Hari-hari Austin di sini benar-benar seperti neraka. Pengobatannya ditingkatkan drastis oleh Andrei, termasuk dosis-dosisnya.
Austin harus bisa terlihat sehat, at least 2 hari lagi karena ayahnya memohon agar Austin diperbolehkan datang untuk rapat pemegang saham. Itu sangat penting dan keadaan Austin yang terkurung di dalam rumah sakit jiwa tidak boleh diketahui oleh para pemegang saham yang lainnya. Bisa merusak nama perusahaan jika CEO nya ketahuan memiliki penyakit kejiwaan.
Austin selamat karena Andrei segera menutupi jejaknya dan merapikan semua skenario, jadi tak sampai jejak perbuatannya tercium pihak yang berwajib. Untungnya juga Bella adalah homeless woman, jadi tak ada laporan hilang tentangnya. Bahkan pihak rumah sakit pun tidak tahu apa yang telah Austin lakukan. Semuanya ditutup rapat oleh Andrei. Rapi hingga tak tercium sedikitpun bau bangkai.
Ioanis beruntung bisa mengetahui tentang medical record Austin karena Andrei adalah kerabatnya, yang sangat kebetulan adalah psikiater yang menangani Austin secara langsung.
Sepanjang hari selama beberapa bulan belakangan Austin hanya diam di dalam ruangannya. Tanpa berkomunikasi, tanpa melakukan apapun, hanya menulis-nulis secarik kertas, tapi lebih sering termenung sendirian. Menyesali perbuatannya, memikirkan perbuatannya hingga terkadang menggumam sendiri memanggil-manggil Ioanis meraung-raung. Austin hampir betul-betul gila karena pengaruh dari obat-obatan yang diberikan dosisnya terlalu tinggi.
Andrei terkadang datang, memaksanya minum obat sampai menyiraminya menggunakan air es yang menusuk tulang. Semua terapinya dilaksanakan tapi tanpa ada niat hidup lagi. Austin melarat. Kondisinya makin hari kian memburuk, dibanding membaik, Austin justru terlihat semakin hancur. Jeritan dan tangisan terdengar nyaris setiap malam dari kamarnya.
Dia sampai sudah tak terkejut mendengar pintu ruangannya dibanting keras. Sudah pasti Andrei yang melakukannya. Para penjaga atau dokter lain tak mungkin berlaku demikian kepadanya.
"Balik badanmu." kata Andrei.
Austin bergeming. Menyahut pun tidak.
Akhirnya para penjaga terpaksa memegangi dan membalikkan tubuhnya.
"Kenapa kau tidak makan?"
"Aku gak lapar."
"Kau harus minum obat."
"Nanti saja." jawab Austin kembali membalikkan badannya.
Andrei kesal, "Kau terus membangkang! Kapan kau mau sembuh kalau terus begini!"
Air yang penuh dengan es kembali di siram ke tubuh Austin tanpa aba-aba. Tubuh Austin gemetar dan matanya menatap Andrei tajam. Perasaan ingin membunuhnya sudah benar-benar bulat. Persetan dengan fakta bahwa Andrei adalah sepupu Ioanis. Toh Ioanis sudah mati, pikirnya.
"Apa kau tidak mau hidup benar? Hah? Percuma selama ini aku mengubur semua bangkaimu kalau kau tidak mau melakukan apa yang Ioanis inginkan!"
"Ioanis sudah mati. Aku juga sudah tak ada lagi yang perlu kulakukan." kata Austin dengan gigi yang gemeletuk menahan dingin.
"Bagus Austin.."
"Teruskan perlawananmu sampai kau mati. Aku sudah mulai lelah dalam mengurus sampahmu!"Austin diam. Hanya memperhatikan Andrei. Ingin rasanya dia lompat dan memukuli Andrei seperti yang dia lakukan pada Austin. Para perawat keluar dan menutup pintu setelah Andrei memberi signalnya.
"Laki-laki egois."
"Pantas saja Ioanis mati. Itu semua karena kau."
Austin mulai menjambak rambutnya, dia tak tahan setiap kali Andrei mengungkit tentang kematian Ioanis di hadapannya.
