Bagaimana Reaksi Mereka?

14.5K 806 28
                                    

*IOANIS'S POV*

"Apakah kalian sedang sibuk bersenang-senang?" Lesley menghubungi kami via video call. Austin sudah siap dengan tuxnya, sedangkan aku masih sibuk bersolek mempercantik diri.

Aku dan Austin saling melirik, "Ya tentu saja. Ada apa Les? Sesuatu yang mendesak kah?" kata Austin sambil tersenyum.

Ah.
Gila aku melihat senyumnya itu.
Buru-buru aku melanjutkan sesi makeup. Supaya cepat selesai.

"Jadi begini, kelihatannya kalian berdua harus menemui CEO perusahaan Austin yang sebelumnya, karena aku menemukan agreement yang belum selesai. Jadi maksudku, ayahmu, Austin, masih ada hutang. Tapi aku tak bisa menemukan kontraknya yang lengkap. Ada beberapa halaman yang hilang."

Aku terdiam.
Terlebih Austin.

Artinya,
aku akan bertemu dengan keluarganya bukan?

"Biar aku saja yang ke Rusia." kata Austin tiba-tiba.

"Aku sudah atur jadwal penerbangan kalian. Langsung dari Irlandia. Akan kukirim tiketnya via email."

"Ja-jangan!"

Aku menoleh sambil mengerutkan dahi, "Kenapa?"

"Ayahku sedang sakit..."

"Aku kan investormu?"

Dia terdiam. Apalagi yang dia sembunyikan dariku?

"Biar aku saja Lesley." kata Austin meyakinkan Lesley.

"Akan lebih baik jika kamu pergi bersama Ioanis, media akan menyorot perusahaanmu. Bagus untuk marketing. Bukankah begitu Miss?"

Aku mengangguk, "Itu supaya menarik investor lainnya. Kamu gak mau usahamu meroket?"

"Baiklah."

Aku tersenyum sekilas. Lesley pintaaar!!!!
Aku sayang padanya.

"Oke kalau begitu. Semoga datingnya sukses ya, have a great night!" Lesley mematikan video call.

Austin menghampiriku yang masih bersolek, "Ka-kamu akan datang sebagai investorku kan? Bukan sebagai pacarku?"

Oh.
Ternyata ini yang dia khawatirkan.
Keluarganya tahu tentang kelainan seksual yang ia miliki, pasti dia khawatir kalau keluarganya mengatakan hal itu padaku.

"Memang kenapa? Kau bukan serial killer kan?"

Dia memijat kepalanya, "Tolong datang sebagai investorku. Aku bisa yakinkan kamu akan menyesal kalau kamu bilang bahwa kamu adalah pacarku."

"Ada apa sih? Kamu kan pria dewasa. Memang mereka gak izinkan kamu untuk pacaran?"

"Pokoknya ikuti saja! Kau akan berakhir seperti Elaine kalau saja kau tidak mendengarkan kata-kataku." jawab Austin sedikit membentakku.

Elaine lagi.
Aku otomatis memutar bola mataku.

Tapi hal itu membuatku jadi berpikir, bagaimana reaksi mereka?
Jika aku memperkenalkan diri sebagai pacarnya sekaligus investornya.
Aku memang terkenal sampai masuk Forbes Magazine, gak mungkin keluarganya tidak mengetahui hal itu.
Tapi selain itu, aku juga masuk ke tabloid gosip. Dengan penuh skandal.

Aku gak peduli sih sesungguhnya, karena... mereka, maksudku, keluarganya, memang membutuhkan aku kan? Untuk kelangsungan hidup mereka? Kelangsungan perusahaannya?
Masa bodo dengan pendapat mereka.

Aku mengangkat bahuku, kemudian beralih kembali ke cermin di depan meja sambil memakai lipstik berwarna maroon. Kesukaanku.

"Hey, jangan pakai warna itu."

Messed Up(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang