Seokjin jadi bingung sendiri, dia harus melakukan apa sekarang?! Ken masih melihat Seokjin dengan tatapan sedih. Tolong Ken, jangan menatal Seokjin seperti itu. Seokjin semakin tidak enak. Seokjin melihat gadget-nya seketika dia juga tidak enak kepada kekasihnya. Seokjin mengangkat panggilan tersebut "Namjoon"
"Babe, kau dimana?"
"Aku..."
Seokjin tiba-tiba saja menggantungkan ucapannya sambil melihat Ken yang sedang menunggu respon dari Seokjin. Respon apa yang akan Seokjin ucapkan?!
.
.
Namjoon memasuki rumah sederhanya yang di tengah rumah tersebut banyak sekali kardus-kardus besar berisikan barang-barang Namjoon. Namjoon keluar lagi dan mengecek kembali mobil yang mengangkut semua barangnya. Dirasa tidak ada yang tertinggal, Namjoon segera konfirmasi kepada seseorang. "Terimakasih." ucap Namjoon.
"Tidak masalah, Namjoon-ssi. Ini sudah menjadi tugas kami." ucap seseorang tersebut.
Setelah itu seseorang tersebut pamit untuk pergi. Namjoon pun kini sendirian di rumah barunya. Dia melihat-lihat sekitar. Rumah barunya ini tidak besar namun tidak kecil juga. Dia senang akhirnya rumah impiannya sudah jadi.
Di depan rumah ada taman dan tempat untuk memarkirkan mobil. Ada garasi, ruang tamu, ruang tengah untuk bersantai dimana dia ingin memasang televisi di sana, ada dapur sekaligus ruang makan, sebuah ruang dan kamar mandi. Dari dapur ada pintu menuju belakang rumah, dimana di sana ada taman kecil lagi. Namjoon begitu cinta tanaman. Apalagi bonsai. Dia ingin punya banyak bonsai di rumahnya. Lanjut ke lantai dua ada dua ruangan, sudut ruangan yang ingin dia gunakan sebagai seuatu hal berguna dan kamar mandi. Ada beranda yang melihat pemandangan dari depan rumahnya.
Namjoon sudah memikirkan rumahnya akan didesain seperti apa. Hanya saja dia lelah sekarang. Padahal pindahan dari ruangan kecil ke rumah. Tapi melelahkan sekali. Ditambah barang-barang yang dia pesan mulai berdatangan, kiriman dari rumah nya yang di Ilsan pun juga jangan lupa. Namjoon duduk di sofa dan meregangkan badannya. "Ah lelah sekali." ucap Namjoon.
Dirasa gadget Namjoon yang disimpan di saku celananya bergetar. Namjoon buru-buru mengambilnya dan segera mengangkat panggilan tersebut. "Hello." ucap Namjoon dengan logat Inggrisnya.
"Namjoonie, sudah pindahannya? Eomma, Appa dan adikmu sebentar lagi akan sampai sana." ucap seseorang yang ternyata ibu dari Namjoon.
"Sudah. Aku tinggal membereskannya ini. Aku menunggu kalian. Hehe..." ucap Namjoon.
"Ya sudah tunggu kami saja sambil istirahat. Kau sudah makan?"
"Belum, mom. I'm hungry." ucap Namjoon.
"Okay, honey. Eomma akan membelikan sesuatu untukmu."
"Gomawo." Ucap Namjoon.
Setelah itu telpon terputus dari pihak ibunya. Layar gadget Namjoon langsung menampilkan wallpaper-nya yang merupakan foto Seokjin yang dia ambil saat studytour. Seketika dia langsung tersenyum kecut melihatnya. Dia berekspetasi Seokjin akan membantunya pindahan dan dia ingin memperkenalkan Seokjin pada keluarganya. Padahal ini momen yang dia tunggu-tunggu. Dia belum pernah sama sekali memperkenalkan seseorang kepada keluarganya sebagai kekasihnya secara langsung.
Namun ekspetasinya itu tidak bisa dia wujudkan. Ah mungkin lain kali saja Namjoon memperkenalkan Seokjin pada keluarganya. Bisa saja Seokjin diajak ke Ilsan ke rumahnya. Namjoon yang awalnya senyum kecut langsung senyum malu-malu membayangkan dirinya membawa Seokjin berkunjung ke rumahnya di Ilsan. Dia jadi rindu kepada kekasihnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner Teacher (Namjin/GS) #END
FanfictionMenjadi seorang guru adalah cita-citaku sejak lama. Dan aku berhasil mewujudkannya. Hanya saja, di sekolah tempat ku mengajar ini banyak sekali kejadian yang tidak akan kulupakan. Seperti, mengenal seorang yang bernama Kim Namjoon. |WARNING| NAMJIN...