16

1.3K 141 3
                                    

Bambam sedikit tertawa lemah mendengar ucapan Seokjin. "Teman-teman mu sangat peduli pada mu Bambam. Jadi intinya, cobalah untuk tidak melakukan aksi diam. Tidak semua dengan diam masalah mu akan selesai. Ayo, bangkit. Semua orang yang berada di sekitar mu peduli dan pasti akan membantu mu." Ucap Seokjin sembari tersenyum lembut kepada Bambam.

Bambam diam tidak merespon ucapan Seokjin. Dia langsung membaringkan diri dan Seokjin langsung membantunya. Setelah itu menyelimuti Bambam. "Ssaem, kau boleh pulang kalau aku benar-benar sudah tidur." Ucap Bambam.

"Iya, ssaem akan menunggu mu tidur." Ucap Seokjin.

Setelah itu Bambam mulai memejamkan mata dan Seokjin menunggu Bambam hingga dia terlelap. Dan setelah itu dia langsung pamit pulang kepada wanita tua yang berada di rumah Bambam.

.

.

Kali ini Seokjin sedang berada di sebuah cafe bersama Namjoon. Ya, tepat setelah Seokjin pulang dari rumah Bambam, Namjoon menghubungi Seokjin dan ingin bertemu dan menceritakan bagaimana keadaan Bambam.

Seokjin masih diam sembari memainkan kopi yang dia pesan. Namjoon pun diam menunggu Seokjin bercerita. Seokjin yang dari tadi saat sampai di cafe menjadi sedikit diam. 'Apa terjadi sesuatu di rumah Bambam?' batin Namjoon.

Namjoon berdehem bermaksud memberikan kode kepada Seokjin untuk bercerita. Seokjin seperti tersadar langsung melihat Namjoon dan ikut berdehem juga. "Emm... maaf aku sedikit terbawa suasana." ucap Seokjin.

"Tidak masalah. Jadi, bagaimana?" tanya Namjoon.

Seokjin langsung menceritakan bagaimana keadaan Bambam sekarang dan juga menceritakan kepada Bambam sampai tidak mau pergi ke sekolah. Stelah mengakhiri cerita, tiba-tiba saja Seokjin menangis dan Namjoon sedikit terkejut melihat Seokjin yang tiba-tiba saja menangis. Dia langsung melihat sekitar berharap tidak ada yang melihat mereka, karena pasti orang-orang akan mengira bahwa Seokjin seperti disakiti oleh dirinya. "Aku tidak mengerti, kenapa ada orang tua yang seperti itu pada anaknya?! Tidakkah mereka berpikir bahwa seorang anak juga butuh kasih sayang secara langsung?!" ucap Seokjin kesal.

"Memangnya dengan materi saja cukup?! Tidak! Ya ampun, aku kesal sekali" ucap Seokjin.

Namjoon yang mendengar ucapan Seokjin yang begitu kesal hanya tersenyum melihat Seokjin. Tiba-tiba saja dia meraih tangan Seokjin yang bebas di meja dan menggenggamnya. "Aku yakin Bambam besok pasti akan sekolah. Kerja bagus, Seokjin-ssaem." ucap Namjoon.

Seokjin yang terus berbicara mengenai kekesalannya kepada orang tua Bambam langsung terdiam dengan perilaku Namjoon yang tiba-tiba itu. "Aku juga yakin kau akan menjadi seorang istri dan ibu yang dicintai oleh keluarganya." ucap Namjoon sambil tersenyum kepada Seokjin.

Seokjin sedikit menghentakan tangan Namjoon yang menggenggam tangannya. "Ah, mian." ucap Namjoon pelan.

'Aduh oppa ini kenapa bilang begitu sih. Makin tidak karuan kan perasaan ini.' batin Seokjin.

"Bagaimana kalau kita cari hiburan untuk menghilangkan kekesalanmu itu?" usul Namjoon.

"Hmm... boleh."

"Oke, ikut aku." ucap Namjoon segera pergi dari cafe itu diikuti oleh Seokjin. 

Ternyata Namjoon mengajak Seokjin ke sebuah tempat permainan arkade. Seokjin sedikit bingung namun dia tetap saja mengikuti Namjoon yang sudah membeli koin untuk bermain game. "Nah aku menantangmu untuk bermain banyak game. Kalau kau menang, aku akan menuruti keinginanmu, begitu sebaliknya. " ucap Namjoon menantang Seokjin.

"Baiklah, aku terima tantangannya." ucap Seokjin.

Namjoon langsung mengajak Seokjin untuk bermain permainan basket. Dan tentu saja permainan dimenangkan oleh Namjoon. "Ah ini sih sudah terlihat siapa yang bakal menang." ucap Seokjin pasrah.

"Ah gak asyik nih, Jin. Ayo dong semangat, baru saja satu permainan. Selanjutnya tentukan deh permainannya olehmu" ucap Namjoon. 

