Seokjin yang mendengar ucapan Namjoon barusan tiba-tiba saja menjadi salah tingkah. Entah kenapa. Tapi di satu sisi lain juga dia senang dengan ucapan Namjoon barusan. "Siap Namjoon-ssaem." Ucap Seokjin.
'Asalkan saya menjadi wali kelasnya bersamamu.' Batin Seokjin.
Namjoon dan Seokjin langsung melepaskan jabatan tangan mereka. Dan dari kejauhan terlihat Hoseok yang bersiap-siap untuk pergi kelapangan sedari tadi melihat interaksi Seokjin dan Namjoon. "Namjoon dan Seokjin-ssaem sedang apa ya? Kok nyesek ya melihat mereka berdua?"
.
.
Sore hari, sekolah masih agak rame dengan kegiatan murid-murid yang sedang melakukan kegiatan ekstra. Terlihat Bobby sedang latihan futsal dengan wajah tidak semangat. Bagaimana mau semangat, mengikuti futsal saja dipaksa oleh Namjoon-ssaem. Pernah dia sempat tidak menuruti ucapan Namjoon dan pada akhirnya dia ditarik paksa untuk latihan futsal oleh Namjoon.
Bobby melihat ke sisi lapang dan terlihat Namjoon-ssaem sedang membicarakan sesuatu dengan pelatih futsal. Lalu setelah itu Namjoon pergi meninggalkan lapangan. 'Namjoon-ssaem emang menyeramkan' batin Bobby.
Seokjin bersiap untuk pulang karena merasa tugasnya di sekolah sudah selesai. Saat keluar dari ruang guru, dia berpas-pasan dengan Hoseok. "Halo, Seokjin-ssaem." Sapa Hoseok.
"Oh Hoseok-ssaem, hai." Ucap Seokjin.
"Mau pulang ya? Ayo pulang bareng!" Ajak Hoseok tanpa permisi langsung menarik tangan Seokjin berjalan menuju parkiran motor khusus guru.
Seokjin kaget dengan perlakuan Hoseok yang tiba-tiba itu dan dia emang tidak bisa melawan tarikan Hoseok yang sangat kuat itu. “Hoseok-ssaem bisakah anda melepaskan tangan anda? Banyak murid-murid yang menatap kita.” Ucap Soekjin.
“Emangnya kenapa?” tanya Hoseok polos dan sambil tetap berjalan dan menarik tangan Seokjin.
Sekarang mereka sudah berada di parkiran dan Hoseok menyiapkan motornya dan memberikan helm kepada Seokjin. Seokjin langsung menerimanya dan memakainya. Memang, semenjak dia berkenalan dengan Hosek di lapangan dia menjadi akrab dengan Hoseok. Tapi baru kali ini Hoseok mengajaknya pulang. Ya sudah, Seokjin terima saja. Lumayan, ongkos untuk pulang bisa ditabung buat beli makanan.
Hoseok sudah siap dan menyuruh Seokjin untuk naik. Seokjin langsung naik dan Hoseok langung menjalankan motornya pergi meninggalkan sekolah. “Seokjin-ssaem, bagaimana kalau kita makan dulu?” ajak Hoseok.
“Emm... boleh saja.” Ucap Seokjin.
“Okee. Hehehe...” ucap Hoseok senang.
Hoseok mengendarai motornya ke suatu kafe. Sekarang mereka berdua duduk di pojok kafe dekat jendela sehingga mereka bisa melihat pemandangan keluar yang banyak orang lalu-lalang. “Aku tidak menyangka kita bakalan makan di sini. Hehehe...” ucap Hoseok yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
“Haha... aku juga begitu.” Ucap Seokjin.
Hening kemudian terasa diantara mereka berdua. Seokjin sibuk melihat orang yang lalu-lalang di luar kafe sembari menopang dagunya dengan tangannya. Tiba-tiba saja dia kepikiran Namjoon. Apalagi saat anak-anak XI-IPS-1 menggoda mereka. Membuat perasaan dia menjadi tidak karuan. Kadang Seokjin berpikir apa dia salah kalau tiba-tiba begini?
“Seokjin-ssaem.” Ucap Hoseok.
“Iya?”
“Sedang memikirkan apa sampai tersenyum seperti itu? pasti lagi mikirin cowok ya?” tebak Hoseok.
“Ahaha Hoseok-ssaem ada-ada saja.” Tapi memang benar sih.
“Ah bagaimana kalau sedang diluar sekolah embel-embel ssaem kita buang? Aku akan memanggilmu Seokjin dan kau bisa memanggilku Hoseok ataupun J-Hope.” Usul Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner Teacher (Namjin/GS) #END
FanfictionMenjadi seorang guru adalah cita-citaku sejak lama. Dan aku berhasil mewujudkannya. Hanya saja, di sekolah tempat ku mengajar ini banyak sekali kejadian yang tidak akan kulupakan. Seperti, mengenal seorang yang bernama Kim Namjoon. |WARNING| NAMJIN...