Seokjin segera memberikan kontak yang biasa dia gunakan untuk menghubungi dirinya. Setelah memberikan kontaknya, beberapa menit kemudian no asing menelpon dirinya. Seokjin kaget kembali sampai-sampai gadget-nya terlempar. Seokjin mengatur nafasnya terlebih dahulu karena entah kenapa dia gugup sekali. Lalu mengambil lagi gadget-nya dan mengangkat telpon tersebut.
"Yoboseyo..."
"Seokjin..."
"I-iya?"
Kira-kira mereka membicarakan apa?
.
.
Di suatu cafe yang tidak ramai tapi tidak sepi juga, terlihat seorang perempuan sedang duduk di pojok cafe dekat jendela. Dia menikmati secangkir kopi dan juga pemandangan di luar. Dia menyimpan cangkir itu dan melihat di meja banyak buku yang sama. Dia memastikan bahwa buku yang dia bawa sesuai. "Ah maaf aku telat." Ucap seorang laki-laki yang baru datang.
Seorang perempuan itu langsung melihat laki-laki itu dan tersenyum kecil. Seorang laki-laki itu langsung duduk dan menatap seorang perempuan tersebut. "Sudah lama kita tidak mengunjungi cafe ini. Ada apa tiba-tiba kau ingin bertemu di cafe ini, Suga? Tidak biasanya" ucap seorang laki-laki tersebut sambil melihat-lihat cafe tersebut yang menurutnya tidak banyak berubah.
"Benar sekali. Ya... aku cuma ingin mengingat dimana kau mengajak ku menjadi pacarmu di sini, Namjoon." Ucap Suga.
Namjoon langsung terdiam dengan wajah agak terkejut. Jujur saja, dia lupa. Berarti dua tahun yang lalu tempat ini menjadi saksi resminya hubungan mereka. "Ah... Begitu ya." Ucap Namjoon.
Pelayan mendekat ke arah Namjoon dan memberikan secangkir kopi. Namjoon menerimanya dan menyesap isi dari cangkir tersebut. "Kita memang punya kesamaan, sama-sama suka kopi dengan rasa yang sama." Ucap Suga.
"Yap, dengan adanya secangkir kopi juga kita selalu berdiskusi banyak sekali hal." Ucap Namjoon seketika antusias.
"Apa kau jatuh cinta padaku karena itu?" Tanya Suga.
"Bisa jadi. Hahaha" ucap Namjoon sambil tertawa.
Suga hanya tersenyum kecil merespon ucapan Namjoon. Dia memegang dua buku yang cover-nya sama. "Aku telah menerbitkan buku" ucap Suga.
"Buku mu sudah terbit?" Tanya Namjoon.
"Iya. Ini" ucap Suga menunjukkan bukunya.
Namjoon mengambil buku tersebut dan langsung melihat isinya. Ada perasaan bangga melihatnya. "Wah... Aku bangga sekali." Ucap Namjoon.
"Terimakasih. Itu aku berikan bukunya untuk mu, Namjoon." Ucap Suga.
"Untukku? Wah ini suatu kehormatan diberikan buku langsung oleh pengarangnya." Ucap Namjoon.
"Berlebihan deh." Ucap Suga.
Namjoon langsung melihat halaman paling awal. Ada tanda tangan dari Suga dan sebuah catatan kecil "Teruntuk seorang yang pernah singgah di hati" ucap Namjoon membaca catatan kecil tersebut.
"Pernah?" Tanya Namjoon memastikan lagi.
"Iya, kau tidak salah baca." Ucap Suga.
"Apa maksudnya?"
"Jangan munafik, Namjoon. Aku, kamu tau bahwa hubungan kita ini udah gak baik walaupun gak ada masalah yang besar diantara kita." Ucap Suga.
"Seiiring dengan berjalannya waktu, kita mulai sibuk masing-masing, gaya hubungan kita yang terkesan monoton. Lebih parahnya lagi, diantara kita gak ada yang ingin memperbaiki apa yang salah dari hubungan kita akhir-akhir ini." Lanjut Suga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner Teacher (Namjin/GS) #END
FanfictionMenjadi seorang guru adalah cita-citaku sejak lama. Dan aku berhasil mewujudkannya. Hanya saja, di sekolah tempat ku mengajar ini banyak sekali kejadian yang tidak akan kulupakan. Seperti, mengenal seorang yang bernama Kim Namjoon. |WARNING| NAMJIN...