"Hmm... baiklah. Aku tantang oppa bermain itu." ucap Seokjin menunjuk mesin pump.

"Oke." ucap Namjoon.

Dan mereka langsung bermain pump, Seokjin tentu saja sangat lincah bermain itu karena itu memang permainan favorite nya di permainan arkade. Namjoon pasrah saat melihat skornya jauh sekali dengan Seokjin. 

Mereka memainkan banyak game di sana dan membuat Seokjin melupakan kekesalannya. Seokjin dan Namjoon seperti lupa umur bahwa mereka sudah dewasa dan jangan lupa mereka adalah seorang guru. Seokjin sekarang sedang memainkan mesin mencapit boneka. Dia mengincar boneka Mario yang lumayan besar. Ah, nyaris saja Seokjin mendapatkan boneka itu namun saat hampir sampai ke lubang di mesin itu, boneka itu jatuh. Seokjin langsung masang wajah kecewa.

"Ah payah banget sih, Seokjin. Liat ya, aku pasti bisa." ucap Namjoon.

"Sombong banget sih, awas saja kalau tidak bisa!" 

Dan Namjoon mendapatkan boneka yang sedari tadi jadi incaran Seokjin. Seokjin menatap Namjoon tidak percaya. Namjoon langsung mengambil boneka itu dan memberikannya kepada Seokjin. Seokjin tentu dengan senang hati menerimanya. "Anggap saja sebagai ucapan terimakasih karena menjadi partner di sekolah." ucap Namjoon.

"Terimakasih kembali juga, oppa." ucap Seokjin senang.

"Ssaem!" teriak seseorang.

Seokjin dan Namjoon langsung mencari suara itu dan ternyata itu adalah Taehyung dan Bobby. Mereka berdua berjalan menghampiri Namjoon dan Seokjin. "Ciee... ketahuan lagi kencan nih!" ucap Taehyung.

"Eh, jangan berpikir yang tidak-tidak, Taehyung-ah." ucap Seokjin sedikit malu saat mendengar ucapan Taehyung yang mengira bahwa dirinya sedang berkencan dengan Namjoon.

"Ah tenang saja, ssaem. Kami akan bungkam kok, tapi gak gratis. Hehe..." ucap Bobby.

"Ah kalian ini tau apa soal kencan!" ucap Namjoon.

"Tau lah pak, gini-gini juga saya sudah suka perempuan kok. My princess kookie tuh hehehe..." ucap Taehyung salah tingkah.

"Ah, bagaimana kalau kita abadikan momen ini. Mari kita berfoto." ucap Seokjin tiba-tiba mengeluarkan gadget-nya dari tas dan membuka kamera.

Setelah itu mereka bertiga langsung melihat kamera dan melakukan gaya masing-masing. Setelah itu mereka ngobrol sebentar dan berpisah. 

Sekarang Seokjin dan Namjoon sudah berada di depan tempat tinggal Seokjin. "Makasih oppa hari ini menyenangkan sekali." ucap Seokjin.

"Ya tidak masalah. Maaf juga aku tidak membantumu untuk berbicara kepada Bambam. Untungnya kamu bisa dan Bambam mau bicara padamu." ucap Namjoon.

Seokjin menganggukkan kepalanya merespon ucapan Namjoon. Setelah itu Namjoon pamit dan pergi meninggalkan Seokjin.

.

Dan benar seperti dugaan Namjoon, keesokan harinya Bambam masuk kembali ke sekolah dan disambut dengan meriah oleh kedua sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Taehyung dan Bobby. "Ye, trio kekacauan comeback setelah rehat seminggu." ucap Taehyung.

"Jangan sakit lagi ya, Bam. Gak ada yang mengacaukan kelas!" ucap Bobby.

"Oke siap!" ucap Bambam.

"Masih pagi udah ricuh aja sih!" ucap Jungkook sebal.

"Aku senang, my princess." ucap Taehyung.

"Iya lah terserah. Gimana persiapan untuk presentasi sejarah untuk minggu sekarang?" tanya Jungkook.

"Tenang, kamu tinggal menuruti ku saja. Iya kan, Irene?" ucap Taehyung sambil menghampiri bangku Irene dan mencolek bahu Irene.

"Iya benar, Taehyung." ucap Irene.

Jungkook tiba-tiba menatap sebal Taehyung dan langsung duduk di bangkunya dan diam begitu saja. Yugyeom yang sebangku dengannya menatap bingung Jungkook. Karena hari senin adalah jadwal pertemuan dengan wali kelas, Namjoon dan Seokjin datang ke kelas dan tersenyum lega meliat Bambam. Mereka menyuruh Bambam untuk mengikuti UTS susulan di ruang guru setelah pelajaran hari itu selesai.




TBC

Yeeee, bukannya bikin makalah malah ngerjain ini gimana sih aeeng :)

Gimana, bosen ya?

lanjut jangan?

My Partner Teacher (Namjin/GS) #ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang