"Ioanis" Austin menepuk-nepuk pipinya, memeriksa nadinya. Sudah berapa banyak darah yang keluar.
"Wake up, stay with me." menggunakan kain dan tekanan di lehernya Austin berusaha menghentikan darahnya yang mengucur.
Air mata Austin berlinang melihat mata Ioanis yang terpejam. Tangannya pun gemetar. Tak biasanya dia panik seperti ini. Biasanya dirinya begitu tenang nyaris tak ada beban. Membuat Ioanis tetap hidup rasanya begitu sulit untuk Austin. Entah apa yang membuat sulit kali ini, tapi tangannya benar-benar tak berhenti bergerak. Ketakutan melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Austin jadi begitu ceroboh dan terlalu meninggalkan banyak bukti.
Setelah dia pastikan darahnya berhenti, Austin memindahkan Ioanis ke dalam bathtub dan mengambil es untuk menahan darah yang masih sedikit-sedikit merembes.
Kemudian Austin berlari tergesa-gesa menuju halaman dan menyetir ke mansion tempat dia tinggal. Tak hanya Ioanis, dirinya pun hancur karena akhirnya dia memperlakukan Ioanis seperti korbannya yang lain. Dia harus memastikan keadaan Bella sebelum kembali mengurus Ioanis. Dia harus memaksa Bella pergi untuk menyelamatkan diri sebelum Ioanis dan Andrei tahu tentangnya.
"Bella! Where are you?" Austin segera masuk ke dalam mencari Bella.
Hening. Tak ada suara.
Hanya ada suara air mengucur, dari kamar mandi. Austin menghela napas lega. Bella masih hidup."Bella?" Austin mengetuk pintu beberapa kali. Tapi tak ada jawaban. Perlahan Austin memberanikan diri untuk membuka pintu.
"Ya Tuhan...." Austin menutup mulutnya sendiri. Bau menyengat ini menyeruak ketika pintunya dibuka.
Sudah berapa lama air ini mengucur?
"Bella maafkan aku." tangis Austin langsung pecah begitu saja melihat keadaan Bella yang badannya sudah kaku. Tatapannya tenang meski kosong tanpa kehidupan. Terasa jelas oleh Austin bahwa Bella menunggunya hingga ajalnya.
Austin mengusap air matanya sendiri dan tersadar bahwa dirinya juga harus menyelamatkan Ioanis. Dia tidak ingin kehilangan Ioanis meskipun entahlah, dia selalu menyangkal bahwa dia mencintainya. Tapi untuk membayangkan akan kehilangannya untuk selama-lamanya, dia tak sanggup.
Austin kembali berlari menuju mobilnya. Tapi gerakannya terhenti karena melihat sosok itu masuk ke dalam pintu kamar.
Andrei Ivanov.
Melihat Andrei, Austin kembali masuk ke dalam kamar mandi.
"Buat apa lari?" tanya Andrei lantang dengan bahasa Rusia membuatnya terlihat semakin seram.
"Pergi Ivanov. Pergi!" tubuhnya yang sedaritadi tak berhenti gemetar, mulai kesulitan untuk fokus dan bergerak.
Beberapa orang mulai memeganginya, Austin berusaha berkelit sebisanya menghindari orang-orang itu, meronta-ronta sekuat tenaga.
"Aku sudah tau kau menyembunyikan mayat di sini."
"Ioanis... Aku harus menyelamatkannya. Please let me go."
"Oh.. Poor girl. Dari mana kau dapatkan dia?" kata Andrei memakai sarung tangannya dan mendekati Bella.
"Andrei lepaskan! Aku harus menyelamatkan Ioanis!" Austin membentaknya sementara Andrei masih memeriksa Bella.
Orang bertubuh besar yang ada di kirinya menonjok tubuh Austin begitu keras. Austin terbatuk hebat sampai menangis. Otaknya hanya memikirkan keadaan Ioanis.
"Wanita ini baru meninggal sekitar 2 hari. Bau ini menyeruak karena terus-terusan kena air."
Penyesalan tambah menghantui perasaan Austin sekarang. Kalau saja Austin langsung datang sepulangnya dari Rusia, mungkin Bella masih selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messed Up(END)
RomanceTerbelunggu dalam kebiasaan menghisap darah untuk mencapai klimaksnya, seorang CEO muda Austin Natanov nyaris bangkrut dan menghancurkan perusahaan keluarganya demi membiayai pengobatan dan terapi untuk kelainan seksualnya itu. Satu-satunya yang bis...