Terperangkap

13.7K 779 50
                                    

Aku berjalan menyusuri butik milik temannya ini dengan Ioanis yang mengamit lenganku. Sesekali orang-orang menatap kami, ada juga yang berani menyapa Ioanis.

Seperti orang ini.

"Nice to see you again, Griff."

Ioanis menegok, dan langsung melepaskan tanganku.

Apa maksudnya dia melakukan itu?

"Hai Liam!" dia bergerak merespon laki-laki itu. Terlihat begitu senang.

Tapi aku kesal.

"Kau, sama siapa datang?" tanya si laki-laki yang bernama Liam itu.

"Hah? Hmm.." Ioanis terlihat ragu.

Sumpah.
Aku kesal.
Setengah mati.

"Ini, kenalkan..."

Aku menjabat tangannya, "Kami ada bisnis bersama. Nice to meet you, I'm Austin Natanov."

"Liam Winter."

Winter?
Ah. Tidak mungkin.

Ioanis melihat mataku, aku tidak mengerti maksud tatapannya.

"Pacarku." timpalnya. Aku lumayan terkejut karena Ioanis mengakui status kami.

Sejak kapan jadi 'status kami'?

Begitu juga dengan laki-laki itu, matanya otomatis membulat.

"Wow? Baru pertama kali aku mendengar kau punya pacar Griff." Liam menyentuh pundaknya.

Whoa.
Whoa.
Whoa.
Laki-laki ini kelihatannya terlalu dekat.

"Love, can you get me a drink?" aku mencium pipi Ioanis yang tiba-tiba langsung bersemu merah.

Dia mengangguk, "Sebentar ya Liam," kemudian dia beralih untuk mengambilkanku minum setelah Liam mengangguk.

Orang ini, harus kuberi peringatan ringan.

"Kau melakukan apa?"

Benar kan? Pasti dia bereaksi jika tidak ada Ioanis.

"Melakukan apa, apanya?" tanyaku sambil tersenyum. Tatapanku belum lepas dari Ioanis yang berjalan dengan dress pilihanku.

"Dia berhati baja. Kau sudah tahu kan pastinya?"

"Meski kau sudah menidurinya berkali-kali, hatinya tetap susah ditembus? Begitukah?" tanyaku sedikit mengutip kata-kata Edgar waktu itu.

Liam tersenyum meremehkanku, "Aku rasa kau sangat hebat di ranjang sampai dia menginginkanmu jadi pacarnya."

"Berarti kau payah?" tanyaku membalas tatapan meremehkan ke arahnya. Aku ingin tertawa keras sekali karena bisa membalasnya dengan telak.

Lagi-lagi Liam tersenyum, licik kali ini, "Aku suka dengan caramu berbicara. Logatmu bagus juga untuk orang Rusia."

"Thanks?" jawabku.

"Bagaimana Elaine?"

Aku langsung tersedak ludahku sendiri.

"Oh come on! Rahasia umum kan itu?"

Aku baru pertama kalinya melihat orang ini, tapi dia sudah menyerangku. Brengs*k!

Aku menatapnya tajam, "Apa Ioanis tahu Elaine mantan pacarmu?"
"Kau tidak menyadari nama belakangku?" lanjutnya setelah menyadari tatapanku.

Aku sungguh ingin mengumpat. Ingin kumaki ketololan diriku.
Dia pasti ada hubungan darah dengan Kevin Winter.
Suami Elaine.

Yang nama belakangnya Winter memang sangat banyak, tapi aku gak menyangka Winter yang 'ini' sama dengan Winter yang 'itu'. Mengerti maksudku kan?

Messed Up(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang