"Gimana rasanya bangkit dari kematian, terus berhasil membodohi kita semua di sini?" Alifa membuang wajahnya, ia menepis tangan Aulia cepat.
Alifa terdiam, terpaku pada wanita cantik yang terlihat frustasi di depannya.
"Gue sama sekali nggak ngerti alasan lo ngelakuin hal konyol ini, dan jujur gue kecewa banget sama lo. Pernah lo sadar, bahwa kita semua di sini peduli banget sama lo, masih berharap kehadiran lo, dan kita senua bisa sama-sama lagi." Alifa menggeleng dan melangkah mundur.
Tidak ada sahutan dari bibir mungilnya yang terkatup rapat. Aulia hanya bisa merapatkan tangannya, menyembunyikan kegugupannya. Benarkah ia tertanggap basah sekarang? Bagaimana bisa?
"Kita sahabatan Lia, kita tahu keburukan dan rahasia satu sama lain. Tapi, tega lo nyimpan rahasia besar ini. Lo masih hidup, tapi berlagak seolah sudah menghilang dari dunia ini. Gue tahu, lo pasti benci banget temenan sama orang kayak gue atau Wulan. Tapi kenapa lo datang lagi! Kalaupun lo datang ke sini, harusnya lo ngomong sama kita semua, cerita!!!" Alifa mengeluarkan semua unek-uneknya. Matanya berapi, Aulia tidak mengingat bagaimana karakter seorang Alifa. Tapi saat ini, ia merasa bahwa Alifa sedang mengeluarkan tanduknya. Aulia merasa bersalah dan takut di saat yang bersamaan, ia takut ditinggalkan dan kembali dilupakan.
"Ngomong, Lia! Lo nggak bisu-kan?" Tanya Alifa dengan nada membentak.
Sorot mata Aulia meredup, kita mata cantiknya tidak berani lagi menatap wajah Alifa. Bibirnya terasa berat untuk berucap sepatah katapun. Aulia menggigit bibirnya tanpa sadar.
"Cukup! Sudah cukup!" Suara itu terdengar sangat akrab, bagi Aulia. Ia merasa seorang berdiri di sampingnya, tanpa berani mendongak untuk menatap sosok itu. Aulia sudah dapat mengenalinya.
Detak jantunya berdetak tidak beraturan. Entah karena Alifa atau kedatangan pria itu?
Alam menarik tangan Aulia, menyembunyikan tubuh mungil wanita itu di belakangnya.
"Lo udah keterlaluan, Lif. Ngebentak udah cukup dan lo nggak perlu ngata-ngatain." Ucap Alam tegas, tidak ada nada bercanda seperti Alam-alam sebelumnya.
"Kenapa? Dia temen gue, gue mau minta penjelasan dia. Kenapa dia bisa jadi pembohong hebat begini?" Tanya Alifa dengan pertanyaan tajam disertai nada menusuk.
Aulia mendengar hal itu dengan jelas, dan membuatnya merasakan sakit.
Alam menutupi tubuh Aulia sepenuhnya. "Jadi itu mau lo?" Alam tersenyum sinis. "Tapi tebakan lo, salah. Dia bukan Aulia dari masa lalu lo." Ucap Alam berhasil membuat Alifa terdiam.
"Jangan macam-macam sama dia, gue udah peringatin lo." Ancam Alam serius.
Alam menarik lengan Aulia, membawanya menjauh dari sosok Alifa yang masih berdiri dengan tatapan tajam. Untuk pertama kalinya, Aulia tidak menolak sentuhan dari Alam, tidak meronta dan tidak berkomentar.
Merasa sudah cukup jauh, Aulia menghentikan langkahnya lalu menarik tangannya dari genggaman Alam.
"Kenapa?" Alam berbalik menatap Aulia khawatir.
"Sekarang aku harus gimana, Lam? Alifa bakal benci sama aku." Mata Aulia berkaca-kaca, tidak lama ia berjongkok dan menumpahkan semua tangisnya.
Alam ikut berjongkok di depan wanita dengan jilbab ungu muda itu, dengan pelan ia menepuk pundak Aulia, tanpa ada perasaan nafsu atau apapun. Ia hanya ingin membuat Aulia merasa tenang dengan sentuhannya.
"Dia nggak bakal benci sama lo, karena lo bukanlah orang yang bisa dibenci dengan mudah. Gue dan Alifa sama, kita semua nggak akan benci sama lo, Lia."
"Udah jangan menangis lagi..."
"Aku punya alasan, maaf. Karena alasan dan cara yang kupakai ternyata salah besar. Aku nggak ada maksud bohong ke kalian semua, aku pengen ngaku dan ngomong jujur tapi nanti--- setelah aku dapat semua ingatan aku." Aulia masih terisak dalam tangisnya.
"Iya, nggak apa-apa. Cara lo nggak salah, itu pilihan lo." Kata Alam berusaha menenangkan Aulia. "Yang terpenting sekarang, lo nangisnya udahan. Kalau bidadari nangis, hati abang jadi ambyar nih."
"Nggak lucu," Respon Aulia cepat.
"Aku serius, Lia. Kalau kamu nggak berhenti nangis. Aku culik kamu, kita ke KUA. Habisnya kalau kamu nangis, kamu seksi banget. Aku nggak tahan pengen halalil cepat-cepat."
"Ih, mesum." Aulia bangkit dan kembali berdiri. Ia menatap Alam dengan tajam, lalu buru-buru menjauh.
"Aku cinta kamu, Lia."
"I hate you." Balas Aulia cepat.
"Aku--"
"Udah gak usah pakai aku-akuan, merinding aku jadinya." Protes Aulia mempercepat langkahnya, sementara Alam sangat setia mengekori wanita cantik itu.
"Aku serius Lia, aku bakal mati kalau nggak halalin kamu secepatnya." Alam mengejar Aulia, dan berjalan beriringan dengan Aulia.
Comment buat lanjut
Makasih, selamat berpuasa teman-temanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
Romanzi rosa / ChickLitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...