Tatapan tajam dilontarkan Austin selama perjalanan dari pintu depan mansion hingga kamarnya. Dia melirik cincin yang selalu dikenakan oleh Andrei. Di belakangnya ada 2 orang yang mengikutinya. Austin menatap mereka curiga. Entah kenapa dia curiga.
"Hey. Kau stop goda pacarku." cegat Austin.
"Hm? Apa?" sebaliknya, Andrei malah berjalan santai memasuki mansion. Seperti sudah sangat mengenal seluk beluk tempat ini.
"Jangan dekati pokoknya."
"Ya. Ya. Ya." kata Andrei meremehkan sambil terus berjalan.
"Kau!" lagi-lagi Austin mencegatnya. Dia memalang tubuhnya dengan tangannya.
"Siapa kau sebenarnya?""Biarkan aku bertemu Ioanis."
"Jawab dulu."
"Oke. Aku pulang." Andrei berbalik badan. Melihat itu, malah Austin yang jadi kalang kabut. Siapa lagi yang bisa dia mintai tolong selain Andrei?
"Aku lebih butuh doktermu daripada kau. Pacarku sedang sakit."
"Sakit karena siapa?"
Austin terdiam.
"Kau yang buat perkara, tapi kau sendiri yang gak tahu terima kasih." Andrei melengos, melanjutkan berjalannya menuju kamar Ioanis.
Dia hanya bisa mencengkeram tangannya keras-keras sebelum memutuskan untuk mengikuti Andrei ke kamar pacarnya.
"Hi beautiful. Bagaimana badanmu?" tanya Andrei sambil melirik Austin.
"Andrei..." Ioanis terbangun mendengar suara Andrei dan mengerang sembari mencoba duduk.
"Hey santai saja."
"Kau sudah makan?""Sudah. Aku sebenarnya sudah jauh lebih baik." jawab Ioanis. Austin melihat bibirnya, pecah-pecah dan pucat. Ingin dia cium. Jadi Austin duduk di samping Ioanis untuk menjaga jarak antara Andrei dan Ioanis.
"Yang bukan pasien silahkan minggir." kata Andrei dingin.
Ioanis tertawa, "Jangan bertengkar. Aku pusing."
"Laki-lakimu over protective sekali ya beautiful?"
Ioanis diam menyeruput tehnya yang tadi Austin buatkan, sambil melirik ekspresi Austin yang sangat lucu. Dia terlihat sangat cemburu dan sangat keki.
"Cepat suruh doktermu periksa!" Austin mulai tak sabar. Dia pikir Andrei mencoba membuang waktunya.
"Ck." Andrei berdecak. Dia mengeluarkan barang-barang dari tasnya.
Stetoscope.
Alat pengukur tekanan darah.
Termometer.
Entah apalagi.
Austin memasang tampang bodoh, tak habis pikir."Orang ini...." dia akhirnya berdiri.
"Andrei! Stop messing around!" akhirnya dia naik pitam dengan kelakuan pria ini. Kelewatan. Wanitanya sedang merintih kesakitan, Andrei malah mau main dokter-dokteran."Austin...." Ioanis memegang tangannya. Memintanya untuk tenang.
Sebelum memulai aksinya, Andrei mengeluarkan kartu namanya.
Baru kali ini Austin merasa tertampar oleh realita begitu kerasnya hingga dia terdiam seribu bahasa melihat apa yang tertera di sana.
Terjawab sudah.
Siapa Andrei sebenarnya.Seorang dokter.
No.
Tidak dokter biasa.Di situ tertulis,
Dr. Andrei Ivanov
Psychiatrist
KAMU SEDANG MEMBACA
Messed Up(END)
RomanceTerbelunggu dalam kebiasaan menghisap darah untuk mencapai klimaksnya, seorang CEO muda Austin Natanov nyaris bangkrut dan menghancurkan perusahaan keluarganya demi membiayai pengobatan dan terapi untuk kelainan seksualnya itu. Satu-satunya yang bis...