Inilah yang Andrei lakukan hampir setiap harinya. Mengoyak mental Austin, mengacak-acak pola pikirnya, memaksanya membenci adiksinya terhadap darah. Mau tidak mau. Memang sakit dan menyiksa. Sebelum ini, Austin sudah menjalaninya bertahun-tahun. Tak ada perubahan karena tak ada pemicunya. Pengobatan terhadap Austin juga sudah tidak bisa menggunakan cara yang lembut ala psikiater yang penyabar. Semua upaya dan terapi dilakukan Andrei secara blak-blakan dan bar-bar. Dia juga harus cepat efisien dan tidak buang-buang waktu untuk mengejar rapat penting itu. Meski dengan mempertaruhkan apakah Austin akan membaik atau malah semakin hancur.
Tapi kali ini Andrei yakin terapi mengoyak mentalnya akan berhasil, karena ada pemicunya. Yaitu Ioanis.
"Kau cuma kegagalan dalam keluargamu."
"Tak bisa diandalkan."
"Bodoh sekali kau bisa gila cuma gara-gara perempuan."
"Berhenti Andrei! atau aku akan..."
"Apa? Memukulku?" Andrei bergerak mendekati tong yang tadi di bawa oleh perawatnya.
"Apakah kau mencium sesuatu Austin?" tanya Andrei menggeser tong itu mendekati Austin.
"Tolong... jangan. Aku mohon.. Jauhkan itu dari aku."
"Kau membunuh Ioanis, Austin."
"Dia menolakku karena kamu, Austin."
"Diam!! Kau sepupunya! Kau tidak boleh memilikinya seperti itu!"
Andrei berhenti, mendekatkan wajahnya kepada Austin, "Nyatanya? Berulang kali kami tidur bersama tuh? Termasuk saat di Rusia, saat kau sedang tertidur pulas." pernyataan terakhir sengaja dikarang oleh Andrei sembari menyeringai, supaya Austin meledak.
Dan benar saja, Austin nyaris menyerang Andrei hingga akhirnya Andrei menendang dan mengeluarkan seluruh isi tong itu hingga beberapa liter darah tumpah ke arahnya.
Austin muntah di tempat.
Mengeluarkan seluruh isi perutnya.
Dia mual hebat melihat darah yang keluar dari tong itu, perutnya bergejolak, bau yang keluar dari darah itu membuat Austin ketakutan."Makan Austin. Kau mau keluar kan dari tempat ini?" tanya Andrei melembut.
Austin mengangguk sambil menangis.
"Waktumu 2 hari. Setelah itu aku akan lihat perkembanganmu di luar." Andrei menipunya.
"Kau... Kau serius?" tanyanya dengan mata berbinar.
"Ayahmu membutuhkanmu."
"Aku tak mau..."
"Kalau kau tak mau hadir ke rapat pemegang saham, aku akan mencabut sahamku dan juga milik Ioanis."
Andrei melanjutkan, "Kau tidak mau melihat ayahmu semakin hancur kan?"
Austin menggeleng keras sambil menutup hidungnya terus menerus. Andrei pun sebenarnya agak tak tahan mencium bau anyir dari darah binatang ini. Tapi lama-kelamaan dia pun terbiasa.
"Makan. Dan minumlah obatmu. Aku akan membawa beberapa perawat untuk menjagamu dari jauh."
Ditinggalkannya Austin di ruangannya. Andrei hanya berharap usahanya berhasil. Sepenuhnya terapi akan dia serahkan pada keluarganya dan kepada wanita yang nantinya akan Austin cintai. Wanita yang bersedia menerima apa adanya dirinya. Seperti apa yang Ioanis lakukan.
Besok Andrei akan mempersiapkan Austin, dibantu oleh Iev. Supaya Austin bisa datang ke rapat pemegang saham dalam keadaan stabil.
.
.
---
Aku double up! Check next chapter.
Aku baru akan up lagi kalau keduanya mencapai 100 yaa. Sekalian lagi memasak cerita baru nih untuk estafet begitu cerita ini selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messed Up(END)
RomanceTerbelunggu dalam kebiasaan menghisap darah untuk mencapai klimaksnya, seorang CEO muda Austin Natanov nyaris bangkrut dan menghancurkan perusahaan keluarganya demi membiayai pengobatan dan terapi untuk kelainan seksualnya itu. Satu-satunya yang bis...