39. Permintaan Itu

980 105 6
                                    

Aulia menggiti kuku jarinya, ia mondar mandir tidak tentu arah. Sambil menatap sekeliling, entah kenapa Aulia merasa kepalanya berdenyut dengan kencang, bahkan kadang-kadang Aulia merasa ada suara tabrakan besar yang memenuhi pikirannya.

Aulia dengan cepat berlari menuju kamarnya, ia menyelimuti dirinya sambil menatap lurus ke depan. Aulia kembali menggigit tangannya.

"Aldo, Aldo, Aldo..." Aulia mengingat nama sepupunya itu, dengan cepat ia meraih ponselnya untuk menghubungi Aldo.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif...

Aulia meletakan ponselnya telat di samping bantalnya, Aulia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Malam yang sepi dan sunyi seperti sekarang, sudah beberapa kali terulang akhir-akhir ini.

Aulia mencoba memejamkan matanya dengan berat, ia tidak mengantuk tapi memaksakan diri untuk tidur.

***

Aulia bangun shubuh. Ia menyempatkan diri untuk sholat dan membaca Al-Quran, karena akhir-akhir ini ia merasa sangat gelisah dan ketakutan tanpa alasan.

Aulia hanya sarapan roti hari ini, itu pun ia cuman makan setelah. Ia benar-benar kehilangan selera, belum lagi berat badannya turun beberapa hari ini.

Aulia membuka pintu apartementnya, ia cukup terkejut dengan penampilan seorang pria dengan penampilan rapi dan jaket jeans.

Tebakan kalian benar.

Dia Alam, pria yang selalu membuat Aulia kehabisan kata-kata.

"Selamat pagi bidadari." Sapa Alam sambil melambaikan tangannya.

"Assalamualaikum," Tegur Aulia mengingatkan Alam.

Alam tersenyu malu-malu. "Waalaikumsalam calon istri." Balas Alam tidak peduli dengan tatapan sinis Aulia padanya.

"Hari ini berangkat bareng gue aja, Lia." Ajak Alam sambil menunjuk ke arah mobilnya.

"Nggak baik berduaan sama pria yang bukan muhrimnya."

"Makanya lo tinggal bilang "okay" aja, udah deh gue langsung halalin lo."

"Kek ada yang ngomong? Siapa ya?" Aulia menatap sekitar, berusaha mengabaikan Alam seperti biasanya.

"Kok lo jahatnya cuman sama gue sih?! Gak adil lo, racist sama gue aja!" Protes Alam sambil menyusul Aulia dan meninggalkan mobilnya begitu saja.

"Lo berduaan sama Ridho, juga dosa tahu." Protes Alam lagi.

"Belum lagi tatapan itu cowok ke lo mesum banget, Lia. Pengen gue colok matanya."

Aulia membalikan badan, "Nggak sadar ya? Bukannya kamu tuh yang mesum, ngajak nikah orang seenak jidat." Balas Aulia tajam.

Alam mengangkat sebelah alisanya, ia tidak pernah tersinggung dengan apapun kalimat sadis yang keluar dari bibir Aulia. Ia justru senang jika Aulia tidak mengabaikannya tapi malah meresponnya, meskipun singkat ataupun sadis.

"Kalau Neng Lia cari yang serius sini Sama Bang Alam. Kalau Neng mau diseriusin sini Abang nikahin."

Aulia mengabaikan Alam, namun dalam hati ia terkekeh geli. Aulia naik angkutan umum, dan Alam juga mengikutinya layaknya pengawal setia.

"Sumpah, kamu berbakat banget jadi body guard." Sindir Aulia.

Alam mengacungkan jempolnya. "Pengawal tampan yang siap mengawal bidadari kemanapun."

"Ih, gombal ih. Dilihatin orang!!!" Kesal Aulia saat beberapa orang menoleh ke arah mereka.

"Hak mereka sayang, mereka punya mata. Jadi bebas mau ngelihat siapa? Dan gue tahu, mereka tuh iri banget sama ke-UWUan kita ini, Sayang?" Ucap Alam dengan cukup keras, sehingga orang-orang bisa mendengar itu.

RINDU ALAM  (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang