Kemarin pas ku update, eh eror ternyata.
***
13 bulan yang lalu...
Alam menyandarkan tubuhnya di sofa, makanan dan sisa-sisa minuman keras tergeletak asal tidak beraturan.
Alam mengambil botol lain yang tersisa setengah, lalu meneguknya sampai habis.
Hari ini, adalah hari bahagia untuknya karena itu ia dan teman-teman dari anggota band-nya mengadakan party di sebuah resort.
Alam menatap wajah Yudi yang tertidur pulas di depannya, dengan wajah tepat di atas meja.
Alam berjalan sempoyongan, ia tersenyum ketika melihat Naufal sedang tertunduk lemas di depan pintu.
"Woy, bangun!" Alam menendang kaki Naufal namun pria itu tidak bergerak sama sekali. Naufal hanya sibuk meracau tidak jelas, lalu jatuh tertunduk ke lantai.
Alam berjalan mencari teman-temannya yang lain. Dengan kepala berat dan pandangan kabur, Alam memutuskan untuk beristirahat di kamarnya sendiri.
***
Alam menarik selimut, tidurnya begitu pulas namun kepalanya masih terasa sakit. Ia sungguh sangat sangat mabuk berat.
Suara pintu di buka, Alam perlahan-lahan memulihkan kesadarannya.
"ALAM, GISSEL--- kalian?" Pertanyaan itu keluar dari seseorang yang sedang berdiri di depan pintu.
Alam tersentak kaget mendengar teriakan itu, ia pun membuka matanya dan lebih kaget saat dirinya tengah bertatapan dengan wajah Gissel.
Gissel menarik selimut, untuk menutupi tubuh setengah telanjangnya. Sementara Alam, segera turun dari tempat tidur.
Alam meraih handuk di atas nakas, dan segera menutupi tubuh bagian bawahnya. Ia mendekati Irnasya, lalu menarik pintu agar menutup kembali.
Teriakan Irnasya tentunya akan membawa kecurigaan dan keributan di antara mereka yang tidak tahu.
"Kalian berdua?!" Irnasya menatap keduanya dengan bingung.
"Lam, gue kenapa ada di kamar lo?"
"Lo yang kenapa ada di kamar gue?"
"Apa kita-"
"Gue nggak ingat--" Alam meremas wajahnya sendiri. Hal konyol apalagi yang sedang ia alami sekarang.
"Gue juga." Wajah Gissel pias, ia mencengkram selimut begitu erat di tubuhnya.
"Jangan bilang kalian berdua sudah---"
"NGGAK MUNGKIN!" Teriak Giseel keras, membuat Alam segera membungkam mulut Gissel.
"Lam?" Irnasya memandang Alam, namun Alam sedang menunduk. Benar-benar berpikir, apa yang sedang terjadi semalam padanya dan bodohnya lagi Alam tidak bisa menginggat itu.
"Gue nggak tau," Kata Alam terdengar merasa bersalah.
"Nggak mungkin tidak terjadi apa-apa di antara kalian?! Buktinya tubuh kalian setengah telanjang!" Irnasya meneteskan air matanya, Gissel pun merasa bersalah karena itu.
Semua anak band tahu bahwa Irnasya menyukai Alam, karena itu ia memutuskan untuk jadi vokalis di sana. Sementara Gissel adalah gadis yang barusaja dikenal Alam beberapa minggu ini, tapi dengan ajaibnya Gissel bisa merebut hati semua anggota band.
"Gue kecewa sama kalian berdua." Irnasya menatap keduanya murka, dengan cepat pula ia keluar dari kamar tersebut. Suara bantingan pintu terdengar begitu keras, hingga Gissel memekik kaget.
"Gissel gue minta maaf, kalau emang terjadi sesuatu di antara kita."
Gissel menatap Alam, ia menunduk menguatkan hatinya. "Mending kamu kejar Irnasya dulu, jelasin ke dia kalau tidak ada apa-apa yang terjadi di antara kita."
"Seriusan nggak ada?" Tanya Alam cemas.
Gissel menggigit bibir bawahnya. Tidak berani menjawab.
"Jadi bener gue ngelakuin itu ke lo atau nggak sih?!" Nada Alam terdengar membentak.
"Selangkangan gue masih terasa nyeri." Gissel menunduk sambil menatap Alam yang tiba-tiba berdiri dari tempat tidur dan memakai kembali bajunya.
"Gue mau nenangin Irnasya dulu, untuk masalah ini kita selesaikan nanti."
***
Alam menatap Irnasya yang sedang duduk di tepi kolam.
"Semuanya terjadi begitu saja..." Alam menjelaskan, ia tidak ingin membuat rumit dan menambah masalah baru. Mungkin ini saatnya bagi Irnasya untuk melupakannya.
Irnasya membalikan kepalanya, menoleh ke arah Alam yang tengah memandangnya tanpa berdosa sedikitpun.
"Lo jahat, Lam."
"Maaf," Hanya satu kata itu yang bisa ia ucapkan saat ini.
"Sekarang, lo bisa lupain gue." Lanjut Alam lagi, dengan tatapan serius.
Irnasya terlihat sedikit kaget, namun beberapa detik kemudian kembali memasang ekspresi wajah semula.
"Lo pikir mudah?!" Irnasya segera bangkit dari duduknya, ia berjalan mendekati Alam yang sedang berdiri diam saja.
Kini Irnasya sudah berada di depan Alam. "Gue kecewa sama lo, Lam." Irnasya memukuli dada bidang Alam, pria kekar itupun juga tidak menghindar apalagi membalas.
Irnasya pantas marah pada cowok brengsek sepertinya. Pikiran Alam terbang kemana-mana.
"Kalau Gissel bisa memiliki lo, harusnya gue juga bisa."
"Hah?"
Irnasya langsung melingkarkan tangannya pada leher Alam, menarik wajah pria itu lalu melumat bibirnya dengan ganas. Irnasya haus akan belaian dan semua kepura-puraan yang membuatnya lelah.
"Ayo, kita tidur bersama."
"Lo baik-baik aja."
"Gue pengen jadi, friend with benefit lo."
Tanpa sadar Alam hanya bisa mengangguk pasrah, ia menarik pinggang Irnasya dan memperdalam ciuman mereka.
Gissel mengamati mereka dari kejauhan. "Irnasya sangat beruntung, karena dia punya Alam."
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
Chick-LitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...