Kalau

7.6K 575 69
                                    

Ioanis menenggak obatnya dengan perasaan menyesal. Kalau saja, waktu itu dia tidak kehabisan pil birth control-nya ketika di Irlandia. Kalau saja dia cepat-cepat pergi ke dokter untuk meminta resep baru, pasti semua kegamangan dan stress ini tidak akan terjadi. Atau kalau saja dia tidak memeriksa kehamilannya menggunakan alat pada hari itu, pasti Ioanis tidak akan tahu keberadaannya dan tidak menyesal. Pasti Ioanis akan jauh lebih tegar menghadapi terapi Austin tanpa harus memikirkan hal lain. Pasti rahimnya baik-baik saja sehingga dia bisa melakukan pekerjaan sebebas mungkin tanpa harus takut akan rasa sakit.

"Ioanis?" Lesley menyembulkan wajah dari balik pintu.
"Mr. Steven sudah menunggumu di ruang meeting. Kau mau kutemani atau sendiri saja?"

Ioanis meminum air sekilas, "Sendiri juga tidak masalah."

"Baiklah."

"Les,"

"Ya?"

"Masuk sebentar dan tutup pintunya." kata Ioanis sambil berdiri.

Lesley menengok ke kiri dan kanan, lalu masuk ke ruangan Ioanis. Bersiap mendengarkan.

"Apa... Austin ada?" tanya Ioanis sedikit berbisik.

Lesley menggigit bibirnya. Begitu khawatir melihat bosnya yang sudah seperti orang yang berbeda begitu pulang dari Rusia.

Ini Ioanis Griff, pikir Lesley dalam hati. Dan dia terlihat begitu menderita karena cinta. Itu membuat hatinya terasa perih menyaksikan keadaan ini, kehancuran ini.

"Belum..." jawab Lesley akhirnya.
"Kau mau aku menghubungi dia?"

"Iya."

"Baiklah."

"Bilang kepadanya, jangan datang." Ioanis menambahkan. Ia berjalan melirik wajahnya pada cermin, lalu bergerak meninggalkan ruangannya.

Lesley menghela napas. Hanya dia yang tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi. Antara Austin dan Ioanis, maupun Ioanis dan Andrei. Jadi dia hanya menurut saja untuk menghubungi Austin dan memberi peringatan agar tidak datang.

Ioanis berjalan santai menuju ruangan meeting. Ini pertemuan pertamanya setelah dia menjalani pengobatan. Otaknya terasa banyak beban namun lega sekaligus, akhirnya melakukan pekerjaan yang paling tidak bisa membuatnya lupa akan masalah yang sedang Ia hadapi.

Di sisi lain, ada Austin yang diam-diam menyusup masuk ke dalam gedung. Mencari Ioanis.

Teleponnya berbunyi, "Les?"

"Ioanis bilang jangan datang." Austin langsung mematung begitu mendengarnya. Gerakannya telah diketahui.

"Austin?"

"Darimana dia tahu aku akan datang?" tanya Austin tiba-tiba.

"I don't know. Dia hanya memanggilku dan menyuruhku untuk meneleponmu."

"Les, I need to see her."

Lesley memijat pelipisnya di seberang telepon, "Kau sudah di dalam gedung ya?"

"You know me so well."

"Aku tidak mau kehilangan pekerjaanku."
"Ada apa sih sebenarnya di antara kau dan Ioanis?"

"Bantu aku masuk ke dalam ruangannya. Aku akan beritahu semuanya padamu."

Lesley bergeming, berpikir.

"Les,"

"Ya?"

"Apa ada.. Andrei? Kau tahu dia kan?"

"Aku belum melihat batang hidungnya pagi ini." jawab Lesley enteng. Berjalan tanpa beban memeriksa keadaan. Sempurna untuk menyusupkan Austin.

"Baguslah."

Messed Up(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang