*AUSTIN'S POV*
Sakit...
Kepalaku sangat sakit.
Ini pasti karena alkohol semalam.Tanganku...
Ah! Perih.
Ini pasti karena...
Ka-karena....
SHIT!Aku reflek melompat dari tempat tidur.
Aku ingat semalam apa yang aku lakukan bersama Ioanis.
Aku menyakitinya!Aku bergerak berlari mencarinya di ruangan ini.
Tidak ada.Aku berlari ke kamar mandi.
Tidak ada.Oh no!
Stupid Austin!
Kenapa bisa aku di luar kendali begitu????Aku meraih handphoneku.
Tak ada telepon sama sekali dari Ioanis.
Aku memutuskan untuk meneleponnya.
Tapi tak ada jawaban.Kemana aku harus mencarinya?
Lesley.
Ya. Aku akan hubungi Lesley."Hi Les, apa Ioanis memesan tiket pesawat kembali ke Inggris?" aku langsung bertanya tanpa basa-basi. Ioanis menghilang. Dia pasti lari ketakutan karena aku.
"Hah? Apa maksudmu Austin?"
Tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka.
Aku melihat sosoknya masuk ke dalam kamar ini. Buru-buru langsung kumatikan teleponnya."Ioanis! Are you okay??"
"Aku menyakitimu di bagian mana??""Hmm... Bisakah kau... memakai celanamu terlebih dahulu Austin? Aku gugup gak bisa menjawab karena fokusku terbagi antara matamu dan 'itu'." jawab Ioanis sambil terkekeh.
Shit.
Aku lupa.
Begitu paniknya hingga aku tidak menyadari berlarian dengan tubuh telanjang dan memeluknya erat-erat.Tapi rasanya aku tidak peduli.
Rasanya...
Aku lebih lega melihatnya masih ada di sini bersamaku.Entahlah.
"Ioanis...." aku memanggilnya.
Dia menoleh, tersenyum kepadaku. Sangat manis. Semanis senyum yang dia berikan kepada Andrei.
Cih.
Laki-laki itu.
Aku jadi ingat lagi."Kau... kenapa kembali ke sini semalam?"
"Entahlah. Aku merindukanmu Austin."
"Bukankah kau bersenang-senang dengan Andrei?"
"Iya." kata Ioanis membuka coatnya. Rahangku nyaris dislokasi karena dia hanya menggunakan lingerie di dalamnya.
"Kau dari kamar Andrei?" aku mengerutkan dahi.
Jadi? Setelah tidur denganku, dia kembali lagi ke kamar Andrei?
Ioanis tidak menjawab.
Wajahku...
Bukan.
Tapi seluruh tubuhku.
Panas.
Terbakar rasanya.Aku tidak cemburu.
Tapi kesal. Dan marah.
Mudah sekali sepertinya Ioanis berganti pasangan dalam semalam.
Secara, aku kan baru saja tidur dengannya?
Masa dia tidur juga dengan Andrei di waktu yang berdekatan?
Aku tidak suka membayangkannya.Mudah sekali dia setelah membuatku merasa bersalah, kini aku jadi kesal dengan tingkah lakunya.
"Tak bisakah kau menghargai aku?"
"Maksudku... kita baru saja melakukan itu kan tadi malam?""Lebih baik kau mandi sekarang, dan kita berangkat ke rumahmu. Ibumu sudah mencariku." kata Ioanis.
Tapi aku masih tak berkutik. Diam. Menahan emosi.
"Apa mau mandi bersama? Kebetulan.. aku juga belum mandi." Ioanis membuka lingerienya satu persatu.
Seperti tersihir, aku pun mengikutinya ke kamar mandi.
Aku memperhatikan gerak-geriknya.
Menyalakan shower dan membasahi dirinya sambil menatapku yang berdiri di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messed Up(END)
RomanceTerbelunggu dalam kebiasaan menghisap darah untuk mencapai klimaksnya, seorang CEO muda Austin Natanov nyaris bangkrut dan menghancurkan perusahaan keluarganya demi membiayai pengobatan dan terapi untuk kelainan seksualnya itu. Satu-satunya yang bis...