Aulia menyeka bekas air mata yang membasahi pipinya, hidungnya pun terlihat memerah. Ia menumpahkan semua beban berat dihatinya hari ini, dan ia pun merasa sedikit lega.
Aulia meminum air pemberian Alam sebelumnya. Mata Aulia yang nampak sedikit membengkak, menyipit ke arah Alam. Aulia menatap heran ke arah Alam cukup lama.
Bertanya-tanya, apa yang dilakukan Alam sekarang.
"Kamu kenapa senyum-senyum gitu?" Tanya Aulia tidak ada manis-manisnya.
Tidak ada sahutan dari Alam, pria itu terus melebarkan senyumnya dengan pandangan yang kosong.
"Lam..."
"Alam."
"ALAM!" Aulia memukulkan botol air mineral ke kepala Alam. Ia tidak memukul Alam dengan kuat, namun tetap saja Aulia merasa bersalah setelah itu.
"Eh eh? Apa?" Tanya Alam nampak sangat kebingungan. Ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Kamu yang kenapa?!" Aulia balik bertanya, ia menyandarkan bahunya dengan nyaman pada kursi mobil.
"Bukannya tadi... lo nyuruh gue tanggung jawab ya?" Tanya Alam sangat tidak jelas.
Aulia menyeritkan keningnya, tidak memahami maksud Alam. "Tanggung jawab apa? Kapan?" Aulia melirik singkat ke arah Alam.
"Bukannya tadi kita pelukan ya?" Tanya Alam begitu polosnya.
Dengan secepat kilat pula, Aulia langsung melotot tajam.
Brug!
Sekali lagi, botol air mineral yang ada di tangan Aulia berhasil menghantam kepala Alam dengan cepat. Kali ini, dengan sedikit kekuatan.
Aulia menyeritkan keningnya, sepertinya pukulannya kali ini benar-benar menyakitkan.
Alam menyentuh kepalanya, mencari-cari jika saja ada darah yang keluar atau mungkin saja ia mengalami gagar otak mendadak.
"Maaf," Aulia tersenyum sambil menunjukan deretan giginya dengan rasa bersalah. Ia berpose memohon, lalu menyerahkan botol tersebut kembali ke alam.
"Kamu boleh mukul aku dua kali juga kok, biar kita impas." Tambah Aulia sambil menyerahkan botol tersebut, dengan tatapan nakalnya Alam mengambil botol itu dan bersiap untuk memukul Aulia.
Melihat Aulia yang memejamkan matanya, membuat Alam jadi gemas sendiri. Dengab lembut, Alam mengusap kepala Aulia yang dibalut oleh julbab itu. Alam mengelusnya dengan sangat lembut, hingga Aulia membuka matanya dan menarik kepalanya menjauh dari Alam.
"Modus banget!" Protes Aulia, sambil membelakangi Alam.
Alam kembali mengemudikan mobilnya. Ia menatap Aulia yang nampak murung sambil menatap ke luar jendela tanpa semangat.
"Kamu tadi kenapa senyum-senyum?" Tanya Aulia, tanpa menatap Alam sedikitpun.
"Nggak apa-apa." Jawab Alam dengan santainya.
"Pasti kamu mikirin yang aneh-aneh." Tebak Aulia tepat sasaran.
Alam tersenyum kecil, ia mengangkat sudut bibirnya. "Nggak kok, gue selalu mikirin hal positif kalau sama lo."
"Apa yang positif?"
"Kita pelukan---" Ucapan Alam terhenti.
"Orang gila," Aulia dengan cepat memotong kata-kata Alam. Tapi entah kenapa gombalan receh itu malah menghiburnya.
"Kita pelukan, dan kamu setuju buat mencintaiku---"
Aulia menutup telinganya. "Please jangan dilanjut, mimpi kamu sumpah, norak banget."
"Iya, iya." Alam menatap Aulia sambil tersenyum bahagia. Ia ingin selalu berada di sisi Aulia.
***
"Lo semua nggak curiga!" Alifa berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di tembok.
"Nggak sih." Jawab Yudi.
"Kalau gue nggak terlalu peduli dia Aulia asli atau bukan. Gue dan Aulia nggak sedekat itu juga." Jawab Naufal apa adanya.
"Bego lo!" Yudi melemparkan bantal sofa ke arah Naufal.
"Ya gitu, gue ngomong apa adanya." Kata Naufal tanpa beban.
"Kalau lo, Yud? Lo nggak peduli juga tentang Aulia?" Tanya Alifa lagi.
Yudi terdiam sesaat, ia nampak berpikir cukup lama.
"Kalau gue sih, peduli. Karena ya, Aulia pernah sekalas sama gue, dan dia juga baik selama gue kenal dia. Kalau dia kembali ya, gue pastinya senang." Jawab Yudi sejujur-jujurnya.
"Hm, gue juga bakal senang kalau dia kembali lagi. Biar Alam nggak bikin onar atau mengacau lagi." Kata Naufal sambil menatap Yudi dan Alifa bergantian.
"Nah, lo berdua seriusan nggak curiga apapun?"
"Curiga kek gimana nih maksudnya?" Tanya Naufal nampak kebingungan.
"Coba lo ingat-ingat lagi, apa akhir-akhir ini Alam suka ke club atau bikin ulah atau tingkahnya ada yang beda gitu?"
Yudi dan Naufal menggeleng bersamaan lalu memgangguk tidak lama setelah itu. "Iyasih, biasanya tuh anak selalu stay malam minggu, ikut sama Gissel buat party." Ucap Naufal.
"Kecuali hari itu, pas dia mabuk berat. Baru beberapa hari lalu jugasih. Itu doang yang keluar sosok asli dari Alam."Sahut Yudi menambahi ucapan Naufal.
"Okay, thanks. SEKARANG GUE YAKIN BANGET, Kalau dia itu Aulia yang gue kenal!" Alifa tersenyum kecil, ia mengambil tasnya dan segera pergi meninggalkan Yudi dan Naufal.
"Lif, lo mau kemana?" Tanya Yudi. Yudi menatap cemas ke arah Alifa. "Lo nggak apa-apa?"
"Gue mau cari petujuk. Nanti gue ceritain. Lo berdua jaga rahasia ini dari Alam. Awas lo berdua kalau sampai ember."
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALAM (COMPLETED)
ChickLitAulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padanya. Namun Aulia tidak pernah memikirkan resiko apa yang terjadi dengan keputusannya itu? *** Dunia Al...