah?"

"Iya, gue masih kuliah." Jawab Alam.

"Masih single? Belum punya pacar atau tunangan gitu?" Kali ini giliran Marghreta yang bertanya.

"Gue udah punya cewek." Jawab Alam seadanya.

"Siapa? Kok nggak lo bawa ke sini."

"Gue takut pacar gue yang secantik bidadari itu, ditatap dan dilirik cowok lain. Gue cemburuan soalnya." Jawab Alam berhasil mengarang sebuah kalimat yang mungkin cocok dijadikan novel.

"Okey, gue ke sana dulu." Ucap Alam menghindari dua wanita yang mulai saat ini, akan ia hapus dari daftar mantannya. Alam pergi setelah memberikan alasan cukup masuk akal, hanya saja ia tidak suka didekati wanita caper dan centil.

***

"Apa! Tesya sakit?" Tanya Aulia cemas pada seseorang di seberang telepon yang barusaja menghubunginya.

"Aku di Jakarta sekarang, nggak bisa ke Bandung nengokin dia. Susah dapat izin sehari aja sama dosennya." Jawab Aulia sambil duduk, lalu menutup labtob mininya.

"Oh iya, kak. Aldo ada di Indonesia, apa aku suruh dia aja ke Bandung buat jengukin Tesya."

"Titip salam dari aku ke Tesya kak. Iya, waalaikumsalam."

Panggilan telepon itu berakhir, setelahnya Aulia pun menghubungi Aldo lalu menyuruh pria tanpa aktivitas itu untuk menemui Tesya. Aldo langsung menyetujuinya, dan sepupunya itu akan berangkat ke Bandung sore ini.

"Aulia." Panggilan seseorang membuat langkah Aulia terhenti. Sudah lama semenjak ia dan Ridho jarang bertemu lagi.

"Assalamualaikum." Aulia mengucapkan salam lalu tersenyum.

"Waalaikumsalam." Jawab Ridho ramah.

"Akhir-akhir ini, susah banget buat buat nemuin kamu. Nyumpen dimana sih?"

"Nggak dimana-mana, cuman aku jarang aja berkeliaran. Jadi, ada apa nih?"

"Nggak apa-apa pengen ngobrol aja, udah lama kita nggak ngobrol bareng." Jawab Ridho jujur mengutarakan isi hatinya.

Aulia tertawa singkat, sebelum akhirnya ia ingat sesuatu.

"Kerjaan gue sekarang mengawasi lo! Jangan dekat-dekat sama cowok lain!"

Pesan Alam nampaknya membuat pikiran Aulia terngiang-ngiang, Aulia menatap sekitar, jaga-jaga kalau saja Alam saat ini benar-benar sedang memperhatikannya.

Kira-kira bersembunyi dimana pria itu?

"Kenapa, ada yang ketinggalaan?"

Aulia menggeleng. Lalu kembali tersenyum. "Nggak apa-apa kok."

Kenapa aku merasa takut ya? Kenapa juga aku harus takut sama ancaman dia! Dia siapa, bukan siapa-siapa ku juga.

Setelah sekitar lima menit berjalan beriringan bersama Ridho. Langkah Aulia pun terhenti.

"Kita berpisah di sini ya, gua mau ke suatu tempat." Ucap Aulia tiba-tiba saja mencari alasan.

"Aku temenin." Tawar Ridho berbaik hati.

"Nggak usah do, makasih. Aku bisa sendiri kok." Aulia segera berlari menjauh dan meninggalkan Ridho.

RINDU ALAM  (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang