Jadi untuk part ini, aku nggak terima komen. Bagus kak, next kak. Aku mau pendapat kalian tentang ceritaku dan masukan kalian ya.
Selamat menjalakan ibadah puasa ya kalian semua.
***
Aulia membaca notif dari sebuah pesan masuk di ponselnya. Ia yang saat itu sedang sibuk memilih pakaian pun, akhirnya memilih pakaian sederhana saja.
Tetangga Sebelah
Lo udah persiapin lagu belum?Belum
Cepet latihan, yang lain udah nunggu lo.
Masih siap-siap
Di alamat yang gue kasih kemarin
Otw
Dengan kemeja berwarna biru muda, dan rok lebar warna merah bata, serta balutan jilbab yang serasi dengan warna roknya, ia nampak cantik dengan apapun yang meletak di kepalanya.
Ia meraih tas dan ponselnya, memakai sebuah sepatu, dan meninggalkan apartementnya. Menuju tempat latihan untuk ia dan band sementaranya berlatih.
Tak lama setelah perjalanan, menaiki grab yang ia pesan sebelumnya. Aulia tiba di tempat latihan, ini kali pertama Aulia benar-benar mengikuti latihan band setelah kembali ke Jakarta.
Ia memasuki gedung itu, memasuki sebuah ruangan yang dilengkapi dengan peralatan band lengkap. Senyum yang seketika cerah di wajah Aulia pun memudar.
Matanya terus bergerak mengamati sekitar, mencari keberadaan orang lain. Namun kenyataannya, hanya ada seorang pria yang sedang duduk sambil menyetel senar gitarnya.
"Yang lain mana?" Tanya Aulia.
"Belum datang." Jawab Alam singkat.
"Kamu kenapa lagi-lagi bohong sama aku? Kamu bilang yang lainnya sudah datang dan nungguin aku!" Kesal Aulia panjang lebar, sambil berkacak pinggang melihat ke arah Alam yang nampak tidak peduli.
"Pengen aja." Jawab Alam singkat.
Aulia terpaksa duduk di sebuah kursi yang letaknya jauh dari Alam.
"Gue pengen berduaan kayak gini sama lo!" Alam meletakan gitarnya lalu bangkit dari duduknya.
"Makanya gue bohong." Kata Alam lagi, sambil berjalan mendekati Aulia. Ia juga meletakan sebotol air mineral baru di atas meja yang dekat dengan tempat duduk Aulia.
"Minum dulu, pasti lo haus." Tambah Alam.
"Tentunya haus, aku hampir meledak marah ke kamu mulu! Capek."
"Makanya lo jangan terlalu benci gue, Lia."
"Sekali-kali lo harus sayang sama gue, cinta kalau perlu."
"Yang lainnya kapan datang?" Tanya Aulia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Alam menatap layar ponselnya, lalu tersenyum sambil menunjukan deretan gigi ke arah Aulia. "Sekitar satu jam lagi." Jawab Alam apa adanya.
"Apa?!" Teriak Aulia tidak percaya, bahwa ia harus datang sejam sebelum latihan, hanya karena Alam membohonginya.
"Aku pulang dulu kalau begitu, satu jam lagi aku ke sini." Aulia bangkit dari duduknya, namun langkahnya terhenti saat Alam meraih pergelangan tangannya.
"Lepasin!"
"Lo marah?" Tanya Alam singkat.
"Nggak." Jawab Aulia singkat.
"Satu jam lagi aku ke sini." Tambah Aulia.
"Lo jangan pergi, temenin gue di sini."
"Haram sama kamu lama-lama di sini, BERDUA! Maka yang ketiganya itu SETAN."
"Kalau gitu kita ke tempat ramai!" Alam menarik tangan Aulia cukup kasar, melewati pintu belakang gedung dan ketika keluar, mereka berada di sebuah area taman bermain untuk anak-anak.
"Lepasin, kamu apa-apaan sih? Makin aku diam, kamu makin keterlaluan ya!" Murka Aulia.
"Makin kamu marah, makin aku suka kamu." Balas Alam menirukan persis gaya Aulia berbicara.
"Kamu sekte pemujaku atau apasih? Kamu itu kayak pengganggu dalam hidupku."
"Kalau ada sekte untuk mencintai lo, gue akan ikut sekte itu dan setia di sana."
"Dasar aneh."
"Bukannya 'gila'? Tanya Alam, selalu ingat kata-kata gila yang selalu diucapkan Aulia saat kesal atau marah padanya.
"Terserah kamu!" Aulia membuang muka, terlalu malas untuk meladeni sikap Alam yang menurutnya terlalu kekanak-kanakan itu.
"Lo tahu nggak?" Alam kembali buka suara.
"Nggak mau tahu." Jawab Aulia cepat.
"Kalau senyum itu ibadah."
Aulia kembali menatap Alam, dengan wajah yang masih datar dan dingin.
"Karena itu, saat bersama kamu kayaknya aku berdosa deh. Selalu marah-marah, selalu cemberut, dan selalu pengen bicara kotor."
"Biar lo nggak dosa lagi, coba lo senyum ke gue."
"Ogah!" Tolak Aulia yakin.
"Nggak berpahala kayaknya, senyumin kamu." Tambah Aulia lagi dengan judes, biar Alam tahu rasa.
"Coba dulu, siapa tahu itu masuk dalam hitungan ibadah lo." Goda Alam terus menerus, pantang menyerah.
Namun Aulia masih teguh pada pendirian, yaitu bersikap dingin pada pria luar biasa paling mengesalkan itu.
"Kalau gue senyum ke lo, ini ibadah nggak ya?" Tanya Alam sambil tersenyum cerah ke arah Aulia. Sambil beberapa kali mengedipkan matanya.
"Itu genit namanya." Jawab Aulia tegas.
"Genit sama calon istri nggak apa-apakan?" Alam mengelus pucuk kepala Aulia, membuat gadis berjilbab coklat tua itu mundur beberapa langkah karena kaget sekaligus menghindari sentuhan Alam pada dirinya.
Aulia mendadak mengarahkan kepalan tinjunya ke arah Alam, namun tidak serius ingin meninju pria itu. Aulia hanya merasa muak, tiap saat harus mendengar gombalan pria gila bin aneh itu.
Masih calon mas Alam!!!!
***
Suka? Komen yang panjanggggggg ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
ChickLitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...