***
Aulia menghela nafas berat, ia tidak tahu sejak kapan Alam mengetahui rahasianya itu. Ia sudah berusaha menutupi semua hal tentang Aulia yang dulu telah mati diingatannya, bahkan Aulia rela mengubah namanya untuk semua itu.
Aulia menggigit bibir bawahnya, menatap ke arah pintu restoran. Berharap orang yang ia tunggu segera datang.
Sekali lagi, mata Aulia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Tidak biasanya pria itu datang sangat tidak tepat waktu.
Sudah dua puluh menit berlalu, Aulia harus menunggu sampai kapan? Merasa bosan dan lelah, ia memutuskan bangkit dan beranjak.
"Lia." Panggilan itu membuat Aulia menoleh ke belakang.
"Alam?"
"Lo lama ya nungguin gue?" Tanya Alam dengan senyuman manis sore ini. Aulia menjawab dengan anggukan singkat.
"Sorry gue telat."
"Nggak biasanya."
"Gue sengaja." Jawab Alam sambil terkekeh geli sendiri.
"Maksudnya?"
"Sekitar 40 menit yang lalu gue udah di sin, dan gue-" Alam berusaha menjelaskan.
"Tapi kok---"
"Jangan dipotong sayang," Greget Alam. "Dan gue duduk di meja di situ." Lanjut Alam sambil menunjuk meja lain yang tadi ia tempatin.
"Kok bisa?"
"Karena gue mau memperhatikan lo dulu, kalau gue tiba lebih cepat terus kita ngobrol. Udah selesai, secepat itu. Maka dari itu, gue duduk di situ ngelihatin lo dalam diam. Bidadari pesonanya beda." Jawab Alam sejujur-jujurnya.
"Gombal!" Ketus Aulia, ia kembali menarik kursinya. Mempersilahkan Alam duduk di depannya.
"Gombalnya ke lo doang kok, aman."
Aulia menggeleng. Mungkin para wanita di luaran sana akan merasa beruntung jika dipuja oleh lelaki berperawakan tinggi, ganteng dan kaya. Tapi, Aulia tidak melihat itu dari Alam.
Yang Aulia lihat pada diri Alam, hanya bisa digambarkan oleh dua kata. Aneh dan Menghibur.
"Terserah." Jawab Aulia dingin, ia bergegas memesan makanan, karena sendari tadi menunggu ternyata dapat membuat perut merasa keroncongan.
"Jadi, kenapa lo ngajak ketemuan? Mau bilang sayang, kangen atau minta dibeliin obat lagi?"
"Ih, kamu jadi ngeselin." Protes Aulia.
"Gue tuh, nggak ngeselin. Gue tuh cinta mati sama lo."
"Yaudah, coba mati demi aku." Tantang Aulia.
Alam mengusap pucuk kepala Aulia yang tertutup hijab dengan cepat, sebelum Aulia berhasil menepis tangannya.
"Jangan dulu deh, lo aja belum terima perasaan cinta gue. Kalau gue mati, terus lo nyesal dan kangen, gimana?" Alam menumpu dagunya pada tangan kanannya.
Alam terlihat menggemaskan dengan pose super manis begini. Aulia mengedipkan matanya beberapa kali, seriusan ia punya pikiran konyol seperti itu.
"Lia, mata lo kenapa kedip-kedip gitu. Kegantengan gue membuat lo silau ya?" Tanya Alam dengan pedenya.
"Kelilipan," Jawab Aulia asal, dan Alam menjawab dengan oh yang agak panjang.
Aulia menatap lima orang siswi berseragam SMA yang baru saja masuk ke dalam restoran. Mereka bercanda gurau, menatap ke arah meja Aulia dan Alam lalu menyapa dengan senyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
Chick-LitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...