Sepanjang perjalanan, Aulia merekam kegiatan mereka untuk diedit dan kemudian masuk ke dalam channel yutub pribadi miliknya.
Sepenjang perjalanan, bukan hanya disuruh untuk menjadi supir tapi Alam juga disuruh untuk menjadi penyanyi, dengan beberapa lagu barat yang harus ia nyanyikan.
Gissel memandangi Alam begitu terpukau, pria di sebelahnya itu tampan, baik dan pintar nyanyi, lalu apa yang menjadikan Alam kurang di mata para gadis. Dia hampir sempura, dan akan sempurna jika Gissel adalah wanita yang menjadi pilihan Alam, untuk dicintainya.
Gissel tersenyum lalu kembali menatap ke arah jendela di sebelahnya. Gissel yakin, akan banyak para gadis-gadis yang berkomentar tentang Alam, bahkan ingin tahu akun sosmed pria itu.
Namun entah sejak kapan, Alam berhenti menggunakan beberapa media sosial.
"Sel, lo masih nongkrong di clubkan?" Tanya Alam entah kenapa terdengar begitu mendadak.
Gissel menatap ponselnya yang sedang merekam, dengan cepat mematikan video, lalu berbalik kembali ke arah Alam.
"Iya kak, tapi kenapa tiba-tiba nanya gitu?"
"Malam ini, gue jemput lo. Temenin gue ke club."
"Oke." Jawab Gissel cemburu.
Sementara Yudi hanya main ponselnya sambil mendengarkan percakapan Alam dan Gissel.
"Alam, kalau lo ketemu kak Robi lagi gimana?" Tanya Yudi merasa ngeri saat ingat, perkelahian hebat yang disebabkan oleh Alam dan pria berusia tiga puluh tahunan tersebut.
"Masalah sama Denada yang kemarin belum selesai kak?" Tanya Gissel agak terkejut, sambil memandangi Alam dan Yudi bergantian.
***
[Mungkin kalian bingung, apa maksud percakapan di atas. Tapi, kalau kalian baca kembali awal part pertama, mungkin agak lebih jelas sih]
Ketiganya sampai di restoran makanan cina yang direkomendasikan oleh salah satu pengikut setia di channel dan ignya.
"Ngapain lagi ini?" Tanya Yudi bingung, bukannya merasa senang untuk ditraktir, ia malah curiga akan ajakan Gissel yang mendadak ini.
"Muk-bang." Jawab Gissel pelan.
Alam menatap Gissel. "Nggak mau gue, njir." Jawab Alam.
"Yahhh, kok nggak mau gitu sih kak. Kan kalian udah janji sama gue, lama sih."
"Nggak nolak maksudnya, mumpung lo bayarin." Jawab Alam lagi.
***
Ketiganya duduk di salah satu meja, yang terletak di pojok dan jauh dari keramaian pengunjung, hingga lumayan sunyi dan sepi.
Ketiganya duduk dalam satu barisan, agar bisa nampak semua dalam vidio yang sedang merekam mereka.
"Jadi, guyss...." Gissel mulai melakukan aksi bicara sendiri pada ponselnya, sementara Alam dan Yudi sibuk makan.
Setelah selesai, bukannya pulang. Gissel kembali menculik dua pria tampan itu, untuk menemaninya berbelanja baju di salah satu Mall yang tidak jauh dari restoran yang tadi barusan mereka datangi.
Alam dan Yudi ikut masuk ke store yang menjual khusus pakaian wanita tersebut.
"Nggak niat beli lo, buat kasih Alifa."
Yudi menggeleng.
"Udah deh berhenti jual mahal, nanti penyesalan lo datang kayak Naufal. Pas Alifa udah berhenti suka ke lo, baru nyesel."
"Gue nggak mau pacaran." Jawab Alam tegas.
"Anak SD yang biasanya bilang gitu! Ini lonya, udah kuliah."
"Biarin."
"Nggak mau pacaran, tapi ada lusinan cewek yang lo suka."
Alam menatap Yudi tajam.
"Kalau suka sama orang, belum tentu gue harus pacarin dia."
Alam menatap jijik pada sahabatnya itu. "Sok suci lo, najis gue Yud."
"Hahahaha." Yudi tertawa terbahak.
"Gue nggak mau nyakitin Alifa, gue nggak mau memulai hubungan sama dia. Karena gue takut kita putus, dan berakhir saling benci. Kayak Naufal."
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
ChickLitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...