Penolakan

63.7K 1.7K 25
                                    

Gerak-gerik Austin sudah mulai tidak enak. Dia paham sekali maksud dari wanita ini. Apa yang dia inginkan, apa tujuannya. Dari pertama, dia sudah merasa bahwa kerjasama ini adalah ide buruk. Berhubung terdesak dan perusahaannya hampir gulung tikar, mau tidak mau, Austin harus mencari investor yang mau bekerjasama.

Di depannya, ada Ioanis Griff. Wanita terkaya keempat di Inggris, secara tiba-tiba menyetujui tawaran Austin yang hanya mengajukan permohonan lewat email. Hari ini mereka sepakat bertemu. Austin terbang dari Rusia ke Inggris, hanya untuk mempertahankan perusahaan keluarganya, meski dia tahu sangat orang seperti apa Ioanis Griff.

"So? Bagaimana? Tawaranku?" tanya Ioanis dengan nada yang mengintimidasi. Membuat Austin menelan ludah.

"Sleep with me?" lanjut Ioanis.

"A-aku gak bisa." jawab Austin.

"Oh.. Too bad Natanov, aku gak akan mau bantu kamu dan perusahaan kecilmu itu kalau kamu gak mau tidur sama aku. Lagipula susahnya apa sih?" Ioanis menyesap cangkir tehnya perlahan. Austin kaku, mati kutu.

Tiba-tiba Ioanis berdiri.

"Ah sayang sekali. Kamu terbang dari Rusia ke sini jauh-jauh tapi hasilnya nol. Hanya karena kamu gak mau nyerahin diri."

"Tu-tunggu!! I really need your help." cegah Austin.

"Pikirkan lagi deh tawaranku malam ini."

"Oh ya, aku sempat pesan kamar di Penthouse Crimson Hotel. Kalau kamu berubah pikiran, langsung hubungi aku aja ya."

"Nighty night, Austin Natanov." Ioanis mengedipkan sebelah matanya sebelum akhirnya menutup pintu dan meninggalkan Austin yang sedang pusing setengah mati.

Dia berpikir keras. Bagaimana kalau Ioanis tahu? Kebiasaan buruknya. Bukan. Bukan kebiasaan, tapi kebutuhannya. Apa dia akan menjerit ketakutan?
Atau malah lebih buruk membatalkan perjanjian sebagai investor dari perusahaannya.

'Gawat!' gerutu Austin dalam hati.

Ioanis Griff.
Wanita tersukses di Inggris, terkenal dimana-mana. Dari prestasinya hingga skandalnya. Berganti pasangan dari pengusaha besar yang satu, ke lainnya. Meski terkenal dengan sifat dan keburukannya, tetap tidak menghalangi prestasinya dan membuat orang lain bertekuk lutut bahkan memohon pertolongan darinya.

Jelas wanita itu tidak masuk dalam hitungan Austin. Austin sudah diperingati oleh kerabatnya bahwa Ioanis itu sangat licik dan sering memanfaatkan orang lain terutama dalam hal sex. Kemungkinan besar Ioanis akan meminta itu dari Austin dan benar! Aneh bukan? Kalau seorang mega investor menyetujui untuk membantunya hanya melalui email basa basi? Tiba-tiba memberikan jadwal untuk bertemu.

Austin Natanov.
Pengusaha Rusia yang sedang diambang kebangkrutannya. Dia pun heran kalau Ioanis meladeni emailnya yang padahal perusahaannya hanya memproduksi susu lokal. Namun dia benar-benar terdesak karena banyak pegawainya yang sudah mulai mendesaknya karena gaji mereka sudah tiga bulan belum dibayar dan keuntungan pun gak mereka dapatkan dari hasil penjualan produk. Para investor di Rusia pun sudah tutup mata, enggan membantu Austin. Jadi tetap dia tidak ada pilihan lain.

Tapi akhirnya, Austin berakhir di sini. Penthouse Crimson Hotel. Menghampiri Ioanis, demi perusahaan kecil milik keluarganya. Demi pegawai-pegawainya yang nyaris jatuh miskin karenanya.

"Ah.. aku tahu kamu pasti akan menghubungi aku lagi," kata Ioanis dengan seringai. Menyeramkan, mengintimidasi. Hanya menggunakan jubah tipis dan lingerie dengan warna merah yang sangat mencolok hingga terasa menusuk mata.

"Aku tidak punya pilihan lain." jawab Austin asal.

"Hmm. Tenang sayang, begitu Russians tahu kalau aku yang jadi investor di perusahaan milikmu, mereka pasti berebut mencarimu."

Messed Up(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang