Setelah berdebat sekian lama dengan Tonya, Ioanis memutuskan untuk memakai pakaian seperti biasa. Tanpa ada tambahan apapun. Makeup pun seperti biasa. Entah mengapa Ioanis sempat memusingkan ini dari awal, padahal hanya ingin bertemu dengan Austin untuk kencan palsu.
"Kau akan menyesal Ioanis!" omongan Tonya terngiang-ngiang di kepala Ioanis sekarang.
Sebelum turun dari mobil, Ioanis membuka kaca bedaknya, memastikan keadaannya yang sempurna sebelum bertemu dengan lawannya.
Ia berjalan memasuki restauran yang ditunjuk Austin.
"Hello, ada yang saya bantu Miss? Sudah reservasi sebelumnya?" salah satu pramuniaga menyapa Ioanis.
"Atas nama Natanov."
"Natanov Austin?" tanya pramuniaga itu lagi. Ioanis mengangguk.
"This way, Miss..." ia menuntun Ioanis berjalan menuju ruangan VIP yang memang sudah disiapkan oleh Austin.
"Thankyou."
Ioanis sudah melihat Austin dari kejauhan yang sedang meminum winenya.
"Ngaret." kata Austin tiba-tiba ketika Ioanis masuk ke dalam ruangannya.
"Aku baru saja meeting dengan Wak-"
"Saya tidak toleransi terhadap pengusaha yang terlambat." jawab Austin dengan nada dingin.
Ioanis mengerutkan keningnya karena kesal, "Kau mengutip kata-kataku?"
"Bercanda, silahkan duduk."
Ioanis duduk dan langsung dihampiri oleh pramuniaga yang stand by untuk melayani mereka. Mereka memesan makanan dan wine lagi untuk berbincang-bincang.
"Berapa lama kita akan menghabiskan waktu di sini?" tanya Ioanis melipat tangannya.
"Santai saja. Kita cerita-cerita dulu."
"Apa yang harus diceritakan?" Ioanis mendelik kesal.
"Apa kau tidak punya pertanyaan untukku?"
Ioanis diam sebentar, memikirkan apa yang ingin dia tanyakan. Oh!
"Elaine Woods."
"Itu pertanyaan?" tanya Austin tersenyum. Wajahnya merah.
Ioanis langsung terdiam. Entah mengapa melihat Austin tersenyum, Ioanis merasa malu.
"Kau mabuk ya?" tanya Ioanis.
"Sedikit. Kenapa? Kau mau tidur denganku?" Austin tersenyum lagi. Memang sambil menunggu Ioanis, Austin tidak berhenti meminum winenya.
Tapi Ioanis tidak bisa menjawab. Tumben. Biasanya dia adalah wanita yang terang-terangan mengatakan apa kemauannya.
Ioanis malah menggeleng, "Ah kita kan baru kencan pertama, masa mau langsung tidur bersama?"
Austin tertawa pelan, hampir terdengar meremehkan. Hal itu membuat Ioanis kesal.
"Kau belum jawab."
"Apa?" tanya Austin.
"Tentang Elaine."
"Ganti pertanyaanmu." kata Austin.
"Tidak mau. Jawab dulu."
Austin menghela napas, "Aku gak tahu dia anak Duta Besar Amerika."
Ioanis mengerutkan dahi, "Kau bilang itu politik?"
"Kau mau tahu yang sebenarnya kan?"
Ioanis mengangguk.
"Kalau begitu diam dulu, biar aku selesaikan." jawab Austin agak kasar. Ioanis kesal namun memaklumi karena memang Austin terlihat sedikit mabuk, namun senang juga karena ini adalah kesempatan besar agar Austin menyerahkan dirinya pada Ioanis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messed Up(END)
RomanceTerbelunggu dalam kebiasaan menghisap darah untuk mencapai klimaksnya, seorang CEO muda Austin Natanov nyaris bangkrut dan menghancurkan perusahaan keluarganya demi membiayai pengobatan dan terapi untuk kelainan seksualnya itu. Satu-satunya yang bis...