"Aku tidak tau kau patah hati kenapa. Tapi aku tidak ingin kau patah hati. Cukup aku saja yang galau, kau jangan, Seokjin. Karena kalau kau galau, nanti aku makin galau." Ucap Namjoon menatap Seokjin dalam.
"O-oppa kau berbicara apa?" Ucap Seokjin.
"Ya intinya, jangan patah hati." Ucap Namjoon.
"I-iya" ucap Seokjin tergagap.
Namjoon langsung melepaskan tangan Seokjin dan setelah itu dia langsung pamit untuk pulang. "Apa-apaan, dia sendiri yang membuatku begini dan menyuruhku untuk tidak patah hati? Ya ampun!" Ucap Seokjin.
.
.
Seokjin sudah membereskan barang dan baju yang akan dia bawa untuk study tour besok. Dia mengecek ulang kembali barang yang dia list dan setelah dicek sudah ada semua dalam tasnya. "Ya, akhirnya selesai." ucap Seokjin sambil menghela nafas lega.Seokjin langsung rebahan dan mengambil gadget-nya. Dia mendapat notifikasi chat dari Namjoon. Seokjin membukanya dan terbaca di layar gadget-nya yaitu
'Seokjinie, apa saja yang harus aku bawa selama studytour?'
"Ya ampun, seperti tidak pernah bepergian saja." ucap Seokjin.
'Yang harus kau bawa ya keperluan mu selama studytour selama 3 hari'
'Bisa bantu aku?'
'Bisa'
'Aku tunggu kau di sini yaa'
Seokjin kaget. Saking kagetnya dia sampai terbangun dari rebahannya. Dia menatap gadget-nya itu tidak percaya. "Apa? Ku kira aku hanya akan menuliskan barang apa saja yang akan dibawa." ucap Seokjin.
Seokjin berpikir sebentar dan dia memutuskan untuk pergi saja. Sekalian dia akan membeli makanan untuk di perjalanan besok. Dia jadi teringat dengan momen ibu dan ayahnya. Setiap ayahnya akan pergi dinas di luar kota, ayahnya pasti selalu ramai dengan ibunya membicarakan barang apa saja yang akan dibawanya. Ibunya Seokjin dengan telaten menyiapkan barang yang dibutuhkan suaminya. Seorang lelaki memang selalu membutuhkan seseorang untuk mengatur hidupnya menjadi lebih baik dan terarah, bukan?
Setelah sampai di depan pintu depan tempat tinggal Namjoon, Seokjin mengetuk pintu itu beberapa kali. Pintu itu terbuka dan terlihat Namjoon dengan pakaian santainya dan celana pendek. "Apa aku merepotkan?" tanya Namjoon.
"Sudah biasa." ucap Seokjin yang langsung mendapat kekehan dari Namjoon.
Seokjin melihat ada tas ransel yang lumayan besar dan beberapa baju. Seokjin langsung mengarahkan apa saja yang harus dibawa Namjoon. Namjoon langsung menurut dan mengambil baju yang akan dibawa dan memberikannya kepada Seokjin. Seokjin dengan telaten merapihkan baju Namjoon dan memasukannya ke dalam ransel Namjoon.
Saat Namjoon memberikan pakaiannya yang terakhir kepada Seokjin, Seokjin menjerita dan reflek menutup matanya. "Kenapa?" tanya Namjoon sedikit kaget.
"I-itukan pakaian dalam" ucap Seokjin sembari menunjuk pakaian yang dipegang Namjoon dan tangan satunya lagi tetap menutup matanya.
Namjoon memasang wajah tanpa dosa dan langsung memasukan pakaian dalamnya ke ranselnya. Setelah itu dia menutup ranselnya. Dia menatap Seokjin lagi dan tersenyum tanpa dosa. Seokjin menatap sebal Namjoon dan langsung memukul lengan Namjoon. "Ah! Sakit" ucap Namjoon menatap sebal Seokjin juga.
"Ya, oppa paboya! Aku ini perempuan dan tadi itu ... ah pokoknya menyebalkan!!!" ucap Seokjin sebal.
"Hahaha. Wajah mu itu lucu sekali." ucap Namjoon sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner Teacher (Namjin/GS) #END
FanfictionMenjadi seorang guru adalah cita-citaku sejak lama. Dan aku berhasil mewujudkannya. Hanya saja, di sekolah tempat ku mengajar ini banyak sekali kejadian yang tidak akan kulupakan. Seperti, mengenal seorang yang bernama Kim Namjoon. |WARNING| NAMJIN...